Guest User

🏍️ MPMX: Attractive Sustainable Dividend of ~8% p.a Backed by Stable Motorcycles Business by Guest User

Penulis: Michael Owen Kohana | Editor: Aulia Rahman Nugraha, Edi Chandren, Vivi Handoyo Lie

Published date: 13/3/2024

  • MPMX menawarkan dividend yield sebesar ~8%  per tahun yang sustainable. 

  • Bisnis distribusi motor yang stabil berkat pangsa pasar Honda yang semakin dominan dan ancaman yang relatif rendah dari motor berbasis listrik.

  • Posisi finansial yang solid (net cash) dan kebutuhan capex yang minim dalam beberapa tahun mendatang mendukung pembayaran dividen yang besar.

Deskripsi: Volume penjualan motor dan OPM MPMX 2019-2024E
Sumber: Stockbit analysis

Executive Summary

Dengan bisnis model yang relatif stabil dan angka penjualan motor yang telah kembali ke level normal, kami menilai bahwa MPMX menawarkan potensi dividen yang menarik. Menurut estimasi kami, MPMX dapat menghasilkan laba bersih sebesar ~Rp600 M per tahun secara sustainable berdasarkan volume penjualan motor sebesar ~900 ribu per tahun dengan operating margin yang relatif stabil di angka ~3,8%. Dengan asumsi payout ratio sebesar 65% – yang mana menurut kami konservatif – potensi dividend yield dari MPMX mencapai ~8% per tahun.

Sebagai distributor motor Honda yang pangsa pasarnya semakin dominan di Indonesia, kami menilai angka penjualan sebesar 900 ribu per tahun bagi MPMX sebagai angka yang achievable. Sebagai perbandingan, pada 2019 (pra-pandemi) volume penjualan motor MPMX berada di 1,07 juta unit. Untuk 2023 dan 2024, kami mengestimasikan volume penjualan motor MPMX berada di level  867 ribu unit dan 909 ribu unit.

Angka penjualan motor nasional sendiri kami perkirakan akan stabil di level ~6,4 juta per tahun dan masih akan tetap didominasi oleh motor berbasis bensin. Kami menilai ancaman kendaraan listrik pada industri motor jauh lebih rendah dibandingkan pada industri mobil karena beberapa alasan yang didiskusikan lebih lanjut di artikel ini.

Selain bisnis yang relatif stabil, kemampuan MPMX membayar dividen yang royal juga ditopang oleh posisi finansial yang solid (net cash Rp1,58 T per 3Q23) dan kebutuhan capex yang minim dalam beberapa tahun mendatang. Selain itu, dalam beberapa tahun terakhir, MPMX juga telah melakukan beberapa divestasi, sehingga perseroan dapat lebih fokus pada core business dan memberikan kelonggaran kepada modal (capital) perusahaan.

Secara valuasi, saat ini MPMX diperdagangkan dengan P/E TTM sebesar 7,3x, sedikit lebih tinggi dari -1 Standard Deviation dalam 3 tahun terakhir, level yang tergolong rendah secara historis. Kami menilai valuasi yang rendah tersebut dapat membatasi risiko downside bagi MPMX, sehingga investor dapat menikmati dividen yang besar sementara risiko capital loss relatif terjaga

Adapun risiko utama MPMX adalah: 1) penjualan motor yang lemah akibat menurunnya daya beli dan/atau pengetatan pada pembiayaan; dan 2) kenaikan pajak motor konvensional yang berimbas pada menurunnya keterjangkauan (affordability).


Penjualan Motor MPMX Stabil dengan Proyeksi Minimum 900 Ribu Unit per Tahun 

Penjualan motor nasional sudah kembali pulih ke level pra-pandemi setelah sempat mengalami koreksi akibat Covid-19 dan masalah rantai pasok semikonduktor pada 2020–2022. Pemulihan ini tercermin dari angka penjualan motor domestik pada 2023 yang menyentuh 6,24 juta unit (+19,4% YoY). Sebagai perbandingan, penjualan motor pada 2018 dan 2019 masing-masing berada di level 6,4 juta dan 6,5 juta unit.

Dengan pemulihan yang sudah tercermin pada 2023 dan mengacu kepada data penjualan pra-pandemi, kami memproyeksikan bahwa penjualan motor domestik yang sustainable ke depannya berada di level 6,4 juta unit. Proyeksi kami tersebut sejalan dengan target Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) yang mengincar pertumbuhan penjualan motor domestik pada 2024 sebesar +0–4% YoY ke level 6,2–6,5 juta unit. 

Deskripsi: Penjualan motor nasional 2016–2024E.


Sumber: AISI,  Stockbit analysis

Pertumbuhan penjualan motor domestik pada tahun ini mulai terindikasi dari realisasi pada Januari 2024 yang mencapai 592,6 ribu unit (+38,8% MoM, +38,6% YoY). Hasil tersebut setara 9,1–9,6% dari target AISI pada 2024, tergolong tinggi secara historis, sekaligus menandai volume penjualan bulanan tertinggi sejak April 2023. Jika dibandingkan dengan masa pra-pandemi (2018-2019), penjualan motor domestik pada Januari setara dengan 7,5% dari total realisasi 2019 dan 8,8% dari total realisasi 2018.

Berdasarkan brand-nya, Honda konsisten menjadi merek motor dengan pangsa pasar terbesar di Indonesia. Bahkan, tren pangsa pasar Honda cenderung meningkat dalam 6 tahun terakhir dari level 75,2% pada 2018 menjadi 78,6% pada 2023. Tren pangsa pasar Honda yang stabil dengan kecenderungan meningkat ini dapat menjadi katalis positif bagi MPMX selaku distributor merek tersebut di Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur.

Dengan mempertimbangkan kembali pulihnya penjualan motor domestik dan tren pangsa pasar motor Honda yang stabil dengan kecenderungan meningkat, kami memproyeksikan bahwa MPMX setidaknya dapat mencatatkan penjualan motor sebesar 900 ribu per tahun. Pada 2024 sendiri, manajemen MPMX menargetkan kenaikan sebesar +4,9% YoY menjadi 909 ribu unit, lebih tinggi dibandingkan target pertumbuhan se-industri. Angka penjualan motor MPMX di level 900 ribu unit per tahun kami nilai achievable, mengingat realisasi penjualan motor MPMX pada 2018–2019 (pra-pandemi) berada di kisaran 1 juta unit.

Deskripsi: Penjualan motor Nasional dan Honda 2018–2023.


Sumber:AISI, Stockbit Analysis
Deskripsi: Penjualan motor MPMX 2019–2024E.
Sumber: AISI, MPMX,  Stockbit analysis

Selain itu, kami menilai ancaman kendaraan listrik di industri motor lebih rendah dibandingkan industri mobil. Berdasarkan perkiraan Asosiasi Industri Sepeda Motor Listrik Indonesia (Aismoli), penjualan motor listrik selama 2023 hanya mencapai 25 ribu unit, atau hanya mencapai 12,5% dari target pemerintah di level 200 ribu unit. 

Rendahnya adopsi motor listrik kemungkinan dipicu oleh masih kurang praktisnya produk tersebut di mata konsumen, mengingat jarak tempuh motor listrik masih relatif rendah di angka 50–60 km dan infrastruktur pendukungnya masih minim. Penetrasi motor listrik yang lambat berpotensi menjaga pangsa pasar motor Honda yang mayoritas produknya berbahan bakar bensin. Secara tidak langsung, volume penjualan MPMX sebagai distributor motor Honda akan menjadi lebih resilient.


Pendapatan dan Laba Bersih Tumbuh Moderat dengan Margin Relatif Stabil

Mengacu target volume penjualan dari manajemen di level 909 ribu unit, kami mengestimasikan total pendapatan MPMX akan tumbuh +4,8% YoY pada 2024, dengan laba bersih naik sebesar +6,4% YoY menjadi ~Rp600 M. Estimasi kenaikan laba bersih yang lebih tinggi dibandingkan pendapatan disebabkan oleh kontribusi kenaikan pendapatan keuangan sebesar +15,7% YoY.

Dengan model bisnis distribusi dan skala yang besar, MPMX memiliki margin yang relatif stabil, tercermin dari margin laba usaha di kisaran 3,6–3,8% pada kondisi normal. Pada 2020–2021, penurunan operating margin yang cukup signifikan terjadi seiring penurunan volume penjualan motor akibat pandemi Covid-19.

Dengan margin yang relatif stabil, kami memproyeksikan MPMX dapat mencatatkan laba bersih yang sustainable sebesar ~Rp600 M per tahun berdasarkan volume penjualan  motor sebesar ~900 ribu unit per tahun.

Deskripsi: Volume penjualan motor dan OPM MPMX 2019-2024E

Sumber: Stockbit analysis
Deskripsi: Estimasi kinerja MPMX pada 2023E dan 2024E.
Sumber: Stockbit analysis

Pada 2022, MPMX mencatatkan kenaikan margin laba bersih ke level 4,8% akibat one off gain dari divestasi kepemilikan di MPMRent.


Finansial Solid dan Capex Minim Membuka Ruang bagi Dividen Besar

Dengan asumsi laba bersih sustainable di level ~Rp600 M per tahun dan payout ratio sebesar 65%, MPMX dapat menawarkan potensi dividend yield yang menarik di kisaran ~8% per tahun berdasarkan harga sahamnya per Rabu (6/3) di level Rp1.050/lembar. Payout ratio sebesar 65% sendiri kami nilai sebagai asumsi yang relatif konservatif, mengingat besaran payout ratio minimum dari MPMX sejak 2019 adalah 90%. 

MPMX sendiri memiliki posisi finansial yang relatif solid dan bebas utang, dengan kas sebesar Rp1,59 T per September 2023. 

Dalam beberapa tahun terakhir, MPMX juga telah melakukan beberapa divestasi. Pada 2018, MPMX mendivestasikan PT Federal Karyatama yang mengalami kerugian operasional sejak 2018, disusul dengan divestasi sebagian kepemilikan di MPM Rent pada 2022. Setelah mendivestasi beberapa unit bisnisnya, rata-rata capex yang dikeluarkan oleh MPMX relatif kecil di kisaran Rp100–200 M per tahun. Sebagai perbandingan, sebelum mendivestasikan MPM Rent, MPMX menganggarkan capex sekitar Rp600–700 M untuk pembelian armada baru. 

