Photo by: Stockbit Snips
Daily Market Performance 🚀
|
|
|
|
7.069 +0,34% | -Rp440 miliar | 16.290 +0,00% | 3.385 +0,25% |
|
|
|
|
65,8 +0,40% | 104,2 -1,04% | 3.948 +0,36% | 15.465 +0,17% |
👋 Stockbitor!
Managing Director Finance BPI Danantara, Arief Budiman, mengatakan pada Selasa (3/6) bahwa pihaknya akan menggelontorkan investasi senilai 5 miliar dolar AS atau ~81 triliun rupiah hingga akhir 2025, yang akan difokuskan kepada 8 sektor. Dana tersebut diperoleh dari penerimaan dividen BUMN yang ditargetkan mencapai 120 triliun rupiah selama 2025.
Adapun 8 sektor yang akan menjadi fokus utama investasi Danantara adalah hilirisasi mineral, energi baru terbarukan, infrastruktur digital, layanan kesehatan, jasa keuangan, utilitas infrastruktur, kawasan industri, serta pangan dan pertanian. Arief menjelaskan bahwa pemilihan sektor–sektor tersebut didasarkan atas pertimbangan kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dan peluang return. Arief juga menyebut bahwa selain melalui realokasi dividen, Danantara juga berharap bisa mendapatkan co–investment, baik dalam bentuk pendanaan, kapabilitas, maupun daya saing yang belum dimiliki oleh Indonesia.
Pernyataan Arief muncul di tengah kabar dari Bloomberg bahwa Danantara akan menyuntikkan modal sekitar 500 juta dolar AS atau ~8,1 triliun rupiah kepada Garuda Indonesia ($GIAA). Narasumber Bloomberg mengatakan bahwa suntikan modal ini kemungkinan dilakukan dalam 2 tahapan, dengan kesepakatan atas tahapan awal dapat dicapai secepatnya pada Juni atau Juli 2025. Sebagian suntikan modal tersebut dilaporkan akan diberikan kepada anak usaha GIAA, Citilink, untuk mengembalikan operasional lebih dari selusin armadanya.
Jika terwujud, aksi korporasi ini berpotensi menjadi investasi pertama Danantara sejak dibentuk pada awal 2025.
Narasumber Bloomberg juga mengatakan bahwa pemerintah mempertimbangkan untuk memindahkan pengendalian Citilink ke Pertamina, seraya menambahkan bahwa diskusi terkait hal ini masih belum jelas dan belum ada keputusan apapun yang dibuat. Perwakilan GIAA dan Danantara menolak mengomentari isu ini. Sementara itu, Pertamina mengatakan kepada Bloomberg bahwa Kementerian BUMN pernah memiliki ide untuk menggabungkan Pelita Air dan Citilink, meski hingga kini belum ada informasi terbaru. Pelita Air sendiri dikendalikan oleh Pertamina.
Isu mengenai peralihan pengendalian Citilink merupakan kabar baru, mengingat pemerintah sejak 2023 mewacanakan konsolidasi Pelita Air dengan GIAA dan Citilink. Sebelumnya, Menteri BUMN, Erick Thohir, pada Januari 2025 mengatakan bahwa konsolidasi GIAA, Pelita Air, dan Citilink ditargetkan rampung dalam 6 bulan.
Key Takeaway
Rumor suntikan dana dari Danantara memberikan sentimen positif bagi saham GIAA, di mana harga sahamnya menguat +5,08% pada Rabu (4/6) dan +72% sejak rumor ini pertama kali muncul pada 16 Mei 2025. Terkait dengan investasi Danantara secara umum, dari perspektif pasar modal, kami menilai bagaimana pemanfaatan dan pengelolaan dana investasi Danantara akan memiliki implikasi terhadap persepsi investor asing terhadap pemerintah. Hal ini akan memengaruhi confidence dan appetite investor asing terhadap market Indonesia.
