Photo by: Stockbit Snips
Daily Market Performance 🚀
|
|
|
|
7.113 +0,63% | -Rp721 miliar | 16.290 -0,09% | 3.416 +0,49% |
|
|
|
|
65,1 +0,43% | 105,0 +0,53% | 3.904 -1,11% | 15.395 -0,28% |
👋 Stockbitor!
Organisation for Economic Co–operation and Development (OECD) kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi +4,7% YoY pada 2025 dan +4,8% YoY pada 2026 dalam outlook yang dirilis pada awal Juni 2025, masing–masing lebih rendah -0,2 percentage point dibandingkan outlook pada Maret 2025. Hal ini juga menandai pemangkasan outlook yang kedua dari OECD pada tahun ini untuk Indonesia, menyusul pemangkasan outlook pada Maret 2025.
Selain outlook pertumbuhan ekonomi Indonesia, OECD kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi +2,9% YoY pada 2025 dan 2026, masing–masing lebih rendah -0,2 dan -0,1 percentage point dibandingkan outlook pada Maret 2025. Hal ini menandai pemangkasan outlook pertumbuhan ekonomi global yang kedua dari OECD setelah Maret 2025, dipengaruhi oleh risiko perlambatan signifikan di sejumlah negara maju – seperti AS, Kanada, dan Meksiko – seiring meningkatnya hambatan perdagangan dan ketidakpastian geopolitik.
Kendati pelemahan pertumbuhan ekonomi global turut memberi tekanan tambahan pada negara–negara berkembang, OECD menegaskan bahwa downgrade outlook pada pertumbuhan ekonomi Indonesia utamanya lebih disebabkan oleh faktor domestik, bukan dampak langsung dari kebijakan tarif impor AS. OECD menyebut bahwa kontribusi ekspor Indonesia ke AS kurang dari 2% terhadap PDB Indonesia, sehingga membuat pengaruh langsung dari kebijakan tarif AS tergolong terbatas.
Secara khusus, OECD mencatat bahwa konsumsi dan investasi swasta Indonesia akan tertekan pada paruh pertama 2025, seiring melemahnya sentimen bisnis dan konsumen, ketidakpastian arah kebijakan fiskal, dan tingginya biaya pinjaman. Di sisi eksternal, meningkatnya tensi perdagangan global dan penurunan harga komoditas turut diperkirakan membebani ekspor Indonesia, tercermin dari data BPS yang menunjukkan kontraksi ekspor sebesar -10,77% MoM pada April 2025.
OECD memperkirakan permintaan domestik di Indonesia akan pulih secara bertahap pada 2H25 hingga 2026. OECD juga memperkirakan inflasi di Indonesia akan bergerak menuju level 2,3% pada 2025 dan 3% pada 2026, seiring berakhirnya efek diskon tarif listrik dan efek depresiasi rupiah. Selain itu, belanja investasi publik melalui BPI Danantara dipandang memiliki potensi sebagai katalis pemulihan investasi. Namun, OECD juga memperingatkan adanya risiko tambahan dari potensi arus keluar modal dari Indonesia, baik akibat ketidakpastian global maupun domestik. Tekanan ini berpotensi menekan nilai tukar rupiah, memperbesar defisit transaksi berjalan, dan meningkatkan risiko imported inflation.
Pada 2025 sendiri, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar +5,2% YoY. Namun, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 1Q25 hanya mencapai +4,87% YoY (vs. 1Q24: +5,11% YoY, 4Q24: +5,02% YoY) – lebih rendah dibandingkan target 2025 dari pemerintah di level +5,2% YoY – dengan konsumsi rumah tangga melandai ke level +4,89% YoY (vs. 1Q24: +4,91% YoY). Menyusul data tersebut, Bank Indonesia memangkas target pertumbuhan ekonomi selama 2025 dari +4,7–5,5% menjadi +4,6–5,4%, menandai downgrade target yang kedua dari bank sentral tersebut pada tahun ini.