Divestasi-divestasi ini membuat MPMX dapat fokus pada core business yakni distributor motor dan memberikan kelonggaran kepada modal (capital) perusahaan. 

Deskripsi: Operating profit MPMX berdasarkan segmen pada 2016–2022.


Sumber: Stockbit analysis

* sudah tidak tekonsolidasi
Deskripsi:Capex MPMX 2016-9M23

Sumber: Stockbit analysis

Investor relations MPMX mengatakan pada tim Stockbit bahwa perseroan belum mempunyai rencana untuk mengeluarkan besaran capex jumbo, sehingga dapat menghasilkan arus kas bersih yang tinggi. Faktor-faktor ini membuat MPMX memiliki kapabilitas untuk membayarkan dividen dengan payout ratio di atas komitmen perseroan yang berada di level 40%.

Deskripsi: Laba Bersih, Besaran Dividen, DPS & Payout Ratio  MPMX 2016-2024F
Sumber: Stockbit analysis

Dalam kasus yang lebih bullish, jika dividend payout ratio MPMX mencapai 70–75%, maka dividend yield MPMX akan meningkat hingga 8,4–9% untuk tahun buku 2023 dan 9–9,7% untuk tahun buku 2024.


Valuasi

Secara valuasi, saat ini MPMX diperdagangkan dengan P/E TTM sebesar 7,3x, sedikit lebih tinggi dari -1 Standard Deviation dalam 3 tahun terakhir, level yang tergolong rendah secara historis. Kami menilai valuasi yang rendah tersebut dapat membatasi risiko downside bagi MPMX, sehingga investor dapat menikmati dividen yang besar sementara risiko capital loss relatif terjaga

Deskripsi: P/E Band (TTM) MPMX 3 tahun terakhir.
Sumber:  Stockbit

Secara valuasi, pada Rabu (6/3) MPMX diperdagangkan dengan P/E TTM sebesar 7,3x, sedikit lebih tinggi dari -1 Standard Deviation dalam 3 tahun terakhir, level yang tergolong rendah secara historis. Kami menilai valuasi yang rendah tersebut dapat membatasi risiko downside bagi MPMX, sehingga investor dapat menikmati dividen yang besar sementara risiko capital loss relatif terjaga


Risiko

Menurut kami, risiko utama MPMX adalah apabila realisasi penjualan motor perseroan pada 2024 berada di bawah target manajemen

Risiko lain juga datang dari potensi penurunan persepsi keselamatan atas motor Honda akibat skandal rangka esaf yang sempat terjadi pada akhir 2023. Turunnya persepsi keselamatan dapat membuat calon pembeli motor Honda berpotensi memilih untuk membeli merek lain. Tentunya, hal tersebut akan memberikan dampak negatif bagi MPMX yang merupakan distributor motor merek Honda. 

Selain itu, risiko MPMX selanjutnya adalah penurunan penjualan motor akibat rencana pemerintah untuk menaikkan pajak kendaraan bermotor berbahan bakar bensin. Sampai saat ini, Honda masih minim memasarkan motor listrik. Jika adopsi motor listrik cukup masif, maka dapat berdampak buruk terhadap pangsa pasar dan penjualan MPMX.


________________
Penulis: 

Michael Owen Kohana, Investment Analyst

Editor:

Vivi Handoyo Lie: Head of Investment Research

Edi Chandren, Investment Analyst Lead

Aulia Rahman Nugraha, Sr. Investment Journalist

Copyright 2024 Stockbit, all rights reserved.

Disclaimer: 

Semua konten dalam artikel ini dibuat untuk tujuan informasional dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual saham tertentu. Always do your own research.

Informasi ini dimiliki oleh PT Stockbit Sekuritas Digital (β€œStockbit”), Perusahaan efek yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan.

Selanjutnya, semua keputusan investasi nasabah mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas investasi tersebut. Seluruh risiko investasi bukan merupakan tanggung jawab Stockbit melainkan menjadi tanggung jawab masing-masing nasabah.

Domain resmi Stockbit adalah β€œhttps://stockbit.com/” dan semua informasi yang dikirimkan oleh kami akan menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit dan/atau alamat email yang diakhiri β€œ@Stockbit.com” Semua pemberian Informasi Rahasia kepada pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit namun tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit merupakan tanggung jawab pribadi pihak pemilik Informasi Rahasia dan kami tidak bertanggung jawab atas setiap penyalahgunaan Informasi Rahasia yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit yang tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit.

🌴 Memasuki El Nino 2023, Saatnya Saham CPO Beraksi? by Guest User

πŸ‘‹ Stockbitor!

Fenomena El Nino yang melanda Indonesia sejak pertengahan 2023 dan diprediksi hingga Februari 2024 menjadi pisau bermata dua bagi emiten kelapa sawit. Di satu sisi, El Nino dapat mengakibatkan kemarau panjang sehingga berdampak negatif bagi produksi tandan buah segar (TBS). Di sisi lain, penurunan produksi TBS berpotensi mendorong harga minyak kelapa sawit (CPO). Walaupun El Nino mengakibatkan penurunan produksi TBS, laba bersih perusahaan CPO berpotensi tetap meningkat terkompensasi peningkatan harga jual CPO dan penurunan beban HPP pada biaya pupuk.

Paparan risiko penurunan produksi TBS akibat El Nino relatif lebih rendah bagi $AALI, $LSIP, dan $SMAR mengingat sebagian lokasi lahannya tidak terdampak El Nino pada Juni–Agustus 2023. Namun, umur pohon milik ketiganya relatif tua, sehingga kinerja produksi emiten-emiten tersebut akan tetap lemah. Dalam tulisan ini, kami menilai bahwa $DSNG, $TAPG, dan $SSMS berpotensi diuntungkan dari fenomena El Nino di Indonesia. Meskipun lahan tertanam ketiganya berada di wilayah terdampak El Nino, mereka memiliki keunggulan kompetitif dalam aspek produksi  karena rata-rata umur pohonnya masih prima dan memiliki oil extraction rate (OER) yang tinggi atau meningkat.

Peningkatan harga CPO dapat menjadi katalis positif bagi sektor kelapa sawit yang sebagian besar pemainnya mengalami penurunan kinerja pada 1H23 akibat penurunan rata-rata harga jual (ASP) dan melonjaknya harga pupuk sejak awal 2022. El Nino sendiri sempat membuat harga CPO dunia mengalami penguatan yang cukup signifikan sebesar +56,4% pada Mei–Desember 2019. Selain itu, jurnal Oil Palm Industry Economic Journal menemukan bahwa jika El Nino terjadi, harga CPO menjadi +10,2% lebih tinggi dibandingkan jika fenomena tersebut tidak terjadi. Dengan potensi peningkatan harga jual akibat El Nino, serta tren penurunan harga pupuk sejak Mei 2023, kinerja emiten kelapa sawit berpotensi membaik ke depannya

Secara valuasi, saham emiten kelapa sawit tergolong relatif murah secara historis dan masih di bawah Mean Standard Deviation 5 tahun untuk P/E dan -1 Standard Deviation 5 tahun untuk P/BV. Meski demikian, beberapa risiko yang perlu diperhatikan oleh investor antara lain lagging effect secara periode waktu maupun besaran kenaikan harga saham emiten kelapa sawit dibandingkan dengan harga CPO global, serta risiko intervensi dari pemerintah seperti larangan ekspor


El Nino 2023 dan Potensi Kenaikan Harga CPO Dunia 


Fenomena El Nino yang terjadi di Indonesia
pada tahun ini berpotensi memicu kenaikan harga CPO ke depannya. El Nino dapat mengakibatkan kemarau kering yang berkepanjangan, sehingga berdampak negatif terhadap produksi buah kelapa sawit. Umumnya, dampak El Nino dapat berlangsung hingga 9–12 bulan, tetapi fenomena ini dapat berlangsung lebih panjang tergantung dari intensitasnya

Menurut jurnal Oil Palm Industry Economic Journal, produksi CPO berkurang sebesar -3,37% ketika El Nino terjadi, dengan stok CPO berkurang sebanyak -2,5% dan harga CPO menjadi +10,2% lebih tinggi jika dibandingkan dengan fenomena ini tidak terjadi. Sebelumnya, El Nino pernah terjadi di Indonesia pada pertengahan 2019 dan sempat menyebabkan harga CPO dunia mengalami penguatan yang cukup signifikan sebesar +56,4% pada Mei–Desember 2019.

Dengan memperhitungkan efek El Nino, UBS merevisi naik prediksi harga CPO pada Desember 2023 dan Maret 2024 dari MYR3.750/ton menjadi MYR4.250/ton dan MYR4.500/ton, setara dengan kenaikan +13 dan +20% dari prediksi sebelumnya

Pic: Harga CPO sejak 2016.
Sumber: Tradingview 
Pic: Stok akhir minyak sawit per bulan Indonesia dan Malaysia pada Januari 22–Juli 23.
Sumber: GAPKI dan MPOC

Pelajaran dari Dampak Panjang El Nino 2019

El Nino sempat melanda Indonesia pada 2019, yang berdampak terhadap penurunan produksi TBS mayoritas perusahaan kelapa sawit hingga 2021. Beberapa di antaranya baru mengalami peningkatan produksi TBS pada 2022.

Pic:Produksi TBS TAPG, AALI, LSIP, SSMS, SMAR, dan DSNG tahun 2018-2022
Sumber: Companies filings

Perbaikan produksi TBS yang relatif lebih cepat ditunjukan oleh DSNG, TAPG, dan SSMS karena umur pohon yang muda (<14 tahun). Produksi ketiga perusahaan tersebut pada 2022 juga telah kembali dan bahkan melebihi level sebelum El Nino 2019. Sementara AALI, LSIP, dan SMAR – yang rata-rata umur pohonnya sudah berusia 17 tahun ke atas – produksi TBS-nya belum kembali ke level 2018 atau sebelum El Nino 2019. Perusahaan kelapa sawit yang memiliki pohon dengan umur yang masih prima mengalami tren peningkatan total TBS yang diproses.


Sementara itu, dari sisi total CPO yang diproduksi, TAPG, DSNG, dan SSMS memiliki tren yang meningkat sejak El Nino 2019. Adapun, AALI dan LSIP memiliki tren menurun setiap tahunnya.

Pic: Rata-rata umur pohon kelapa sawit per 1H23.
Source: Companies Filings
Pic: Total TBS yang diproses emiten kelapa sawit pada 2018–2022. SMAR tidak memberikan data total TBS yang diproses.

Sumber: Companies fillings, Stockbit analysis
Pic: Total produksi CPO emiten kelapa sawit pada 2018–2022. SMAR tidak memberikan data total CPO yang diproduksi.
Sumber:Companies filings, Stockbit Analysis

El Nino 2023: Siapa yang Akan Diuntungkan?

Kami berpendapat bahwa emiten kelapa sawit yang berpotensi diuntungkan dari fenomena El Nino pada 2023 adalah emiten yang rata-rata umur pohonnya masih prima dan oil extraction rate (OER) yang tinggi atau meningkat – yakni DSNG, TAPG dan SSMS – karena akan memiliki volume produksi yang lebih baik, sehingga lebih menikmati kenaikan harga jual.


BMKG menyebut bahwa hampir seluruh pulau besar di Indonesia, kecuali Sumatera, akan terdampak kondisi kering pada Juni–Agustus 2023 akibat El Nino. BMKG juga memprediksi bahwa seluruh pulau di Indonesia akan terkena dampak hangat dan kering pada Desember 2023 hingga Februari 2024.

Pic: Daerah yang terkena dampak El Nino pada Juni–Agustus 2023 dan Desember 2024-Februari 2024.
Sumber: BMKG

Di Indonesia, mayoritas lahan tertanam milik emiten kelapa sawit berlokasi di Kalimantan, kecuali AALI, SMAR, dan LSIP yang memiliki porsi signifikan di Sumatera.

Secara umum, lokasi lahan tertanam yang tidak terdampak El Nino akan menguntungkan bagi pemain terkait. Meski demikian, AALI, LSIP, dan SMAR memiliki rata-rata umur pohon yang sudah melewati masa primanya dalam menghasilkan TBS dan memiliki tren penurunan OER. Oleh karena itu, meskipun sebagian lokasi lahannya tidak terkena dampak langsung dari El Nino, kinerja produksi ketiganya berpotensi tetap lemah.

Pic: Sebaran lahan perusahaan sawit per 2022.
Sumber: Companies filings

Untuk Desember 2023 hingga Februari 2024, semua wilayah di Indonesia akan terdampak iklim hangat dan kering dari El Nino, sehingga kemungkinan tidak ada emiten yang memiliki keunggulan kompetitif dalam hal letak geografis kebun dan tingkat produksi TBS. 


Umur Pohon sebagai Faktor Penting Pertama

Di tengah risiko penurunan produksi TBS akibat El Nino, emiten kelapa sawit dengan rata-rata umur pohon yang prima akan memiliki tingkat produksi yang lebih baik dibandingkan emiten dengan umur pohon yang tua. Pohon kelapa sawit sendiri akan mengalami penurunan produksi TBS setelah berusia 16 tahun ke atas. Per 1H23, SSMS, DSNG, dan TAPG memiliki rata-rata umur pohon sawit yang lebih prima (<14 tahun), sedangkan LSIP, AALI dan SMAR di atas 17 tahun.

Pic: Rata-rata umur pohon kelapa sawit per 1H23.
Source: Companies Filings

Oil Extraction Rate (OER) sebagai Faktor Penting Kedua

Karena fenomena El Nino berdampak langsung kepada kenaikan harga CPO dunia, investor juga perlu memperhatikan oil extraction rate (OER) yang menunjukkan rasio CPO yang diproduksi oleh perusahaan dari total TBS yang diproses setiap tahunnya. Pada 2018–2022, AALI dan LSIP memiliki tren penurunan yang konsisten dalam OER. Sementara itu, TAPG, DSNG, dan SSMS relatif memiliki angka yang lebih tinggi dan/atau tren OER yang lebih baik, terutama TAPG. OER yang lebih baik akan mendukung produksi CPO, sehingga menguntungkan ketiga emiten tersebut saat harga CPO naik

Pic: Persentase OER dari TAPG, AALI, LSIP, DSNG, dan SSMS pada 2018–2022.
Sumber: Companies Filings

Harga Pupuk Sudah Mulai Turun

Harga pupuk memang melonjak sejak 2022 akibat terganggunya rantai pasokan setelah Rusia dan Belarusia mengalami sanksi larangan ekspor potasium, yang merupakan bahan baku pembuatan pupuk. Namun, belakangan ini tren harga pupuk sudah mulai turun dibandingkan dengan level saat awal konflik Rusia dan Ukraina. Manajemen DSNG memproyeksikan tren harga pupuk akan menurun ke level yang lebih normal pada 2024.

Penurunan harga pupuk sejak Mei 2023, ditambah dengan potensi kenaikan harga CPO akibat El Nino, akan secara signifikan mendorong kenaikan margin laba kotor emiten kelapa sawit ke depannya.

Pic: Harga pupuk dalam dolar AS per ton.
Source: IFPRI

Penurunan Laba Emiten Sawit 1H23: Apa yang Terjadi?

Sejumlah emiten kelapa sawit telah mengumumkan laporan kinerjanya pada 1H23, dengan beberapa market leader mengalami penurunan laba bersih dan margin laba kotor secara tahunan. Penurunan laba bersih dan margin laba kotor tersebut disebabkan oleh dua hal, yakni meningkatnya beban HPP serta total pendapatan yang relatif stagnan dan cenderung menurun.

Pemicu Peningkatan HPP: Harga Pupuk dan Produksi

Dalam presentasi dari beberapa emiten kelapa sawit, peningkatan beban HPP pada 1H23 disebabkan oleh harga pupuk yang masih tinggi akibat terganggunya rantai pasokan. Selain harga yang masih relatif tinggi, kenaikan beban HPP khususnya pada fertilizer kemungkinan besar juga disebabkan oleh kuantitas penggunaan pupuk yang lebih besar pada 1H23.

Hal ini tercermin dari kenaikan produksi TBS dari mayoritas emiten kelapa sawit, seperti:

  • $TAPG: + 26% YoY

  • $DSNG: +13,8% YoY

  • $AALI: +7,9% YoY

  • $LSIP: +5% YoY 

Pic: Harga pupuk dalam dolar AS per ton.
Source: IFPRI
Pic: Perbandingan margin kotor 1H22 vs. 1H23 dari AALI, TAPG, LSIP, DSNG, dan SMAR. 
Sumber: Companies filings, Stockbit analysis
Pic: Biaya panen dan pemeliharaan pada 1H22 vs. 1H23 dari AALI dan LSIP (kiri); Biaya bahan baku yang mengandung biaya pupuk dari DSNG pada 1H22 vs. 1H23 (kanan).
Sumber: Companies filings, Stockbit analysis

Turunnya ASP

Penurunan laba bersih milik mayoritas emiten kelapa sawit juga ditekan oleh pendapatan yang mengalami stagnasi dan cenderung menurun. Hal ini disebabkan oleh melandainya harga jual rata-rata (ASP) CPO dan minyak inti sawit (PKO) pada 1H23 dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.

Perlu dicatat, harga CPO pada awal 2022 sempat melonjak seiring dimulainya konflik Rusia–Ukraina, di mana kedua negara tersebut menempati urutan teratas sebagai pengekspor minyak biji bunga matahari (sunflower seed oil) dan (soybean oil). Konflik tersebut memicu kelangkaan sunflower seed oil dan soybean oil yang merupakan produk substitusi CPO. Hal tersebut pada akhirnya menyebabkan permintaan CPO meningkat cukup signifikan dan menyebabkan kenaikan harga pada awal 2022. 

Selain konflik Rusia–Ukraina, kenaikan harga CPO pada awal 2022 juga dipicu oleh larangan ekspor 100% dari pemerintah Indonesia akibat tingginya harga minyak goreng dalam negeri pada pertengahan akhir April 2022. 

Pic: Harga CPO global.
Source: Tradingeconomics

Dalam gambar di atas, dapat dilihat bahwa harga CPO dunia hampir menyentuh RM7.100/ton pada akhir April 2022, sebelum akhirnya mulai melandai dan berada pada level RM3.812/ton pada akhir Juni 2023. Penurunan harga CPO dunia sejak pertengahan 2022 dipicu oleh beberapa faktor, misalnya pelonggaran ekspor dari Indonesia pada akhir Mei 2022

Penurunan harga CPO juga diimbangi dengan menurunnya stok akhir minyak sawit dari Indonesia. Stok akhir CPO dari Indonesia berpengaruh kepada harga minyak sawit dunia karena Indonesia merupakan negara terbesar produsen CPO secara global. Di sisi lain, tren berbeda dialami oleh Malaysia yang merupakan negara kedua terbesar produsen CPO, di mana stok akhir CPO di negara tersebut mengalami tren kenaikan ketika Indonesia membuka kembali ekspornya.

Ketika pelarangan ekspor diberlakukan di Indonesia dan harga CPO meningkat cukup tajam, perusahaan CPO asal Malaysia lebih diuntungkan dibandingkan perusahaan CPO asal Indonesia.


Valuasi

Per 24 Agustus 2023, mayoritas perusahaan kelapa sawit dihargai dengan P/BV di bawah -1 PBV Standard Deviation 5 tahun.

Sementara itu, jika menggunakan P/E Ratio, mayoritas emiten kelapa sawit saat ini dihargai di bawah Mean PE Standard Deviation 5 tahun, kecuali DSNG yang dihargai dengan P/E Ratio di sekitar -1 P/E Standard Deviation.

Berdasarkan PBV dan PE, DSNG dan SSMS terlihat lebih menarik dibandingkan yang lainnya.

Pic:  AALI, LSIP, SSMS, TAPG, DSNG 5 Yr P/BV Standard Deviation Band 
Sumber: Stockbit
Pic:  AALI, LSIP, SSMS, TAPG, DSNG 5 Yr P/E Standard Deviation Band 
Sumber: Stockbit

Risiko

Meskipun beberapa emiten kelapa sawit diperdagangkan dengan valuasi yang tergolong murah secara historis, perlu diingat bahwa kenaikan harga CPO tidak serta merta langsung tercermin (lagging effect) ke dalam performa harga saham perusahaan sawit. Sebagai contoh, lagging effect ini pernah terjadi pada 2019. Saat itu, harga CPO global telah melonjak sejak Juni 2019, sementara harga saham perusahaan kelapa sawit baru mengalami kenaikan sejak Agustus–Oktober 2019.

Selain lagging secara waktu, pergerakan harga saham emiten kelapa sawit juga bisa mengalami lagging secara besaran harga. Dalam hal ini, kenaikan harga saham perusahaan sawit berisiko lebih rendah dibandingkan kenaikan harga CPO global.

Pic:  Pergerakan harga saham AALI, LSIP, dan DSNG tahun 2019
Sumber: Charbit Stockibt

Ada juga faktor risiko lainnya seperti intervensi pemerintah atas larangan ekspor produk CPO dan turunannya guna memenuhi kebutuhan dalam negeri. Risiko ini sempat dialami emiten kelapa sawit di Indonesia pada April 2022, padahal saat itu harga minyak kelapa sawit global sedang mencapai titik all time-high-nya. Larangan ekspor menyebabkan perusahaan sawit di Indonesia kehilangan momentum untuk menjual produk CPO dan turunannya di harga yang tinggi.

Lantas, bagaimana menurutmu? Dengan prospek dan risiko yang telah dijelaskan di atas, emiten mana yang paling menarik di tengah El Nino di Indonesia? We provide, you decide.

________________
Penulis: 

Michael Owen Kohana, Investment Analyst

Editor:

Vivi Handoyo Lie, Head of Investment Research

Edi Chandren, Investment Analyst Lead

Aulia Rahman Nugraha, Sr. Investment Journalist

Copyright 2023 Stockbit, all rights reserved.

Disclaimer: 

Semua konten dalam artikel ini dibuat untuk tujuan informasional dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual saham tertentu. Always do your own research.

PT Stockbit Sekuritas Digital (β€œStockbit”),  Perusahaan efek yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. 

Selanjutnya, semua keputusan investasi nasabah mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas investasi tersebut. Seluruh risiko investasi bukan merupakan tanggung jawab Stockbit melainkan menjadi tanggung jawab masing-masing nasabah.

Domain resmi Stockbit adalah β€œhttps://stockbit.com/” dan semua informasi yang dikirimkan oleh kami akan menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit dan/atau alamat email yang diakhiri β€œ@Stockbit.com” Semua pemberian Informasi Rahasia kepada pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit namun tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit merupakan tanggung jawab pribadi pihak pemilik Informasi Rahasia dan kami tidak bertanggung jawab atas setiap penyalahgunaan Informasi Rahasia yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit yang tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit.

πŸͺ™ Jajaki Ekspor, Kilau Emas HRTA sampai di Negeri India by Guest User

πŸ‘‹ Stockbitor!

Hartadinata Abadi ($HRTA) adalah satu-satunya perusahaan penjual perhiasan emas yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sejak awal 2023, harga saham HRTA naik cukup signifikan sebesar +109% YTD per 14 Juli 2023. 

Kenaikan harga saham HRTA tersebut terjadi seiring munculnya berbagai perjanjian ekspor yang diteken oleh perseroan sejak awal tahun. Saat ini, HRTA memiliki 4 perjanjian ekspor dari 3 perusahaan perhiasan emas asal India, dengan total volume penjualan sebesar 13,5–14,5 ton hingga akhir 2023

Perjanjian ekspor tersebut menandai pertama kalinya HRTA melakukan ekspor sejak melantai di BEI. Dampak positif dari perjanjian ekspor ini bagi kinerja HRTA mulai terlihat pada 1Q23 di mana pendapatan tumbuh +53,8% YoY dan laba bersih naik +37,8% YoY. Namun, dampak penuh dari perjanjian ekspor baru mulai akan terlihat mulai dari 2Q23 hingga akhir tahun, karena perjanjian ekspor baru diteken pada Maret 2023.

Di pasar dalam negeri, HRTA terus berinovasi dengan menciptakan berbagai produk baru emas berkadar 24 karat (logam mulia) seperti micro gold dan memperluas jaringan distribusinya melalui kolaborasi dengan Ranch Market, Matahari, dan Alfamart. Alhasil, perseroan mencatatkan pertumbuhan total volume penjualan emas dalam satuan emas murni dengan CAGR 5Y (2017–2022) sebesar +7,53% dan market share tumbuh dari 11,5% pada 2017 menjadi 15,5% pada 2022

Di segmen perhiasan emas, pangsa pasar HRTA di dalam negeri naik dari 11,48% pada 2017 menjadi 15,5% pada 2022, meskipun pelemahan permintaan perhiasan di Indonesia sejak 2017 menekan volume penjualan perseroan dengan CAGR 5Y (2017–2022) sebesar -0,17%. 

Lantas, bagaimana prospek dan tantangan yang akan dihadapi HRTA ke depannya? Apakah ekspor emas dapat mendorong pertumbuhan kinerja HRTA pada tahun ini? Bagaimana valuasi saham HRTA dibandingkan peers global? Yuk kita bahas satu per satu.


Model Bisnis HRTA


HRTA
merupakan perusahaan produsen perhiasan emas mulai dari kadar 8 karat (~33%) hingga 24 karat (99,99%). Selain memproduksi emas, perusahaan yang berdiri sejak 1989 ini juga memiliki beberapa unit usaha, antara lain penjualan logam mulia, toko perhiasan online dan offline, dan memiliki toko gadai (pawn shop). Oleh karena itu, HRTA merupakan perusahaan mid-to-downstream di bisnis perhiasan.

Berdasarkan laporan keuangan per 1Q23, lebih dari 92% pendapatan HRTA berasal dari penjualan perhiasan dan emas 24 karat (logam mulia) ke wholesalers atau distributor. Sementara itu, penjualan langsung ke toko retail berkontribusi lebih dari 6,6% total pendapatan pada 1Q23.

Pic: Pendapatan HRTA berdasarkan segmen per 1Q23.
Sumber: Company presentation, Stockbit analysis

Perhiasan Emas dan Logam Mulia

Berdasarkan presentasi perusahaan pada 1Q23, HRTA mendistribusikan produk perhiasannya ke 80 wholesalers dan lebih dari 900 toko retail. HRTA sendiri mengoperasikan 77 toko perhiasan, di mana 28 toko di antaranya menyasar segmen mid-to-low income.

Umumnya, pembayaran yang dilakukan wholesalers kepada HRTA tidak diberikan dalam bentuk uang cash, melainkan melalui skema pay gold with gold. Melalui skema ini, wholesalers atau distributor membayar perhiasan emas dari HRTA dengan menukarkan emas dari perhiasan yang sudah tidak layak pakai (scrap gold).

Skema transaksi pay gold with gold tersebut dilakukan dengan perbandingan gramasi sebesar 1:1,1. Sebagai contoh, jika distributor A membeli 1 kg emas dari HRTA, maka distributor A perlu membayar 1,1 kg emas dalam bentuk scrap gold ke HRTA. Lebih lanjut, semua perhitungan emas dalam transaksi pembelian dari distributor ke HRTA menggunakan standar kadar murni atau 24 karat. Jadi, jika distributor A tidak memiliki scrap gold berkadar 24 karat sebanyak 1,1 kg untuk membeli 1 kg emas berkadar 24 karat dari HRTA, distributor A masih dapat membayarnya dengan scrap gold berkadar 8 karat sebanyak 3,3 kg.

Selain perhiasan emas, HRTA juga menjual emas 24 karat (logam mulia) dalam berbagai bentuk dengan berat mulai dari 0,1 gram hingga 1 kg. HRTA memiliki beberapa merek dalam logam mulia, yakni Emasku dan EmasKITA. Dalam proyek ini, HRTA bekerja sama dengan PT Emas Antam Indonesia (EAI), yang merupakan anak usaha dari Aneka Tambang ($ANTM).

Perbedaan paling mencolok dari Emasku dan EmasKITA adalah gramasi yang ditawarkan. Emasku menawarkan produk emas batangan dengan gramasi yang relatif lebih besar mulai dari 250 gram, 500 gram, hingga 1.000 gram. Sementara itu, EmasKITA menawarkan logam mulia dengan gramasi yang relatif lebih kecil mulai dari 0,1 gram (micro gold) hingga 100 gram dengan model press

Produk EmasKITA hadir dengan sertifikasi internasional Bullion Protect yang menjamin keaslian logam mulia tersebut. Selain dijual kepada distributor, HRTA juga bekerja sama dengan Ranch Market, Matahari, dan Alfamart untuk menjual produk EmasKITA.

Pada Juli 2023, pihak HRTA mengatakan kepada tim Stockbit bahwa margin penjualan perhiasan berkisar antara 7–17%, tergantung dari kadar karat perhiasan. Semakin rendah karat perhiasan, maka semakin tinggi margin keuntungan. Adapun margin untuk produk logam mulia berkisar antara 4–35%. Semakin kecil gramasi logam mulia, maka semakin tinggi margin keuntungan.

Pic: Logam mulia EmasKU EmasKITA.
Sumber: Company Presentation

Gadai

HRTA juga memiliki unit bisnis gadai melalui 83 cabang gerai di 5 provinsi di Indonesia per 1Q23. Pihak HRTA mengatakan bahwa saat ini mayoritas barang yang digadaikan oleh konsumen adalah perhiasan. Namun, ke depannya HRTA berencana untuk menerima barang-barang lain, misalnya alat elektronik. 

Pihak HRTA mengatakan kepada tim Stockbit bahwa bunga yang diberikan kepada penggadai berkisar antara 1,5–1,7% per bulannya. Pendapatan HRTA dari segmen gadai tergolong masih kecil, hanya 0,72% dari total pendapatan pada 1Q23.


Peluang dan Risiko dari Ekspor

Pada 1H23, HRTA melakukan beberapa perjanjian ekspor emas dengan perusahaan asal India, yakni:

  • Perjanjian ekspor perhiasan emas berkadar 22 karat sebesar 400–500 kg per bulan dengan Kundan Care Product Ltd. Perjanjian dengan jangka waktu 1 tahun ini diperkirakan bernilai sekitar 25–31 juta dolar AS per bulan.

  • Penandatanganan nota kesepahaman ekspor perhiasan emas dengan Bright Metal Refiners sebanyak 2 ton emas dan 4,5 ton emas. Total nilai transaksi diperkirakan mencapai 385,95 juta dolar AS atau ~5,75 triliun rupiah.

  • Penandatanganan nota kesepahaman ekspor perhiasan emas sebanyak 3 ton dengan LP Commodities Private Limited, dengan jangka waktu 3 bulan pada 25 Mei–25 Agustus 2023. Nilai transaksi diperkirakan mencapai 177,82 juta dolar AS atau ~2,66 triliun rupiah.

Ketiga perjanjian ekspor tersebut menandai untuk pertama kalinya HRTA melakukan ekspor perhiasan emas sejak IPO. Perjanjian tersebut juga melanjutkan sejumlah aksi korporasi yang dilakukan HRTA pada 2022, antara lain: 

  • Menandatangani perjanjian kredit sindikasi yang dipimpin oleh Bank Negara Indonesia ($BBNI) sebesar 2,4 triliun rupiah. Dana ini akan digunakan oleh HRTA untuk pelunasan take over bank BJB, Bank Woori, obligasi, dan sisanya untuk tambahan modal kerja. Menurut pihak HRTA, perjanjian kredit sindikasi ini merupakan milestone karena menandakan bahwa bank percaya dengan kualitas aset atas inventori perseroan.

  • Berkolaborasi dengan Alfamart ($AMRT) untuk menghadirkan produk logam mulia micro gold (0,1–0,5 gram) di lebih dari 1.300 outlet Alfamart.

  • Berkolaborasi dengan Ranch Market ($BELI) dan Matahari Department Store ($LPPF) dengan membuka total 28 pop up stores untuk memasarkan produk dari HRTA. 

Lantas, apa dampak aktivitas ekspor bagi kinerja HRTA ke depannya?

Potensi Pertumbuhan dari Ekspor

Secara keseluruhan, total volume ekspor yang ditandatangani oleh HRTA mencapai 13,5–14,5 ton emas hingga akhir 2023. Jumlah tersebut sudah melebihi target perseroan yang mengincar ekspor sebesar 10 ton perhiasan selama 2023. 

Berdasarkan data dari World Gold Council per 2021, India merupakan negara terbesar kedua dalam pembelian perhiasan emas, dengan total mencapai 611 ton per tahun. Adapun posisi pertama ditempati oleh China dengan jumlah sebesar 673 ton per tahun.

Ekspor yang dilakukan HRTA ke India berpotensi masih akan bertumbuh ke depannya, mengingat permintaan perhiasan emas India relatif lebih besar dibandingkan dengan total ekspor yang dilakukan oleh HRTA. 

Pihak HRTA mengatakan bahwa kenaikan pajak impor emas batangan dari 10,75% menjadi 15% yang diterapkan oleh pemerintah India sejak pertengahan 2022 lalu dapat memberikan dampak positif bagi perseroan. Sebab, kenaikan pajak impor emas batangan menyebabkan perusahaan penjual emas di India lebih memilih untuk mengimpor emas dalam bentuk perhiasan, yang notabene merupakan salah satu keahlian HRTA.

Pic: Negara dengan permintaan emas terbesar pada 2021.
Sumber: World Gold Council
Pic: Permintaan emas di India berdasarkan event penting.
Sumber: World Gold Council

Mayoritas masyarakat India membeli perhiasan emas dengan kadar minimal sebesar 18 karat. Permintaan emas di India umumnya didorong oleh 3 acara besar, yakni pernikahan, festival keagamaan, dan musim panen. Oleh karena itu, permintaan emas di India akan mencapai puncaknya ketika ketiga event besar tersebut terjadi, yakni pada April–Juni dan September–Desember.

Dengan melakukan ekspor, HRTA berpotensi mendiversifikasi pendapatannya berdasarkan bulan dan event. Permintaan perhiasan emas di Indonesia sendiri umumnya cenderung meningkat ketika mendekati bulan Ramadan, yang dalam beberapa tahun terakhir berlangsung pada paruh pertama tahun. Melalui ekspor, HRTA bisa mendapatkan permintaan emas pada semester kedua dari luar negeri, sementara permintaan pada semester pertama didorong oleh permintaan domestik.

Perlu dicatat, eksportir menggunakan skema pembayaran cash dan bukan pay gold with gold. Pihak HRTA juga mengatakan kepada tim Stockbit bahwa margin dari ekspor kurang dari 4%, relatif lebih kecil dibandingkan dengan penjualan domestik. Meski demikian, pertumbuhan pesat dari pasar ekspor tetap akan menghasilkan kontribusi yang positif terhadap pertumbuhan laba bersih HRTA ke depannya.

Aktivitas ekspor juga dapat mengisi sisa kapasitas pabrik emas HRTA yang masih belum terpakai seluruhnya. Per 2022, tingkat utilisasi pabrik HRTA hanya sekitar 44%. Jika total kapasitas produksi per 2022 sebesar 30 ton per tahun, maka HRTA masih dapat memproduksi lebih dari 16 ton hingga utilisasi pabriknya mencapai 100%. Dengan asumsi bahwa total kapasitas yang terpakai pada 2023 sama dengan 2022, serta memperhitungkan total volume ekspor pada tahun ini, maka HRTA masih memiliki sisa kapasitas sekitar 1,5–2,5 ton emas hingga akhir 2023.

Risiko dari Ekspor

Pihak HRTA mengatakan bahwa umumnya kontrak ekspor yang diperoleh perseroan adalah kontrak jangka pendek berdurasi 3–4 bulan atau 1 tahun. Oleh karena itu, top line perusahaan berisiko terlihat fluktuatif jika importir tidak melakukan pemesanan ulang di masa depan.

Selain itu, HRTA juga memiliki risiko penurunan pangsa pasar ekspor jika kompetitornya di Indonesia yang sempat terjerat dugaan kasus korupsi impor emas dinyatakan tidak bersalah. Jika perusahaan-perusahaan tersebut dinyatakan tidak bersalah, hal ini berpotensi memulihkan nama baik mereka di mata internasional dan mendapatkan kembali porsi ekspornya ke negara lain. HRTA sendiri mendapatkan klien ekspor di tengah kasus dugaan korupsi yang menjerat kompetitornya.

Untuk mengantisipasi risiko tersebut, pihak HRTA mengatakan bahwa pihaknya mencari pasar ekspor selain India, seperti Timur Tengah dan China.

Selain dari sisi ekspor, HRTA juga berpotensi menghadapi ketidakstabilan ketersediaan (supply) emas untuk dalam negeri. Sebab, meski Indonesia dikenal sebagai salah satu penghasil emas terbesar di dunia, mayoritas produk emas tersebut diekspor ke luar negeri.


Kinerja HRTA

Berdasarkan laporan tahunan pada 2022, HRTA memiliki 4 pabrik yang terdiri dari 3 pabrik casting dan 1 pabrik kalung. Casting merupakan salah satu teknik pembuatan produk perhiasan melalui pengecoran atau percetakan. Melalui metode ini, logam dicairkan lalu dituangkan ke dalam cetakan perhiasan dengan model desain yang diinginkan. 

Masing-masing pabrik HRTA memiliki kapasitas dan tingkat utilisasi yang berbeda-beda, dengan detail sebagai berikut:

Pic: Total kapasitas dan tingkat utilisasi pabrik HRTA.
Source: Company presentation, Stockbit analysis

Pada 2020, tingkat utilisasi pabrik HRTA mengalami penurunan akibat pandemi Covid-19. Saat itu, masyarakat mengalami penurunan daya beli dan limitasi mobilitas, sehingga berdampak negatif terhadap penjualan perhiasan di toko-toko retail. Penurunan penjualan toko retail pada akhirnya mengakibatkan penurunan permintaan perhiasan dari wholesalers dan toko retail kepada HRTA. 

Meski sempat turun pada 2020, tingkat utilisasi pabrik HRTA secara keseluruhan mengalami peningkatan dari 31,6% pada 2018 menjadi 43,7% pada 2022.  Peningkatan volume produksi sejak 2018 juga diimbangi oleh kenaikan total penjualan dan pangsa pasar HRTA. 

Pic:Total penjualan emas dan pangsa pasar HRTA.
Sumber: Company Presentation

Pada 2022, total penjualan HRTA mencapai 7,75 ton dalam satuan emas murni, dengan tingkat rata-rata pertumbuhan CAGR 5Y sebesar +11,84%. Pangsa pasar HRTA juga mengalami kenaikan cukup signifikan dari 7,53% pada 2017 menjadi 15,58% pada 2022.

Kenaikan penjualan HRTA pada 2022 mayoritas didukung oleh segmen penjualan emas logam mulia dengan kadar 24 karat. Pada 2017–2022, penjualan HRTA di segmen ini meningkat dengan CAGR 3Y sebesar +368,6% menjadi 3,36 ton, disertai pertumbuhan pangsa pasar dari 0,23% menjadi 15,64%. Produk micro gold – yang biasanya dijadikan sebagai kado pernikahan atau ulang tahun – menjadi terobosan baru bagi HRTA yang mendongkrak pertumbuhan penjualan produk logam mulia.

Di sisi lain, volume tren penjualan emas dalam bentuk perhiasan berada dalam fase stagnan pada 2017–2022, kendati masih meningkat dari sudut pandang pangsa pasar. Penjualan perhiasan HRTA mengalami penurunan dengan CAGR 5Y sebesar -0,17%, tetapi pangsa pasar tumbuh dari 11,48% pada 2017 menjadi 15,54% pada 2022.

Secara keseluruhan, kenaikan penjualan HRTA terjadi di tengah tren penurunan permintaan emas di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Menurut pihak HRTA, 60% permintaan emas di Indonesia didominasi oleh permintaan dari segmen perhiasan.

Dengan kata lain, HRTA secara konsisten berhasil merebut pangsa pasar dari para kompetitornya. Sebagai informasi, beberapa pemain besar di industri perhiasan Indonesia adalah UBS, HWT, dan King Halim.

Pic: Logo UBS, HWT, dan King Halim.
Sumber: Companies website
Pic: Penjualan & Pangsa Pasar penjualan Emas HRTA 2017-2022 serta tren permintaan emas di Indonesia sejak 2010.
Sumber: HRTA Company Presentation

Kinerja solid HRTA pada 2022 berlanjut pada 1Q23, di mana volume penjualan emas meningkat sebesar +39,8% YoY menjadi 2,16 ton. Kenaikan volume penjualan didukung oleh aktivitas ekspor yang mulai dilakukan sejak Maret 2023. Kenaikan juga terjadi pada rata-rata harga jual yang meningkat +10,7% YoY menjadi 970.295 rupiah per gram

Kenaikan volume penjualan dan rata-rata harga jual tersebut berdampak positif terhadap performa HRTA pada 1Q23, dengan pendapatan dan laba bersih meningkat masing-masing +53,8% YoY dan +37,8% YoY menjadi 2,1 triliun rupiah dan 70 miliar rupiah. 

Namun, karena margin ekspor lebih rendah dibanding domestik, HRTA mencatatkan penurunan margin laba kotor menjadi 9,7% pada 1Q23 (vs. 1Q22: 11,9%). Selain itu, margin laba bersih juga turun tipis dari 3,7% pada 1Q22 menjadi 3,4% pada 1Q23. 

Untuk menghindari risiko fluktuasi harga emas, pihak HRTA mengatakan bahwa stok emas yang sudah dibeli oleh pelanggan paling lama kembali distok ulang dalam 2–3 hari kerja. Selain itu, pihak HRTA juga mengatakan bahwa biaya pembelian bahan baku biasanya akan diteruskan kepada pelanggan perseroan.

Dari aspek Cash Conversion Cycle (CCC) – salah satu komponen yang sering diperhatikan oleh investor – HRTA memiliki CCC yang relatif tinggi dibandingkan dengan emiten lain di BEI. Namun, pihak HRTA menjelaskan bahwa perusahaan manufaktur emas dan perhiasan memang cenderung memiliki CCC yang relatif tinggi akibat model bisnisnya itu sendiri

Seperti yang sudah dijelaskan di awal, perusahaan emas seperti HRTA tidak menggunakan uang sebagai alat transaksi, tetapi menggunakan emas berupa scrap gold. Setelah mendapatkan scrap gold, HRTA akan meleburnya menjadi perhiasan atau emas baru yang layak dijual. Proses inilah yang membuat CCC dari HRTA relatif lebih tinggi dibandingkan emiten BEI lain.

Padahal, jika dibandingkan dengan global peers, CCC dari HRTA relatif lebih rendah. Sebagai contoh, Chow Tai Fook – yang merupakan salah satu perusahaan emas dan perhiasan terbesar di dunia – memiliki CCC sebesar 247,87 hari pada 1Q23, sementara HRTA mencatatkan CCC sebesar 173,9 hari

Pic: Cash Conversion Cycle HRTA dan peers.
Sumber: HRTA Presentation

Turunnya Kepemilikan Asabri di HRTA

Selain CCC, salah satu kekhawatiran investor untuk berinvestasi di HRTA adalah keberadaan kepemilikan Asabri yang cukup besar. Asabri sendiri sempat terjerat kasus korupsi dengan terdakwa Benny Tjokrosaputro. 

Menurut pihak HRTA, kepemilikan Asabri di perseroan sudah mengalami penurunan yang signifikan menjadi 1,66% per Mei 2023, setara dengan 76,35 juta saham. Jumlah tersebut turun drastis dibandingkan akhir 2022, di mana Asabri memiliki 306,3 juta lembar saham HRTA atau setara 6,7% dari total saham perseroan. 

Pic:Kepemilikan Asabri di HRTA.
Sumber: Bloomberg

Valuasi

Per penutupan bursa pada 14 Juli 2023, P/E Ratio saham HRTA ada di level 7,19x, atau berada sekitar Mean PE Standard Deviation. Sementara itu, P/BV Ratio saham HRTA berada di level 1,10x, atau sedikit di atas +1 PBV Standard Deviation-nya

Pic: HRTA 5 Yr P/E  Standard Deviation Band.
Sumber: Stockbit Fundachart and Stockbit analysis
Pic: HRTA 5 Yr P/BV  Standard Deviation Band.
Sumber: Stockbit Fundachart and Stockbit analysis


Jika dibandingkan dengan peers
– seperti Chow Tai Fook dari China, Poh Kong dari Malaysia, dan PNJ dari Vietnam – valuasi saham HRTA secara P/E dan PBV Ratio berada di posisi kedua termurah.

Pic: HRTA 5 Yr P/E and P/BV Chart compare to its regional peers.
Sumber: Bloomberg and Stockbit analysis

________________
Penulis: 

Michael Owen Kohana, Investment Analyst

Editor:
Aulia Rahman Nugraha, Sr. Investment Journalist

Edi Chandren, Investment Analyst Lead

Copyright 2023 Stockbit, all rights reserved.

Disclaimer: 

Semua konten dalam artikel ini dibuat untuk tujuan informasional dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual saham tertentu. Always do your own research.

PT Stockbit Sekuritas Digital (β€œStockbit”),  Perusahaan efek yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. 

Selanjutnya, semua keputusan investasi nasabah mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas investasi tersebut. Seluruh risiko investasi bukan merupakan tanggung jawab Stockbit melainkan menjadi tanggung jawab masing-masing nasabah.

Domain resmi Stockbit adalah β€œhttps://stockbit.com/” dan semua informasi yang dikirimkan oleh kami akan menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit dan/atau alamat email yang diakhiri β€œ@Stockbit.com” Semua pemberian Informasi Rahasia kepada pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit namun tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit merupakan tanggung jawab pribadi pihak pemilik Informasi Rahasia dan kami tidak bertanggung jawab atas setiap penyalahgunaan Informasi Rahasia yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit yang tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit.

⚑ IMAS: Turnaround dari Pertumbuhan Mobil Listrik? by Guest User

Harga saham Indomobil Sukses Internasional ($IMAS) telah naik +140,7% YTD, melonjak dari performanya yang turun -1,13% YoY selama 2022. Peningkatan harga tersebut kemungkinan didorong oleh sejumlah katalis positif ke depan, mulai dari perbaikan kinerja segmen otomotif, ekspansi ke penjualan mobil listrik, hingga pertumbuhan segmen lain yang telah menopang kinerja perseroan dalam beberapa tahun terakhir.

Segmen bisnis IMAS di bidang otomotif sendiri telah mencatatkan rugi bersih secara tahunan sejak 2015 hingga akhir 2022 (kecuali 2019 dan 2021). Tren tersebut dipengaruhi oleh penurunan penjualan 2 merek mobil passenger car yang menjadi fokus IMAS selama ini, yakni Suzuki dan Nissan. Di sisi lain, bisnis distribusi kendaraan komersial dan alat berat terus mencatat performa solid. Ditambah dengan rencana perseroan untuk serius merambah bisnis distribusi kendaraan listrik, performa segmen otomotif berpotensi turnaround dari kerugiannya.

Lantas, apa saja katalis yang dimiliki IMAS? Apa rencana perseroan ke depannya untuk mengembalikan kinerja positif segmen otomotif? Yuk mari kita bahas satu per satu.


Posisi IMAS di Pasar Mobil Indonesia


IMAS merupakan distributor mobil Audi, Volkswagen, Nissan, Suzuki, Kia, Jaguar, Land Rover, Citroen, dan Mercedes-Benz. Di antara semua merek tersebut, Suzuki dan Nissan merupakan 2 kontributor terbesar untuk penjualan otomotif IMAS di segmen passenger car.

Pada 2022, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat bahwa total penjualan wholesales mobil di Indonesia mencapai 1,048 juta unit, setara sebelum pandemi Covid-19.

Dari jumlah tersebut, pangsa pasar IMAS untuk penjualan grosir (wholesale) adalah 9,1%. Jumlah tersebut belum menghitung penjualan mobil Mercedes-Benz, yang baru diakuisisi oleh IMAS pada April 2023. Jika penjualan wholesales Mercedes-Benz pada 2022 dihitung ke dalam pangsa pasar IMAS, maka market share perusahaan menjadi 9,4%.

Porsi tersebut membuat IMAS menduduki posisi ke-4 sebagai distributor mobil dengan pangsa pasar terbesar di Indonesia. Sementara itu, posisi pertama ditempati oleh Astra International ($ASII) dengan pangsa pasar sebesar 55%, disusul oleh Honda (12,5%) dan Mitsubishi Motors (9,5%) yang masing-masing berada di urutan kedua dan ketiga.

Pic: Pangsa Pasar Wholesales Mobil di Indonesia 
Sumber:Gaikindo & Stockbit analysis

Menurut Ketua I Gaikindo, Jongkie Sugiarto, target penjualan wholesale mobil di Indonesia pada 2023 adalah 975 ribu unit. Target tersebut di atas target 2022 yang mencapai 900 ribu unit, tapi masih di bawah realisasi 2022. Sekretaris Gaikindo, Kukuh Kumara, mengatakan bahwa penjualan wholesale mobil pada 2022 dapat melebihi target karena dipicu oleh sejumlah insentif dari pemerintah seperti relaksasi PPnBM.

Pada 2023, target Gaikindo relatif lebih konservatif karena relaksasi PPnBm telah berakhir pada September 2022. Selain itu, kondisi supply dan demand yang belum baik serta kondisi perekonomian yang belum stabil berdampak kepada target yang lebih rendah.

Penurunan penjualan wholesales mobil secara nasional dapat berdampak negatif terhadap IMAS. Di sisi lain, IMAS sempat mengalami pertumbuhan market share pada 2020 di tengah penurunan penjualan wholesales mobil secara nasional akibat Covid-19. Pada tahun tersebut, market share IMAS tumbuh menjadi 14,8%, didorong oleh rilis model mobil terbaru dari Nissan, yaitu Livina.

Lantas, mengapa market share IMAS turun dalam 2 tahun terakhir?

Penjualan Suzuki dan Nissan yang Cenderung Turun

Seperti yang sudah disebut di atas, IMAS awalnya berfokus mengembangkan distribusi 2 merek mobil, yakni Nissan dan Suzuki. Namun, penjualan Nissan dan Suzuki ternyata mengalami stagnasi dan cenderung turun dari tahun ke tahun.

Pic: Penjualan Wholesale Suzuki & Nissan tahun 2017-2022
Sumber: Gaikindo & Stockbit analysis

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa penjualan unit mobil Suzuki dan Nissan mengalami penurunan dalam 5 tahun terakhir, dengan CAGR 5Y masing-masing sebesar -3,5% dan -26%. Penurunan penjualan tersebut disebabkan oleh kalah saingnya kedua merek tersebut dengan merek lain seperti Toyota dan Daihatsu.

Faktor utama menurunnya penjualan Nissan adalah kalah saingnya Grand Livina dan Livina di pasar kendaraan Indonesia. Pada 2017, Nissan mencatatkan penjualan 6.204 unit Grand Livina (42,8% dari total penjualan Nissan), sebelum penjualannya menurun -61% YoY pada tahun berikutnya.

Pada 2019 dan 2020, penjualan Nissan kembali meningkat, dipicu oleh meluncurnya model baru Livina yang merupakan mobil bertipe hatchback dengan 5 kursi penumpang, berbeda dari Grand Livina merupakan mobil bertipe MPV dengan 7 kursi. Namun, penjualan kedua model mobil tersebut kembali mengalami penurunan yang cukup signifikan sejak 2021 dan hanya berhasil terjual sebanyak 1.097 unit pada 2022.

Pic:Penjualan Livina & Grand Livina tahun 2017-22
Sumber: Gaikindo & Stockbit analysis

Di sisi lain, merek mobil lain relatif rajin untuk berinovasi dengan meluncurkan model barunya bertipe MPV dari tahun ke tahun.

Sebagai contoh, beberapa mobil yang didistribusikan oleh ASII seperti Avanza dan Xenia hampir setiap tahun melakukan modifikasi, baik dari sisi interior ataupun body luar mobil. Avanza dan Xenia sudah memasuki generasi ke-3 sejak diluncurkan pada 2003 dan 2004. Merek lain seperti Honda juga meluncurkan tipe Mobilio yang mempunyai tren serupa dengan Avanza dan Xenia dengan rajin melakukan inovasi baik dalam bentuk body maupun interior.

Maraknya inovasi dan upgrade mobil MPV dari merek lain memicu tergerusnya pangsa pasar Nissan yang cenderung minim melakukan inovasi. Melihat niat beli masyarakat di Indonesia yang cenderung menurun dari tahun ke tahun, Nissan Global memutuskan untuk menutup pabrik produksi di Indonesia pada 2020 dan mengalihkannya ke Thailand. Meski demikian, PT Nissan Motor Indonesia (NMI) terus melanjutkan dari sisi operasi penjualan dan pelayanan purna jual Nissan di Indonesia. Selain itu, NMI juga berkomitmen untuk menghadirkan model-model mobil baru di Indonesia.

Berbeda dari Nissan yang sempat mengandalkan jenis MPV, Suzuki unggul dalam mobil jenis pick up. Mobil pick up sendiri merupakan kontributor terbesar penjualan wholesale Suzuki dengan berkontribusi sebesar 40–55% dari total penjualan.

Penjualan mobil pick up Suzuki sendiri cenderung stagnan dari ~55 ribu unit pada 2018. Sebaliknya, tren penjualan pick up Daihatsu mengalami kenaikan dari ~42 ribu unit pada 2018 menjadi ~48 ribu pada 2022.

Stagnasi penjualan pick up Suzuki salah satunya disebabkan oleh kurangnya model baru. Hingga akhir 2022, Suzuki hanya memiliki 3 jenis pick up, sedangkan Daihatsu punya 7 jenis mobil pick up.

Pic: Penjualan Suzuki Pickup dan Daihatsu Pickup 2017-2022
Sumber: Gaikindo & Stockbit analysis

Fokus IMAS di Masa Depan: Ekspansi ke Kendaraan Listrik


Manajemen IMAS mengungkapkan kepada tim Stockbit bahwa strategi perusahaan ke depannya, khususnya untuk bisnis otomotif di segmen passenger car, adalah dengan mendiversifikasi merek mobil yang didistribusikan oleh perusahaan. Salah satu cara yang diambil oleh IMAS untuk melakukan diversifikasi tersebut adalah dengan ekspansi ke bisnis distribusi mobil listrik, menyusul tren adaptasi kendaraan listrik yang semakin meningkat.

Manajemen juga mengatakan bahwa perseroan akan mendistribusikan mobil listrik dengan harga yang lebih terjangkau melalui salah satu merek naungannya pada pertengahan 2023. Mobil tersebut akan menyasar segmen mid-to-low yang hadir dengan 5 pintu dan 5 tempat duduk. IMAS juga berkomitmen untuk mendatangkan setidaknya 1 model mobil listrik keluaran Volkswagen pada 2024.

Ketua I Gaikindo, Jongkie Sugiarto, mengatakan dalam acara Emiten Talk dengan Stockbit bahwa idealnya mobil listrik di Indonesia dibanderol dengan harga 350 jutaan rupiah. Jongkie menyebut bahwa jika ada merek yang dapat menawarkan mobil keluarga – yang terdiri dari 5 pintu dan 7 tempat duduk – di rentang harga tersebut, maka mobil listrik tersebut akan laku di pasar Indonesia.

Lalu, bagaimana dengan potensi pasar kendaraan listrik di Indonesia? Apa potensi dan risiko yang akan dihadapi oleh IMAS dalam bisnis tersebut? Yuk kita bahas.

Strategi IMAS menyongsong transisi pasar mobil ke electric vehicle (EV)

Revolusi kendaraan listrik di Indonesia menjadi peluang baru bagi emiten distributor kendaraan. Dengan populasi kendaraan terbesar di Asia Tenggara, pasar kendaraan listrik di Indonesia berpotensi tumbuh cepat dengan target total lebih dari 15 juta kendaraan listrik pada 2030 dengan rincian 2,19 juta unit mobil listrik dan motor listrik sebanyak 13,4 juta unit. Pada 2022, mobil listrik yang terjual di Indonesia mencapai 15,4 ribu unit. Sedangkan motor listrik yang terjual hingga 9M22 mencapai 28 ribu unit.

Selain ASII yang memegang pangsa pasar passenger car terbesar di Indonesia, emiten distributor kendaraan yang berpotensi diuntungkan dari pertumbuhan industri kendaraan listrik di Indonesia adalah IMAS. Pada 2021, perusahaan tersebut telah merilis mobil listrik melalui Nissan Leaf. IMAS juga menaungi sejumlah merek mobil seperti Citroen, Kia, Audi, Volkswagen, dan Mercedes-Benz dan motor seperti Yadea yang produknya mencakup kendaraan listrik.

Sebagai catatan, hampir seluruh merek mobil yang didistribusikan oleh IMAS di Indonesia sudah meluncurkan mobil bertenaga baterai di beberapa negara lain seperti KIA (Niro EV dan EV6), Volkswagen (ID2, ID3, dan ID), Audi (eC3, eC4, dan C5), dan Citroen (A6 dan Q8).

Manajemen IMAS mengungkapkan kepada tim Stockbit bahwa pihak perusahaan tidak mau hanya mengandalkan 1–2 merek mobil saja. Oleh karena itu, perusahaan menjalin kerja sama dengan beberapa merek sebagai contoh kerja sama dengan Kia pada 2019, dilanjut dengan Citroen pada 2022, dan yang terbaru bekerja sama dengan Mercedes-Benz pada awal 2023.

Per akhir 2022, total mobil listrik yang didistribusikan oleh merek naungan IMAS adalah 63 unit yang berhasil terjual lewat Nissan Leaf. Per April 2023, jumlah mobil listrik yang di telah terjual dari merek di bawah naungan IMAS sudah melebihi FY22 sejumlah 66 unit dengan detail Nissan Leaf sebanyak 35 unit, Kia EV 6 sebanyak 20 unit, dan Mercedes-Benz EQS 450+ (V297) sebanyak 11 unit. Sebagai catatan, harga mobil Nissan Leaf dimulai dari 730 ratus juta, Kia EV 6 dimulai dari 1,3 miliar rupiah, dan Mercedes-Benz EQS 450+ (V297) dimulai dari harga 3 miliar rupiah.

Beberapa merek di yang didistribusikan oleh IMAS merupakan salah satu market leaders pada penjualan kendaraan listrik di negara asalnya. Contohnya seperti Kia yang pada 2022 berhasil menjual mobil listrik sebanyak lebih dari 45 ribu unit, kedua terbanyak setelah Hyundai. Jumlah kendaraan listrik yang terjual di Korea Selatan pada 2022 mencapai 120 ribu unit

Contoh lainnya adalah Volkswagen dan Mercedes-Benz yang berhasil menjadi nomor satu dan kedua penjualan mobil listrik di Jerman pada 2022, masing-masing sebanyak 94.067 unit dan 79.553 unit. Total penjualan mobil listrik di Jerman pada 2022 adalah 833 ribu unit.

Manajemen IMAS mengungkapkan bahwa perusahaan masih terbuka untuk menjalin kerja sama dengan produsen mobil, termasuk mobil listrik, yang berpotensi menguntungkan performa perusahaan. Dilihat dari portofolio IMAS saat ini, perusahaan belum menjalin kerja sama dengan merek mobil dari China.

Untuk memasarkan mobil listrik kedepannya, manajemen IMAS mengatakan bahwa perseroan tidak membutuhkan belanja modal (capex) besar. Nantinya, perusahaan akan mengandalkan channel distribusi (dealer) yang sudah ada saat ini, sehingga perusahaan tidak perlu lagi mendirikan dealer baru untuk menjual mobil listrik tersebut.

Belajar dari penurunan penjualan akibat minimnya inovasi dan model baru dari Suzuki dan Nissan, IMAS berencana untuk mengubah strateginya dengan mendistribusikan multi-brand. Manajemen optimis pangsa pasar perseroan dapat mengakhiri tren penurunannya dan meningkat ke depannya, didukung dengan penjualan mobil listrik yang harganya cenderung lebih terjangkau.

Tak hanya mendistribusikan mobil listrik, manajemen IMAS menyebut bahwa perusahaan ke depannya akan merambah bisnis perakitan dan produksi mobil listrik di dalam negeri. IMAS sendiri tidak memerlukan lagi belanja modal (capex) yang besar, menurut manajemen. Sebab, IMAS telah memiliki lahan di Purwakarta yang sebelumnya digunakan untuk memproduksi mobil Nissan, sebelum diberhentikan pada 2020.

Selain mobil, IMAS juga mempunyai rencana untuk menjadi salah satu pemain di distributor motor listrik di Indonesia dengan bekerja sama dengan Yadea pada Februari 2023. Yadea merupakan brand motor listrik dengan pangsa pasar terbesar di China, di mana market share-nya mencapai 61,2% pada 2021 dan telah menjual 13 juta motor listrik di seluruh dunia.

Hingga akhir Februari 2023, Yadea berhasil menjual 1.000 unit motor dan sepeda listrik di Indonesia. Penjualan motor listrik berpotensi meningkat dari tahun ke tahun, didorong oleh insentif pemerintah atas pembelian motor listrik baru. Pemerintah Indonesia mempunyai target atas motor listrik yang mengaspal di Indonesia sebanyak 13,47 juta unit pada tahun 2023, setara 10,7% dari total jumlah motor di Indonesia pada akhir 2022.

Menilik prospek pasar EV dari perkembangan merek lain dan peluang IMAS

Berdasarkan data Gaikindo pada 2022, 2 mobil listrik yang paling laris di Indonesia adalah Ioniq dari Hyundai dan Wuling Air EV dari Wuling, yang masing-masing terjual 1.874 unit dan 8.053 unit. Tren penjualan Ioniq masih berlanjut pada 2023, di mana penjualannya mencapai 1.755 unit per 4M22, setara 93,6% dari penjualan FY22.

Pic:  Penjualan bulanan Mobil Ioniq 2022-2023 
Sumber: Gaikindo & Stockbit Analysis

Di sisi lain, penjualan Wuling Air EV per bulan pada 2023 menurun cukup signifikan jika dibandingkan dengan 2022. Pihak perusahaan mengatakan bahwa penurunan penjualan pada awal tahun disebabkan oleh banyaknya libur pada Januari dan Februari.

Tren perbaikan penjualan Wuling Air EV mulai terlihat pada Maret dan April 2023, menyusul diresmikannya insentif pembelian mobil listrik pada Maret 2023 dan mulai berlaku pada awal April 2023.

Pic: Penjualan Wuling Air EV per bulan 2022-2023
Sumber: Gaikindo & Stockbit Analysis 

Berkaca dari data penjualan pada Wuling dan Ioniq, secara keseluruhan penjualan mobil listrik menunjukan tren positif. Oleh karena itu, rencana IMAS untuk mendistribusikan banyak merek mobil listrik dengan varian harga yang lebih bervariatif berpotensi memberikan dampak positif bagi segmen otomotif perseroan. Pertumbuhan segmen otomotif dapat memberikan dampak positif secara tidak langsung bagi segmen jasa keuangan IMAS akibat naiknya permintaan pembiayaan kendaraan untuk membeli mobil listrik.


Prospek IMAS di Pasar Truk dan Commercial Car

Selain passenger car, segmen kendaraan yang berpotensi mengalami perkembangan adalah kendaraan komersial. Menurut laporan ReportLinker, total kendaraan komersial di Indonesia diproyeksikan akan mencapai 6,5 juta unit pada 2026 (vs. 2021: 4,8 juta unit) atau meningkat CAGR 5Y +5,5%.

Pertumbuhan bisnis kendaraan komersial berpotensi didukung oleh meningkatnya aktivitas tambang yang kembali tumbuh menyusul kenaikan beberapa harga komoditas seperti nikel, minyak sawit, dan lain-lain. Selain itu, program hilirisasi pemerintah juga berpotensi meningkatkan permintaan untuk kendaraan komersial.

Berbeda dengan pasar passenger car, IMAS menjadi salah satu market leader di segmen kendaraan komersial dalam negeri melalui Hino, yang merupakan merek truk dengan market share kedua terbesar di Indonesia per 2022.

Penjualan Hino sendiri meningkat +49,2% YoY menjadi 30,8 ribu unit pada 2022, setara 33,3% dari total penjualan truk di Indonesia. Saingan terbesar Hino dalam segmen ini adalah truk keluaran Mitsubishi, Mitsubishi Fuso, yang mencatatkan penjualan sebesar 37,6 ribu unit pada 2022.

Jika dilihat secara 6 tahun kebelakang, pangsa pasar Mitsubishi Fuso cenderung menurun dari 47% pada 2017 menjadi 41% pada 2022. Sedangkan, pangsa pasar Hino cenderung lebih stabil dengan pangsa pasar di level 33%. Dapat dilihat dari tabel di bawah bahwa pangsa pasar Hino mengalami pemulihan sejak pandemi Covid-19, sedangkan Mitsubishi Fuso mengalami penurunan dari 50% ke 41%.

Pic: Penjualan Truck Indonesia tahun 2017-222.
Sumber: Gaikindo & Stockbit analysis

Selain truk Hino, IMAS juga mendistribusikan beberapa alat berat atau kendaraan komersial lainnya beserta suku cadang dan aksesoris yang dapat digunakan pada sektor pertambangan, perkebunan, maupun alat angkut berat seperti forklift. Beberapa mereknya antara lain Volvo, Renault Truck, Kalmar, Manitou, dan John Deere

Pada 2017–2022, penjualan truk dan alat berat berkontribusi cukup signifikan terhadap total pendapatan perusahaan pada segmen operasi otomotif di level 35–50%.


Bisnis Lain Jadi Penopang Laba IMAS Selama Ini

Segmen otomotif IMAS tercatat mengalami beberapa kali rugi bersih pada 2017–2022, kecuali pada 2019 dan 2021. Sementara kinerja segmen otomotif berfluktuasi, laba bersih IMAS pada periode tersebut didukung oleh segmen jasa keuangan dan sewa kendaraan serta bisnis lain-lain yang terdiri dari distribusi bahan bakar kendaraan dan pelumas.

Laba bersih yang disumbangkan oleh segmen jasa keuangan dan sewa kendaraan relatif stabil. Sedangkan laba bersih dari segmen lain-lain cenderung mengalami tren kenaikan

Pic: Pendapatan, Laba Kotor, dan Laba Bersih Perusahaan Per Segmen 2017-2022 .
Sumber: Laporan tahunan IMAS 2017-2022 & Stockbit Analysis 

Salah satu penyebab segmen otomotif merugi adalah beban keuangan yang cukup signifikan, sekitar 30–40% laba kotor perusahaan. Kondisi tersebut berdampak negatif bagi laba bersih segmen tersebut.

Sementara itu, laba bersih IMAS didukung oleh segmen bisnis lainnya seperti distribusi bahan bakar kendaraan dan pelumas dengan merek Exxon yang terus tumbuh setiap tahunnya sejak 2018. Exxon Mobil mulai bekerjasama dengan PT Indomobil Prima Energi, salah satu anak usaha IMAS sejak tahun 2017. Pendapatan dari segmen ini terus bertumbuh dengan CAGR 4Y sebesar +29,6% menjadi 2,9 triliun rupiah pada 2022.

Sebagai informasi, SPBU Exxon banyak berlokasi pada daerah yang belum terjangkau oleh SPBU Pertamina seperti Purwakarta, Cikarang, Karawang, dan Pandeglang.

Selain bisnis distribusi bahan bakar, laba bersih IMAS didukung oleh segmen bisnis seperti jasa keuangan yang dioperasikan oleh Indomobil Multi Jasa ($IMJS) yang berfokus di bidang multifinance, dan sewa kendaraan serta logistik. Pada 2022, segmen ini memberikan kontribusi sebesar 32% dari total laba bersih IMAS yang mencapai 105 miliar rupiah.

Per 2022, salah satu anak usaha IMJS di bidang penyewaan kendaraan, PT CSM Corporatama, memiliki 21.550 unit armada dengan 78% di antaranya masih berusia di bawah 4 tahun. Perusahaan tidak mencantumkan tingkat okupansi atas sewa kendaraannya.

Jika penjualan mobil listrik khususnya merek yang didistribusikan oleh IMAS sukses seperti di negara asalnya, maka segmen kendaraan otomotif dan bengkel milik IMAS berpotensi mengalami turnaround dan berbalik dari rugi menjadi untung. Jika banyak mobil listrik yang terjual dari IMAS, IMJS selaku multifinance juga dapat diuntungkan sebagai penyedia jasa pengkreditan mobil.


Valuasi

Karena sempat mengalami kerugian pada 2017, 2020, dan 2021, valuasi saham IMAS tidak cocok dihitung menggunakan Price-to-Earnings (P/E) Ratio, dan sebaiknya dihitung menggunakan Price-to-Book Value (P/BV) Ratio atau Price-to-Sales (P/S) Ratio. Valuasi menggunakan P/E Ratio dapat menunjukan hasil yang misleading, sehingga P/BV dan P/S digunakan.

Berdasarkan P/BV Ratio, saham IMAS saat ini diperdagangkan sedikit di bawah mean standard deviation 10 tahunannya di level 0,71x. Jika dibandingkan dengan peers-nya, valuasi IMAS masih berada di bawah valuasi ASII yang memiliki P/BV sebesar 1,31x.

Berdasarkan P/S Ratio, saham IMAS saat ini diperdagangkan sedikit di atas mean standard deviation-nya di angka 0,32x. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan ASII yang diperdagangkan di level 0,84x.

Pic: IMAS 10Yr P/BV Standard Deviation Band 
Sumber: Stockbit Keystats
Pic: IMAS 10Yr P/S Standard Deviation Band 
Sumber: Stockbit Keystats

Nah, dengan potensi ke depan dan valuasinya saat ini, apakah menurut kamu saham IMAS masih menarik untuk dibeli? We provide, you decide.


________________
Penulis: 

Michael Owen Kohana, Investment Analyst

Editor: 

Edi Chandren, Investment Analyst Lead

Rahmanto Tyas Raharja, Investment Analyst Lead

Aulia Rahman Nugraha, Senior Investment Journalist

Copyright 2023 Stockbit, all rights reserved.

Disclaimer: 

Semua konten dalam artikel ini dibuat untuk tujuan informasional dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual saham tertentu. Always do your own research.

PT Stockbit Sekuritas Digital (β€œStockbit”),  Perusahaan efek yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. 

Selanjutnya, semua keputusan investasi nasabah mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas investasi tersebut. Seluruh risiko investasi bukan merupakan tanggung jawab Stockbit melainkan menjadi tanggung jawab masing-masing nasabah.

Domain resmi Stockbit adalah β€œhttps://stockbit.com/” dan semua informasi yang dikirimkan oleh kami akan menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit dan/atau alamat email yang diakhiri β€œ@Stockbit.com” Semua pemberian Informasi Rahasia kepada pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit namun tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit merupakan tanggung jawab pribadi pihak pemilik Informasi Rahasia dan kami tidak bertanggung jawab atas setiap penyalahgunaan Informasi Rahasia yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit yang tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit.