Salah satu faktor yang sering dipertimbangkan investor sebelum membeli suatu saham adalah likuiditas. Umumnya, saham dengan tingkat likuiditas tinggi lebih dipilih investor daripada saham yang kurang likuid.
Lalu, apa itu saham likuid dan bagaimana cara mengetahui tingkat likuiditas suatu saham? Simak selengkapnya berikut ini.
Apa itu Likuiditas Saham?
Likuiditas saham adalah ukuran jumlah transaksi suatu saham di pasar modal dalam suatu periode tertentu.
Semakin tinggi jumlah transaksi suatu saham di pasar modal, berarti semakin tinggi pula tingkat likuiditas saham tersebut. Begitu pun sebaliknya, semakin kecil jumlah transaksi suatu saham di pasar modal, berarti semakin rendah pula likuiditas dari saham tersebut.
Likuiditas saham memiliki arti yang penting baik bagi investor maupun emiten. Bagi investor, saham likuid menandakan bahwa saham tersebut ramai diperdagangkan di Bursa Efek, sehingga membelinya tidak akan membuat investor khawatir karena pasti akan ada yang membeli saham itu lagi apabila investor hendak menjual sahamnya.
Sedangkan bagi emiten, likuiditas saham memberikan informasi tingkat minat investor terhadap saham tersebut. Semakin likuid suatu saham berarti semakin tinggi pula minat investor terhadap saham tersebut.
Dengan demikian, apabila emiten membutuhkan tambahan modal suatu hari nanti, emiten bisa dengan mudah mendapatkannya lewat opsi penerbitan saham baru di bursa efek, yang mana jika aksi korporasi ini dilakukan, kemungkinan besar akan cepat diserap pasar karena sahamnya likuid.
Mengapa Likuiditas Saham penting?
Salah satu tujuan utama seseorang berinvestasi saham adalah untuk mendapatkan keuntungan capital gain.
Capital gain adalah jenis keuntungan investasi saham yang diperoleh dengan menjual saham di harga yang lebih tinggi daripada harga beli. Keuntungan ini secara umum lebih mudah diperoleh jika kamu melakukan transaksi pada saham likuid.
Hal ini karena saham likuid aktif diperdagangkan di bursa efek. Sehingga ketika kamu ingin membeli atau menjual saham tersebut, pastinya tidak akan kesulitan. Dengan begitu, peluang bagi investor untuk memperoleh keuntungan capital gain juga menjadi terbuka sangat lebar.
Sebaliknya, berinvestasi pada saham yang kurang likuid seringkali mendatangkan kerugian bagi investor. Khususnya, ketika investor hendak menjual saham tersebut dan tidak ada yang mau membelinya, bahkan setelah dijual di bawah harga beli.
Cara Mengecek Likuiditas Saham
Dari penjelasan di atas, kita mengetahui bahwa membeli saham likuid sangatlah penting bagi investor. Lalu, bagaimana cara agar investor tahu suatu saham likuid atau tidak?
Ada dua caranya, yaitu:
1. Melihat orderbook saham
Orderbook saham dapat kamu lihat di berbagai aplikasi investasi saham online, contohnya Stockbit. Pada orderbook saham, ditampilkan berbagai informasi tentang suatu saham, mulai dari harga saham saat ini, jumlah lot bid dan offer, hingga nilai transaksi saham yang telah terjadi pada hari itu.
Meskipun tidak ditampilkan secara langsung, investor juga bisa mengetahui informasi likuiditas suatu saham melalui orderbook, yaitu dengan melihat jumlah lot bid dan offer saham tersebut.
Apabila jumlah antrian bid (membeli) dan offer (menjual) saham tersebut banyak, maka bisa dibilang saham tersebut likuid.
Contohnya seperti yang terlihat pada orderbook saham UNVR di bawah ini dimana antrian lot beli dan jual saham mencapai ratusan ribu lot per hari yang menandakan bahwa saham ini aktif diperdagangkan.
2. Hitung kapitalisasi pasar
Cara berikut yang bisa kamu lakukan untuk mengetahui apakah suatu saham likuid atau tidak adalah dengan menghitung kapitalisasi pasarnya (market cap). Cara hitung kapitalisasi pasar sangat mudah, yakni cukup kalikan saja harga saham saat ini dengan total lembar saham yang beredar.
Contoh mudahnya seperti berikut, perusahaan ABCD diketahui mempunyai total saham beredar sebanyak 500 juta lembar. Dengan asumsi harga saham ABCD saat ini senilai Rp 2.500 per lembar, maka nilai kapitalisasi pasar ABCD adalah:
Kapitalisasi pasar
= Rp2.500 x 500 juta
= Rp1,25 triliun
Jika berdasarkan kategori kapitalisasi pasar yang ditentukan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI), maka saham perusahaan ABCD di atas tergolong sebagai saham lapis dua atau middle caps dengan nilai market cap antara Rp 1 triliun sampai Rp 10 triliun.
Namun, dengan menggunakan aplikasi Stockbit kamu tidak perlu menghitung secara manual. Karena dapat dilihat langsung dengan mencari emiten > keystats saja.
Apabila kamu mengincar saham dengan likuiditas tinggi, sebaiknya pilih saham blue chips yang memiliki nilai kapitalisasi pasar di atas Rp1 0 triliun dan berfundamental baik.
Saham-saham blue chips tersebut sebagiannya bisa kamu temukan dalam indeks LQ45 yang mencatat 45 saham terbaik di BEI berdasarkan tingkat likuiditas, kapitalisasi pasar, dan kriteria tertentu lainnya.
Jadi, itulah beberapa alasan mengapa likuiditas saham penting bagi investor serta bagaimana cara mengetahui apakah suatu saham likuid atau tidak. Selain likuiditas saham, ada juga beberapa hal lain yang perlu dipertimbangkan investor sebelum membeli suatu saham agar dapat meraih untung yang maksimal.
Salah satunya adalah mempertimbangkan perbandingan harga saham saat ini dengan nilai intrinsiknya menggunakan beberapa metode perhitungan valuasi saham seperti PBV, PER, dan PEG.
Pelajari cara menghitung nilai intrinsik saham dengan benar secara lengkap dan gratis melalui Stockbit Academy. Di samping menyediakan materi belajar investasi saham gratis untuk pemula, di Stockbit kamu juga melakukan trading saham secara online dengan fitur yang lengkap dan biaya terjangkau.