Key Takeaway
Kami menilai dampak dari paket stimulus ekonomi jilid 2 yang diluncurkan pemerintah selama periode libur sekolah pada Juni–Juli 2025 dapat menjadi faktor kunci untuk menjaga pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek. Dalam jangka panjang, kami menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia akan dipengaruhi oleh beberapa faktor–faktor, seperti percepatan belanja pemerintah, pemanfaatan dan pengelolaan dana investasi Danantara, prospek pemangkasan suku bunga, serta perbaikan iklim investasi seiring de–eskalasi perang dagang.
Memiliki portofolio yang terdiversifikasi di berbagai kelas aset dapat membantu meminimalkan dampak volatilitas pasar, khususnya di tengah risiko perlambatan ekonomi. Dengan prospek pemangkasan suku bunga ke depan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, investor dapat mempertimbangkan berinvestasi pada obligasi pemerintah dengan tenor pendek yang masih menawarkan risk–reward menarik:
- SR022–T3 (tenor 3 tahun, yield 6,45%)
- PBS003 (tenor ~2 tahun, yield ~5,93%)
- PBS032 (tenor ~1 tahun, yield ~5,73%)
🔎 UNTR Incar Akuisisi Tambang Emas & Nikel di Luar Negeri
- $UNTR: Direktur United Tractors, Iwan Hadiantoro, mengatakan bahwa pihaknya menjajaki peluang untuk mengakuisisi tambang mineral – seperti emas dan nikel – di luar negeri guna memperbesar porsi pendapatan non–batu bara di masa mendatang. Iwan menyebut bahwa UNTR cukup gencar mencari tambang mineral baru di Australia hingga Kanada, mengingat mayoritas tambang mineral skala besar di Indonesia sudah dimiliki oleh perusahaan lain dan statusnya tidak dijual. Iwan menjelaskan UNTR telah memantau hampir seluruh tambang mineral di Australia – terutama di wilayah Australia Barat dan Queensland – tetapi perseroan belum mencapai kesepakatan dengan pemilik tambang yang hendak diakuisisi perseroan di Australia. Iwan memperkirakan bahwa kebutuhan capex untuk akuisisi berkisar 500 juta–1 miliar dolar AS dalam 1 tahun.
- $MAPI: Ketua Umum Himpunan Peritel & Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo), Budihardjo Iduansjah, mengatakan bahwa operasional GS Supermarket di Indonesia telah diambil alih FoodHall Indonesia yang dioperasikan oleh Mitra Adiperkasa. Budihardjo menyebut bahwa nota kesepahaman atas transaksi ini telah ditandatangani pada awal Juni 2025. Merek GS Supermarket di Indonesia sendiri telah berganti nama menjadi Daily Supermarket pada 1 Juni 2025.
- $BRIS: Sekretaris Perusahaan Bank Syariah Indonesia, Wisnu Sunandar, mengatakan bahwa pihaknya belum dapat memberikan keterangan lebih lanjut terkait kabar akuisisi saham perusahaan oleh BPI Danantara, mengingat hal tersebut merupakan kewenangan pemegang saham. Sebelumnya, Menteri BUMN, Erick Thohir, pada awal pekan ini mengkonfirmasi bahwa terdapat rencana pemisahan BRIS dari Bank Mandiri ($BMRI). Erick menyebut bahwa Kementerian BUMN akan menunggu kajian dari Danantara terkait aksi korporasi ini sebelum mengambil keputusan.
- $COCO: Wahana Interfood Nusantara berencana menggelar rights issue hingga 8,5 miliar saham baru. Harga pelaksanaan belum diumumkan, sementara perolehan dana ditujukan untuk pengembangan usaha. Rencana ini akan dibahas dalam RUPSLB pada 15 Juli 2025.
- $NISP: Bank OCBC NISP berencana menerbitkan obligasi hingga 1,5 triliun rupiah, dengan perolehan dana ditujukan untuk pertumbuhan usaha berupa pemberian kredit. Obligasi tersebut terdiri atas 3 seri, tetapi tingkat bunganya masing–masing belum diumumkan. Obligasi tersebut telah mendapatkan rating AAA(idn) dari PT Fitch Ratings Indonesia. Jadwal masa penawaran umum berlangsung pada 26–30 Juni 2025.
- $GHON: Gihon Telekomunikasi Indonesia akan membagikan dividen tahun buku 2024 sebesar ~99 miliar rupiah atau 180 rupiah per saham. Jumlah tersebut setara ~117% dividend payout ratio (vs. 2023: ~91%) dan mengindikasikan dividend yield 9,9% per Kamis (5/6). Cum date di pasar reguler dan negosiasi pada 12 Juni 2025, sementara pembayaran pada 2 Juli 2025.
- $TOTO: Pemegang saham Surya Toto Indonesia pada Rabu (4/6) menyetujui pembagian dividen tahun buku 2024 sebesar ~248 miliar rupiah, setara ~79% dividend payout ratio (2023: ~77%). Jumlah tersebut mengindikasikan dividen final 12 rupiah per saham dan yield dividen final 5,3% per Kamis (5/6). Cum date dan tanggal pembayaran belum diumumkan. Sebelumnya, TOTO telah membagikan dividen interim sebesar 12 rupiah per saham pada Desember 2024.
- $DSNG: Pemegang saham Dharma Satya Nusantara menyetujui rencana pembagian dividen tahun buku 2024 sebesar ~254 miliar rupiah atau 24 rupiah per saham. Jumlah tersebut setara ~22% dividend payout ratio (vs. 2023: ~28%) dan mengindikasikan dividend yield 3% per Kamis (5/6). Cum date dan tanggal pembayaran belum diumumkan.
Top Gainer 🔥
|
|
|
|
+17,05% | +9,22% | +6,40% | +4,51% |
Top Loser 🤕
|
|
|
|
-8,76% | -4,50% | -4,37% | -4,24% |
🔥 Hal lain yang lagi hot yang perlu kamu ketahui…
- OJK merilis surat edaran nomor 7 tahun 2025 yang mewajibkan produk asuransi kesehatan untuk menerapkan pembagian risiko (co–payment) yang ditanggung oleh pemegang polis paling sedikit sebesar 10% dari total pengajuan klaim, dengan batas maksimum untuk rawat jalan sebesar 300 ribu rupiah per klaim dan rawat inap maksimum sebesar 3 juta rupiah per klaim. Surat edaran tersebut juga memperbolehkan perusahaan asuransi untuk menerapkan batas maksimum terkait co–payment yang lebih tinggi, selama disepakati antara perusahaan dengan pemegang polis. Kebijakan ini hanya berlaku untuk produk asuransi kesehatan dengan prinsip indemnity dan produk dengan skema managed care, serta mengecualikan produk asuransi mikro.
- Kementerian ESDM menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) periode pertama bulan Juni 2025 turun -16,7% MoM menjadi 100,97 dolar AS per ton. HBA tersebut juga turun -8,5% dibandingkan HBA pada periode kedua bulan Mei 2025.
- Analis Macquarie, Jim Lennon, mengatakan bahwa oversupply di pasar nikel global diperkirakan akan berlanjut hingga 2027–2028 seiring melambatnya pertumbuhan permintaan di tengah ekspansi kapasitas produksi. Harga nikel di London Metal Exchange baru–baru ini menyentuh level terendahnya dalam 5 tahun terakhir saat turun ke 13.865 dolar AS per ton pada 7 April 2025, sebelum merangkak naik ke level 15.380 dolar AS per ton pada Kamis (5/6). Lennon mengatakan bahwa level 15.000 dolar AS per ton adalah level yang krusial bagi produsen, mengingat setengah dari produsen existing akan berisiko mengalami kerugian jika harga nikel berada di bawah level tersebut. Pertumbuhan permintaan nikel sendiri melambat akibat lonjakan penggunaan substitusinya, yakni baterai berbahan lithium iron phosphate yang lebih murah. Reuters melaporkan bahwa konsensus analis telah memangkas estimasi permintaan nikel di sektor baterai pada 2030 menjadi hanya 967.000 ton (vs. realisasi 2024: 518.000 ton), jauh lebih rendah dibandingkan estimasi konsensus yang dibuat pada 2 tahun lalu di level 1,5 juta ton.
- Bank–bank Singapura yang terdiri atas DBS dan UOB mengumumkan telah memberikan pinjaman senilai total 6,7 triliun rupiah untuk membiayai pengembangan data center milik perusahaan Singapura, DayOne, dan Indonesia Investment Authority (INA). Reuters melaporkan bahwa pinjaman ini menandai pembiayaan berdenominasi rupiah yang terbesar sepanjang masa di sektor data center. Pinjaman tersebut akan digunakan untuk mengembangkan dan mengoperasikan 3 data center dengan total kapasitas 72 MW di Batam, di mana pembangunannya ditargetkan rampung pada 2025.
- Pengendali Jembo Cable Company ($JECC), PT Monaspertama Persada, membeli 53,1 juta saham JECC dengan harga 600 rupiah per lembar pada 2 Juni 2025, lebih rendah -43,9% dibandingkan harga saham perseroan saat penutupan bursa pada hari yang sama di level 1.070 rupiah per lembar. Total nilai transaksi men capai ~31,9 miliar rupiah. Setelah transaksi ini, kepemilikan PT Monaspertama Persada di JECC naik dari ~52,57% menjadi 59,59%.
- Pengendali Steel Pipe Industry of Indonesia ($ISSP), PT Cakra Bhakti Para Putra, membeli 6,8 juta saham ISSP dengan harga 296 rupiah per lembar pada 4 Juni 2025. Total nilai transaksi mencapai ~2 miliar rupiah. Setelah transaksi ini, kepemilikan PT Cakra Bhakti Para Putra di ISSP naik dari 56,3% menjadi 56,4%.
💸 Pelajaran dari $DCII dan Operating Leverage
"Perusahaan dengan operating leverage tinggi memang bisa terlihat mahal di awal. Tapi justru akan terlihat murah di masa depan ketika laba bersihnya mulai meledak" - fadhilonn
Kutipan menarik dari komunitas Stockbit minggu ini
Tidak semua kenaikan harga saham disebabkan oleh permainan market maker atau disebut sebagai “gorengan”. Dalam kasus saham $DCII, lonjakan harga justru bisa dijelaskan melalui konsep operating leverage—ketika laba bersih tumbuh jauh lebih cepat dari pendapatan karena efisiensi biaya tetap. Dengan biaya operasional utama hanya pada listrik, setiap tambahan kapasitas yang terserap pasar bisa langsung menggelembungkan margin. Hal ini menjadi pelajaran penting karena kadang pasar memang lebih cepat membaca potensi tersembunyi dari sebuah model bisnis. Penasaran bagaimana analisis ini dibedah lebih dalam? Baca dan temukan sudut pandang baru terkait cara kerja laba di balik layar melalui tulisan fadhilonn di sini!
Copyright 2025 Stockbit, all rights reserved. Anda menerima email ini karena terdaftar sebagai akun aktif di Stockbit atau telah daftar melalui website Stockbit / Stockbit Snips.
Disclaimer:
Email ini dikirim oleh PT Stockbit Sekuritas Digital (“Stockbit”), Perusahaan efek yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan.
Semua konten dalam email ini dibuat untuk tujuan informasional dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/ menjual saham tertentu. Always do your own research.
Selanjutnya, semua keputusan investasi nasabah mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas investasi tersebut. Seluruh risiko investasi bukan merupakan tanggung jawab Stockbit melainkan menjadi tanggung jawab masing-masing nasabah.
Domain resmi Stockbit adalah “https://stockbit.com/” dan semua informasi yang dikirimkan oleh kami akan menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit dan/atau alamat email yang diakhiri “@Stockbit.com” Semua pemberian Informasi Rahasia kepada pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit namun tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit merupakan tanggung jawab pribadi pihak pemilik Informasi Rahasia dan kami tidak bertanggung jawab atas setiap penyalahgunaan Informasi Rahasia yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit yang tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit.