Banyak sekali istilah penting yang bisa kamu pelajari jika berkecimpung di dunia saham. Salah satunya adalah Greenshoe Option atau skema greenshoe.
Skema greenshoe sendiri sudah ada di dalam aturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), yaitu Nomor IX.B.4 yang membahas, mengenai Stabilisasi Harga Saham dalam Rangka Penawaran Umum Perdana atau IPO (Initial Public Offering).
Opsi greenshoe merupakan sebuah mekanisme opsi penjatahan, di mana emiten bisa mengambil jatah mereka dalam IPO atau masa penawaran umum. Calon emiten akan mencatatkan saham perdana mereka dengan maksimal penjatahannya 15%.
Sejarah Greenshoe Option
Opsi greenshoe berawal dari sebuah perusahaan yaitu, Green Shoe Manufacturing Company (Saat ini Stride Rite Corporation), yang pertama menggunakan opsi tersebut pada tahun 1919. Dan mengizinkan penjamin emisi untuk menggunakannya di dalam IPO.
Penggunaan Greenshoe di dalam penawaran saham tersebar luas dikarenakan dua alasan. Yang pertama adalah mekanisme hukum bagi penjamin emisi untuk menstabilkan harga saham baru, guna mengurangi risiko perdagangan di bawah harga setelah adanya penawaran.
Kemudian alasan yang kedua adalah, memberikan beberapa fleksibilitas pada penjamin emisi dalam menetapkan ukuran akhir dari penawaran, berdasarkan permintaan pasca-penawaran untuk saham.
Skema Greenshoe Option
Kemudian bagaimana agar skema greenshoe option ini bisa berjalan? Karena fungsinya untuk menstabilkan harga saham, maka skemanya adalah melepas saham tambahan atau membeli saham yang tengah beredar.
Pelepasan lembar saham tambahan akan dilakukan saat permintaan saham tersebut saat tinggi. Ketika penawaran saham tersebut sangat tinggi, maka harga saham akan mengalami penurunan bahkan bisa menyentuh ARB atau berada di bawah harga IPO.
Kondisi tersebut tentunya sangat tidak diharapkan oleh investor mana pun, karenanya underwriter akan menawarkan opsi Greenshoe yang memungkinkan underwriter bisa kembali membeli saham yang sudah beredar di publik.
Dengan pembelian saham tersebut diharapkan bisa menyeimbangkan antara penawaran dan permintaan.
Tujuannya tentu saja agar harga saham tidak turun dengan drastis. Untuk itu, syarat yang harus dipenuhi adalah, pembelian maksimal 15% dari total saham IPO dan pelaksanaan maksimalnya 30 hari setelah IPO.
Dari kedua persyaratan tersebut, menjelaskan bahwa tekanan jual yang mampu ditahan oleh mekanisme hanya 15%. Kemudian jika penawaran melebihi angka tersebut, maka underwriter bisa membeli maksimal 15%, sehingga kemungkinan sisanya tidak terserap, yang menyebabkan saham turun terus.
Contoh Greenshoe Option pada Facebook dan GoTo
Banyak perusahaan yang menggunakan skema Greenshoe dan salah satunya adalah Facebook dan GoTo. Facebook sendiri mulai melakukan penawaran umum perdana di bulan Mei 2012 dan itu adalah IPO teknologi terbesar dalam sejarah Amerika Serikat.
Saat itu, Facebook menawarkan sebanyak 421.233.615 saham dengan harga per saham $38. Dari penawaran tersebut, terkumpul hingga $16 miliar bahkan harga sahamnya sendiri meroket hingga $45.
Dengan opsi Greenshoe, Morgan Stanley yang merupakan penjamin emisi utamanya berhak untuk menjual lebih banyak saham dengan tujuan untuk memberikan stabilitas harga. Dikarenakan penjamin memiliki kemampuan meningkatkan pasokan dan mengkompensasi fluktuasi harga ketika permintaan mengalami peningkatan.
Saat itu, 18 Mei 2012, Morgan Stanley menjual $484 juta saham FB yang per sahamnya $38. Secara bersamaan juga membeli 421 juta saham dari perusahan dan investor @37,58 yang menghasilkan keuntungan awal 1,1%.
Pada intinya, Morgan Stanley mempersingkat 63 juta saham Facebook yang mewakili Greenshoe, yang memberi hal pada mereka untuk kembali ke Facebook dan membeli saham tambahan 63 juta pada harga $38. Sayangnya pada 21 Mei 2012, Greenshoe telah habis karena saham Facebook anjlok ke $34.
Contoh berikutnya opsi greenshoe yang digunakan oleh perusahaan rintisan karya anak bangsa, yaitu PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk yang akan turut meramaikan bursa saham domestik, sebentar lagi.
Adapun skema Greenshoe yang digunakan saat IPO adalah sekitar 7,8 miliar saham yang diambil dari saham treasury.
Untuk IPO GoTo, nilai ekuitasnya berdasarkan pada laporan keuangan pada Juli 2021 yang mencapai Rp 130,5 triliun. Sementara total saham sebelum IPO mencapai Rp 1,14 triliun. Itu artinya, nilai BVS saham GoTo berada di kisaran Rp 115 per saham dan ditawarkan Rp 338 per saham pada saat IPO.
Dengan mekanisme opsi greenshoe, membuat saham GoTo menjadi lebih menarik, terutama bagi investor yang ingin berpartisipasi untuk mendorong kemajuan ekonomi digital dalam negeri.
Itu dia penjelasan singkat mengenai Greenshoe Option. Bagaimana menurut kamumengenai skema ini?