📢 PGEO Bagi Dividen Rp53/Saham, Indikasi Yield 4%
- $PGEO: Pertamina Geothermal Energy akan membagikan dividen tahun buku 2024 senilai 136,4 juta dolar AS atau ~53,1 rupiah per saham, setara 85% dividend payout ratio (vs. 2023: ~78,5%). Jumlah tersebut mengindikasikan dividend yield 4% per Rabu (4/6). Cum date di pasar reguler dan negosiasi pada 13 Juni 2025, sementara tanggal pembayaran pada 4 Juli 2025.
- $BSDE: Dian Swastatika Sentosa ($DSSA) membeli tanah seluas 8.516 meter persegi di Menteng Atas, Jakarta Selatan dari Bumi Serpong Damai senilai 617,4 miliar rupiah. Rencana ini sejalan dengan rencana ekspansi bisnis perseroan di bidang data center.
- $MEDC: Pemegang saham Medco Energi Internasional pada Selasa (3/6) menyetujui rencana pembagian dividen tahun buku 2024 senilai ~63,3 juta dolar AS atau ~17% dividend payout ratio (vs. 2023: ~21%). Jumlah tersebut mengimplikasikan dividen final 25 rupiah per saham, yang mengindikasikan yield dividen final 2% per Rabu (4/6). Cum date dan tanggal pembayaran belum diumumkan. MEDC sebelumnya telah membagikan dividen interim tahun buku 2024 senilai 15,75 rupiah per saham pada November 2024.
- $CBDK: Bangun Kosambi Sukses mengumumkan telah menyuntikkan dana senilai total ~409 miliar rupiah kepada 2 anak usahanya, yang terdiri atas ~92 miliar rupiah untuk PT Cahaya Gemilang Indah Cemerlang dan ~317 miliar rupiah untuk PT Mega Andalan Sukses. Setelah transaksi ini, kepemilikan CBDK di keduanya masing–masing naik dari 64,62% menjadi 71,68%. Manajemen CBDK menjelaskan bahwa transaksi ini dilakukan untuk meningkatkan porsi kepemilikan di kedua perusahaan tersebut dan mengurangi dampak dilusi dari penerbitan saham baru.
- $WIFI: Solusi Sinergi Digital menandatangani nota kesepahaman kerja sama dengan Telkom Indonesia ($TLKM) dan PT Telkom Infrastruktur Indonesia terkait infrastruktur jaringan dan pengembangan ekosistem internet nasional. Nota kesepahaman ini mencakup pemanfaatan infrastruktur, optimalisasi layanan edge data center, dan beberapa kolaborasi lainnya. Langkah ini diharapkan dapat segera dilanjutkan ke tahap implementasi teknis dan dapat menjadi katalis utama dalam menghadirkan layanan “internet rakyat” bagi lebih dari 40 juta rumah tangga di Indonesia.
- $MITI: Mitra Investindo berencana menggelar private placement hingga ~354 juta saham baru dengan efek dilusi hingga 9,09%. Harga pelaksanaan dan calon investor belum diumumkan. Adapun perolehan dana dari aksi korporasi ini ditujukan untuk pengembangan usaha di bidang penambangan mineral strategis silika melalui anak usaha perseroan, PT Nusantara Bina Silika. Rencana ini akan dibahas dalam RUPSLB pada 5 Juni 2025.
Top Gainer 🔥
|
|
|
|
+25,00% | +24,86% | +19,09% | +16,53% |
Top Loser 🤕
|
|
|
|
-8,27% | -8,10% | -6,28% | -4,89% |
🔥 Hal lain yang lagi hot yang perlu kamu ketahui…
- Organisation for Economic Co–operation and Development (OECD) kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi +4,7% YoY pada 2025 dan +4,8% YoY pada 2026 dalam outlook yang dirilis pada awal Juni 2025, masing–masing lebih rendah -0,2 percentage point dibandingkan outlook pada Maret 2025. Hal ini juga menandai pemangkasan outlook yang kedua dari OECD pada tahun ini untuk Indonesia, menyusul pemangkasan outlook pada Maret 2025. Pada 2025 sendiri, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar +5,2% YoY.
- Presiden AS, Donald Trump, pada Selasa (3/6) menandatangani perintah untuk menaikkan tarif baja dan aluminium dari 25% menjadi 50% per 4 Juni 2025, dengan justifikasi untuk membantu produsen dalam negeri dan melindungi keamanan nasional AS. Bloomberg menyebut bahwa kebijakan baru ini didasarkan pada landasan hukum yang lebih lemah, setelah Pengadilan Perdagangan Internasional AS pada pekan lalu membatalkan banyak tarif yang Trump terapkan melalui undang–undang darurat. Kenaikan tarif baja dan aluminium yang baru memiliki pengecualian kepada Inggris, di mana tarif impor logam dari Inggris akan tetap berada di level 25% guna memungkinkan AS dan Inggris melanjutkan negosiasi perdagangan sebelum deadline pada 9 Juli 2025.
- Investor Daily melaporkan bahwa pendiri Bridgewater Associates, Ray Dalio, menyebut dirinya menjadi penasihat informal bagi BPI Danantara secara sukarela dan tidak dibayar. Sebelumnya, Bloomberg melaporkan pada pekan lalu bahwa Dalio memilih untuk tidak menjabat posisi penasihat Danantara dengan alasan yang tidak disebutkan. Bloomberg juga menyebut bahwa nama Dalio sudah tidak tercantum dalam susunan anggota penasihat Danantara, berdasarkan slide presentasi badan tersebut kepada sekelompok pebisnis asing pada Mei 2025. Laporan Bloomberg tersebut telah dibantah oleh CEO BPI Danantara, Rosan Roeslani.
- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengatakan pada Rabu (4/6) bahwa pemerintah Indonesia akan memberikan daftar tarif preferensi untuk barang–barang impor dari AS sebelum memulai negosiasi perdagangan tahap kedua yang dijadwalkan berlangsung pada bulan ini. Airlangga juga menyebut bahwa pemerintah Indonesia siap untuk mempercepat negosiasi dengan AS sebelum deadline 3 Juli 2025.
- Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, pada Selasa (3/6) mengeklaim bahwa proyek ekosistem baterai kendaraan listrik senilai 6–7 miliar dolar AS milik Contemporary Amperex Technology Co. Ltd. (CATL) dan Indonesia Battery Corporation (IBC) akan mulai groundbreaking pada pekan ketiga bulan Juni 2025 di Halmahera Timur, Maluku Utara.
- S&P Global mencatat bahwa Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur China turun ke level 48,3 pada Mei 2025 (vs. Apr 2025: 50,4), lebih rendah dibandingkan ekspektasi konsensus di level 50,6. Hasil ini menandai PMI manufaktur China yang terendah sejak September 2022, sekaligus menandai kontraksi aktivitas pabrik yang pertama dalam 8 bulan terakhir seiring perang dagang dengan AS. Meski demikian, sentimen bisnis menguat, didukung oleh harapan perbaikan kondisi perdagangan.
- Biro statistik tenaga kerja AS mencatat bahwa lowongan pekerjaan di AS meningkat 191.000 menjadi ~7,39 juta pada April 2025, melampaui ekspektasi konsensus di level 7,1 juta.
🤯 Fenomena Saham: Dibeli turun, Dilepas Malah Naik, Kenapa?
"Pasar tidak peduli kamu sudah beli — emosimu yang harus menyesuaikan diri dengan pasar, bukan sebaliknya." - FeryCitraF
Kutipan menarik dari komunitas Stockbit minggu ini
Fenomena “saham yang di–hold malah turun, yang dijual malah naik” sering kali bukan soal salah pilih, tapi soal bias psikologis yang bekerja diam–diam – seperti loss aversion, FOMO, dan regret aversion. Dalam tulisannya, FeryCitraF membedah sisi emosional di balik keputusan investasi, dari dinamika pasar, perilaku crowd, sampai strategi rasional yang bisa menjaga kamu tetap waras di tengah volatilitas. Selengkapnya dapat kamu baca di sini!