Valuasi

Edi Chandren

🍜 INDF: Laggard Play with Limited Downside (All-Time Low Valuation) by Edi Chandren

Penulis: Edi Chandren | Editor: Aulia Rahman Nugraha, Rahmanto Tyas Raharja, Vivi Handoyo Lie

Published date: 16/2/2024

  • Dengan korelasi kinerja dan harga saham ICBP dan INDF yang tinggi, INDF berpotensi menyusul kenaikan ICBP belakangan ini (laggard).

  • Risiko downside tampak terbatas dengan valuasi terendah sepanjang masa, sementara laba bersih capai level tertinggi sepanjang masa.

  • INDF juga menawarkan  dividen yield yang cukup menarik sebesar 5–6%.

Deskripsi: Pergerakan harga saham INDF (biru) dan ICBP (hijau) dalam 5 tahun terakhir.
Sumber: Charbit Stockbit

Executive Summary

Dengan kontribusi laba Indofood Sukses Makmur ($INDF) yang didominasi (~80%) dari Indofood CBP Sukses Makmur ($ICBP), INDF secara fundamental semakin menjadi proxy dari saham ICBP. Apalagi, tren kontribusi ini juga cenderung meningkat dari waktu ke waktu.

Namun, kami melihat terdapat anomali saat ini. Ketika harga saham ICBP telah pulih dan naik sekitar +16% dari titik terendahnya pada 1 November 2023 hingga penutupan 15 Feb 2024, pergerakan harga saham INDF justru masih cenderung flat. Dari aspek valuasi, INDF kini diperdagangkan pada 5,5x 1-Year Forward P/E, sementara ICBP pada 13,8x. Diskon P/E INDF terhadap ICBP mencapai 60%, level tertinggi sejak 2018.

Kami menilai, anomali valuasi dan pergerakan harga saham di atas membuka peluang bagi investor untuk mengakumulasi INDF. Dengan korelasi kinerja dan harga saham yang tinggi secara historis, kami menilai INDF berpotensi menyusul pergerakan saham ICBP (laggard).

Secara valuasi, kami menilai, baik secara nominal (5,5x P/E dan 0,80x P/BV) maupun relatif (60% diskon terhadap ICBP), valuasi INDF saat ini telah mencapai mencapai level yang murah, bahkan terendah sepanjang masa (all-time low). Padahal, kinerja laba bersih INDF  per 2023 mencapai level tertinggi sepanjang masa (all-time high), berdasarkan estimasi kami. Oleh karena itu, kami menilai risiko downside lanjutan tampak terbatas, sekaligus memberikan peluang upside yang menarik jika level diskon mengecil.

INDF juga menawarkan dividen yang cukup menarik, dengan yield sebesar 5–6% per tahun dari tahun buku 2023 dan 2024, berdasarkan estimasi konservatif kami. Dari aspek prospek kinerja, kami memprediksi pertumbuhan laba bersih 2024 sebesar +5%, didorong masih akan solidnya kinerja ICBP seiring peningkatan daya beli pada tahun politik serta prediksi biaya bahan baku (gandum) dan nilai tukar rupiah yang stabil.

Risiko utama yang kami lihat adalah 1) kembali naiknya harga gandum; 2) melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS; 3) anjloknya harga CPO, dan 4) tidak berhasilnya saham INDF untuk menyusul kenaikan ICBP (diskon valuasi INDF terhadap ICBP yang tetap tinggi atau bahkan terus meningkat).


INDF: Semakin Menjadi Proxy ICBP


Secara fundamental, INDF semakin menjadi proxy dari anak usaha utamanya, ICBP. Hal ini karena kontribusi ICBP yang semakin dominan pada kinerja keseluruhan INDF. Sebagai ilustrasi, pada 2017, kontribusi ICBP hanya mencapai ~64% dari total laba usaha INDF. Per 9M23, kontribusi ini telah naik menjadi ~78%, yang mana kami prediksi akan semakin meningkat menjadi ~79% pada 2024. 

Secara tren, kontribusi ICBP pada keseluruhan laba INDF cenderung meningkat sejak 2017. Penurunan kontribusi ICBP pada 2021–2022 lebih disebabkan oleh performa segmen Agribisnis yang sangat baik akibat tingginya harga CPO, dan bukan karena menurunnya kinerja ICBP. Ketika harga CPO kembali ke level yang lebih normal pada 2023, kontribusi ICBP terhadap INDF pun kembali ke atas 75%. 

Deskripsi: Kontribusi laba usaha INDF berdasarkan segmen dari 2017–9M23.
Sumber: Laporan Keuangan
Deskripsi: Laba usaha INDF berdasarkan segmen dari 2017–9M23.
Sumber: Laporan Keuangan
Deskripsi: Kontribusi laba usaha INDF berdasarkan segmen (9M23).
Sumber: Laporan Keuangan

Prospek 2024: Pertumbuhan Positif Moderat, Didukung Kenaikan Daya Beli

Secara prospek kinerja, kami memprediksi pertumbuhan positif yang dicatatkan INDF pada 2023 akan berlanjut pada 2024, walaupun dengan level pertumbuhan yang jauh lebih moderat. Pada 2023, pertumbuhan laba bersih yang signifikan disebabkan oleh pembalikan dari rugi kurs yang signifikan pada 2022.

Pertumbuhan laba bersih tahun ini kami prediksikan masih akan ditopang sebagian besar oleh segmen consumer branded products (ICBP), di mana penjualan berpotensi terdongkrak oleh daya beli yang meningkat seiring pembelanjaan terkait kampanye pemilu, kenaikan alokasi anggaran perlindungan sosial, dan inflasi yang kembali ke level rendah di 2–3%.

Sementara itu, margin laba usaha INDF kami estimasikan akan stabil. Harga gandum dan nilai tukar rupiah yang lebih bersahabat akan mengkompensasi penurunan harga CPO pada 2024. 

Berdasarkan segmen, Agribisnis menjadi satu-satunya segmen yang kami prediksikan mengalami penurunan kinerja akibat ekspektasi penurunan produksi karena El-Nino dan harga CPO yang sedikit lebih rendah pada 2024.

Sebagai perbandingan, estimasi laba bersih INDF pada 2024 dari kami lebih rendah -3,8% dibandingkan estimasi konsensus per 12 Februari 2024, atau lebih konservatif. Berikut estimasi kami atas kinerja berdasarkan segmen beserta asumsi-asumsi utamanya:

Deskripsi: Estimasi kinerja segmen dan keseluruhan INDF beserta asumsi-asumsi utama.
Sumber: Laporan Keuangan, Stockbit analysis
Deskripsi: Harga gandum pada Januari 2021–Januari 2024.
Sumber: Bloomberg
Deskripsi: Harga CPO pada Januari 2021–Januari 2024.
Sumber: Bloomberg

Valuation: All-Time Low, Too Cheap To Ignore

Walaupun kontribusi ICBP mendominasi kinerja keseluruhan INDF, terdapat gap valuasi yang besar di antara keduanya. Per 15 Februari 2024, INDF diperdagangkan dengan valuasi 5,5x 1-Year Forward P/E, sementara ICBP diperdagangkan dengan valuasi 13,8x 1-Year Forward P/E. Ini berarti diskon valuasi INDF terhadap ICBP mencapai 60%, level tertinggi sejak 2018 dan jauh di atas rata-rata diskonnya di level 48%.

Menurut kami, terdapat beberapa alasan yang dapat menjelaskan peningkatan diskon valuasi INDF terhadap ICBP sejak 2H22:

  • Dengan segmen consumer branded products yang semakin mendominasi kinerja keseluruhan INDF, terdapat persepsi bahwa investor dapat langsung membeli saham ICBP untuk berinvestasi pada bisnis konsumer Indofood ketimbang membeli saham INDF. Namun, seperti yang kami jelaskan di atas, dengan kontribusi ICBP yang meningkat terhadap kinerja INDF, secara teoritis INDF semakin menjadi proxy dari ICBP, sehingga diskon valuasi yang melebar menjadi sebuah mismatch, menurut kami.

  • Adanya faktor ESG pada saham INDF karena segmen Agribisnis. Sebagai pengingat, beberapa sektor dianggap tidak memenuhi kriteria ESG seperti batu bara, CPO, dan rokok. Namun, kami menilai bahwa isu mengenai ESG sudah terjadi sejak 5 tahun yang lalu, sehingga kurang menjelaskan dinamika meningkatnya diskon valuasi dalam 1,5 tahun terakhir.

  • Sentimen negatif dari sektor komoditas akibat tren harga komoditas yang cenderung lemah. Namun, dengan semakin kecilnya kontribusi segmen Agribisnis terhadap kinerja INDF, kami menilai bahwa faktor ini menjadi semakin berkurang relevansinya.

  • Sentimen investor yang masih lemah terhadap sektor konsumer akibat daya beli yang belum begitu baik. Pada kondisi ini, likuiditas dana investor yang terbatas berpotensi terkonsentrasi pada beberapa perusahaan konsumer saja.

  • Keluarnya investor ‘asuransi lokal’ dan ‘reksa dana asing’ sejak awal 2023. Namun, sejak awal 2024, investor ‘reksa dana asing’ terlihat telah mulai kembali mengakumulasi saham INDF (lihat grafik ‘Tren Kepemilikan saham INDF’ di bawah).

Sementara itu, dari valuasi P/BV, INDF kini diperdagangkan pada 0,80x per 15 Februari 2024, di bawah nilai buku.

Kami menilai bahwa baik secara nominal maupun relatif (terhadap ICBP), valuasi INDF saat ini telah mencapai level yang murah, bahkan terendah sepanjang masa (all-time low). Padahal, kinerja laba bersih INDF pada 2023 mencapai level tertinggi sepanjang masa (all-time high), berdasarkan estimasi kami. Oleh karena itu, kami menilai risiko downside lanjutan tampak terbatas.

Jika diskon INDF terhadap ICBP mengecil, hal ini akan memberikan upside yang menarik bagi investor. Sebagai ilustrasi, jika diskon P/E menurun dari 60% menjadi 50%, ceteris paribus, maka upside bagi harga saham INDF mencapai +25%.

Deskripsi: Valuasi ICBP dan INDF 1-Year Forward P/E serta besaran diskon valuasi INDF terhadap ICBP.
Sumber: Bloomberg, Stockbit analysis
Deskripsi: Tren kepemilikan saham investor lokal dan asing di INDF.
Sumber: Stockbit
Deskripsi: 1-Year Forward P/BV saham INDF 5 tahun terakhir.
Sumber: Bloomberg

Dividen Minimum ~5% per Tahun dengan Peluang Terbuka hingga ~6%

Bahkan jika saham INDF tidak menyusul kenaikan saham INDF, kami menilai INDF masih menawarkan peluang dividen yang cukup menarik. Dengan estimasi laba bersih dan payout ratio yang konservatif, estimasi dividend yield INDF dari tahun buku 2023 dan 2024 masing-masing mencapai 5% dan 5,3% berdasarkan harga saham saat ini di level Rp6.300/lembar.

Seperti yang dapat dilihat melalui tabel di bawah, INDF rutin membayar dividen dengan payout ratio minimal 30% sejak 2017. Perhitungan estimasi dividend yield kami di atas menggunakan asumsi payout ratio sebesar 30%, sehingga kami menilai angka tersebut sebagai asumsi yang konservatif. Dalam kasus yang lebih bullish, jika payout ratio naik dari 30% ke 35%, maka dividend yield dari tahun buku 2023 dan 2024 dapat meningkat menjadi 5,9% dan 6,1%.   

INDF sempat menurunkan payout ratio ke level 30,6% pada 2019, di mana kami meyakini bahwa langkah tersebut disebabkan oleh kebutuhan dana untuk mengakuisisi Pinehill. Sementara itu, dari aspek nominal dividen, besaran dividen per saham INDF pada tahun buku 2022 turun seiring penurunan kinerja laba bersih akibat kerugian kurs.

Dengan tren kinerja yang kembali tumbuh positif, outlook nilai tukar yang stabil dan asumsi tidak adanya kebutuhan kas yang sangat besar untuk keperluan akuisisi atau investasi yang mayor, kami meyakini estimasi dividen kami di atas dapat tercapai.

Deskripsi: Laba bersih INDF dan pembayaran dividen.
Sumber: Laporan Keuangan, Stockbit analysis

Risiko

Risiko utama yang kami lihat adalah 1) kembali naiknya harga gandum; 2) melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS; 3) anjloknya harga CPO; dan 4) tidak berhasilnya saham INDF untuk menyusul kenaikan ICBP (diskon valuasi INDF terhadap ICBP yang tetap tinggi atau bahkan terus meningkat)

Kembali naiknya harga gandum atau turunnya harga CPO akan menekan profitabilitas perusahaan. Sementara itu, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan kembali menimbulkan rugi kurs seperti yang terjadi pada 2022. 

Selain itu, tidak ada jaminan bahwa INDF akan berhasil menyusul kenaikan ICBP. Sebaliknya, diskon valuasi INDF terhadap ICBP dapat bertahan di level yang tinggi saat ini, atau bahkan semakin meningkat.


________________
Penulis: 

Edi Chandren, Investment Analyst Lead

Editor:

Vivi Handoyo Lie, Head of Investment Research

Rahmanto Tyas Raharja, Investment Analyst Lead

Aulia Rahman Nugraha, Sr. Investment Journalist

Copyright 2024 Stockbit, all rights reserved.

Disclaimer: 

Semua konten dalam artikel ini dibuat untuk tujuan informasional dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual saham tertentu. Always do your own research.

Informasi ini dimiliki oleh PT Stockbit Sekuritas Digital (“Stockbit”), Perusahaan efek yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan.

Selanjutnya, semua keputusan investasi nasabah mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas investasi tersebut. Seluruh risiko investasi bukan merupakan tanggung jawab Stockbit melainkan menjadi tanggung jawab masing-masing nasabah.

Domain resmi Stockbit adalah “https://stockbit.com/” dan semua informasi yang dikirimkan oleh kami akan menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit dan/atau alamat email yang diakhiri “@Stockbit.com” Semua pemberian Informasi Rahasia kepada pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit namun tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit merupakan tanggung jawab pribadi pihak pemilik Informasi Rahasia dan kami tidak bertanggung jawab atas setiap penyalahgunaan Informasi Rahasia yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit yang tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit.

👀 SIDO: Quality Company with Attractive Valuation & Dividend by Edi Chandren

Penulis: Edi Chandren | Editor: Aulia Rahman Nugraha, Vivi Handoyo Lie

Published date: 10/1/2024

  • Dengan P/E 16,6x, valuasi cukup murah dengan downside terbatas. 

  • Potensi yield dividen 5% per tahun, memberikan kenyamanan investasi dalam jangka pendek-menengah.

  • Prospek cerah dalam jangka panjang masih valid, memberikan upside yang menarik.

Deskripsi: SIDO 1-Year Forward P/E Band.
Sumber: Stockbit

Executive Summary

Penurunan harga saham SIDO sebesar -30% selama 2023, yang didorong oleh pelemahan kinerja, memberikan kesempatan membeli perusahaan berkualitas pada harga diskon karena kami menilai kinerja terburuk perusahaan telah terlewati di 3Q23 (the worst is over). 

Meskipun prospek perseroan belum terlalu bullish dalam jangka pendek-menengah akibat belum kuatnya daya beli masyarakat, kami menilai bahwa SIDO memberikan peluang dividen yang cukup menarik dengan potensi yield ~5% per tahun berdasarkan estimasi kami. Dividen ini akan memberikan kenyamanan (comfort) bagi investor sambil menunggu pertumbuhan kinerja, yang kami yakini akan berakselerasi kembali ke kisaran double digit dalam jangka yang lebih panjang.

Selain potensi pertumbuhan kinerja yang lebih tinggi dalam jangka panjang, upside tambahan datang dari valuasi SIDO yang kami nilai berpeluang mengalami re-rating ke depannya. Berkaca dari negara yang relatif lebih maju seperti China dan India, perusahaan consumer health memiliki pertumbuhan di kisaran double digit per tahun dengan valuasi di kisaran 21–35x Forward P/E, jauh lebih tinggi dibandingkan P/E SIDO saat ini di level 16,6x

Adapun risiko utama SIDO adalah 1) daya beli yang lemah, ditambah dengan kondisi kemarau berkepanjangan yang menekan permintaan; 2) kenaikan signifikan pada harga bahan baku yang menurunkan profitabilitas; dan 3) progres makroekonomi yang lambat, sehingga potensi jangka panjang tidak dapat terealisasi.


Pemulihan pada 2024, Diikuti Pertumbuhan Moderat dalam Jangka Pendek-Menengah


Setelah kinerja negatif pada 2023, kami memprediksi bahwa kinerja SIDO akan pulih pada 2024, walaupun tidak terlalu signifikan. Pemulihan kinerja perseroan akan didorong oleh daya beli masyarakat yang lebih baik, sehingga penjualan bisa kembali bertumbuh positif

Perbaikan daya beli masyarakat sendiri akan didukung oleh pembelanjaan terkait kampanye pada tahun politik, kenaikan anggaran program perlindungan sosial, dan tingkat inflasi yang kembali rendah di level 2–3%. Secara kuartalan, kami memperkirakan kinerja SIDO pada 3Q23 akan menjadi yang terendah, dengan pemulihan akan terjadi pada 4Q23 dan berlanjut pada 2024 (the worst is over). 

Berdasarkan estimasi kami, laba bersih SIDO akan tumbuh +8% pada 2024, ditopang oleh pertumbuhan penjualan sebesar +5% dan margin yang lebih tinggi dari sedikit efisiensi pada biaya operasional. Dengan begitu, kami mengestimasikan laba bersih SIDO pada 2023 dan 2024 masing-masing akan mencapai Rp857 M (-22% YoY) dan Rp923 M (+8% YoY).

Deskripsi: Estimasi kinerja SIDO.
Sumber: Stockbit analysis

Berikut adalah beberapa asumsi utama yang kami gunakan dalam menyusun estimasi kinerja di atas:

  • Pertumbuhan penjualan pada 2024 akan lebih didorong oleh volume penjualan, sementara harga jual akan relatif stabil karena kenaikan harga yang signifikan telah dilakukan dalam 1–2 tahun terakhir.

  • Harga bahan baku akan cenderung stabil pada 2024, sehingga peningkatan volume penjualan akan turut mendorong gross margin.

  • Aktivitas iklan dan promosi akan cenderung lebih moderat pada 2024 setelah spending yang meningkat pada 2023. 

Dalam beberapa tahun setelah 2024, kami memprediksi kinerja SIDO akan cenderung bertumbuh secara moderat di kisaran mid single digit per tahun karena belum adanya pendorong permintaan yang signifikan.


Finansial Kuat dan Potensi Dividen ~5% per Tahun yang Sustainable

Kami menilai laba bersih sebesar Rp850–900 M per tahun sebagai laba bersih yang achievable dan sustainable bagi SIDO. Dengan level laba bersih di kisaran tersebut, dan asumsi dividend payout ratio sebesar 95% (rata-rata 3 tahun terakhir: 96,7%), SIDO berpotensi memberikan dividend yield sebesar 5,2–5,5% per tahun pada harga saat ini di level Rp520/lembar per 9 Januari 2024. 

Kami menilai yield tersebut akan memberikan kenyamanan (comfort) bagi investor sambil menunggu pertumbuhan kinerja, yang kami yakini akan berakselerasi kembali ke kisaran double digit dalam jangka yang lebih panjang.

SIDO sendiri memiliki posisi finansial yang kuat, profitabilitas yang tinggi (ROE >20%), dan bebas utang dengan kas sebesar Rp783 M per September 2023. Sementara itu, sejak belanja modal (capex) signifikan pada periode 2017–2018, SIDO belum lagi membutuhkan capex yang besar dalam waktu dekat

Dengan kebutuhan capex yang relatif kecil di kisaran Rp100–200M/tahun, serta arus kas yang sehat, SIDO memiliki kemampuan menghasilkan arus kas bersih (free cash flow) yang tinggi. Faktor-faktor tersebut membuat SIDO memiliki kapasitas membayar dividen yang tinggi, setidaknya dalam beberapa tahun ke depan. 

Deskripsi: Dividend payout ratio SIDO dalam 3 tahun terakhir.
Sumber: Stockbit analysis
Deskripsi: Capex dan free cash flow sejak 2017.
Sumber: Stockbit
Deskripsi: Return on Equity (ROE) SIDO.
Sumber: Stockbit

Re-akselerasi Pertumbuhan dan Peningkatan Valuasi dalam Jangka Panjang

Dalam jangka yang lebih panjang, kami meyakini bahwa SIDO dapat kembali bertumbuh cepat pada kisaran double digit per tahun. Pertumbuhan kelas menengah yang didorong oleh pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan akan meningkatkan permintaan produk-produk consumer health. Hal tersebut tentunya akan dinikmati oleh SIDO sebagai salah satu perusahaan consumer health terkemuka (prominent) dengan lebih dari 300 SKUs dan brand equity yang tinggi. 

Segmen kelas menengah dan atas di Indonesia diprediksi akan naik dari sekitar 45% dari populasi pada 2017 menjadi sekitar 75% dari populasi pada 2030, menurut BCG. Sementara itu, berdasarkan studi Bank Dunia, peningkatan pendapatan per kapita memiliki korelasi positif yang tinggi dengan pembelanjaan terkait kesehatan.

Bisnis consumer health SIDO sendiri terbagi ke dalam tiga segmen, dengan segmen Herbal & Supplement menjadi kontributor pendapatan terbesar hingga 63,3% per 9M23 berkat produk unggulannya, ‘Tolak Angin’, yang merupakan market leader. Dari sisi laba, kontribusi segmen Herbal & Supplement mencapai 78,2%, disebabkan oleh margin yang lebih tinggi dibandingkan dua segmen lainnya. 

Deskripsi: Prediksi populasi beberapa negara ASEAN, termasuk Indonesia, berdasarkan kelas ekonomi.
Sumber: Boston Consulting Group (BCG)
Deskripsi: Korelasi pendapatan per kapita dan pembelanjaan terkait kesehatan.
Sumber: World Bank
Deskripsi: Kontribusi pendapatan berdasarkan segmen.
Sumber: Laporan Keuangan SIDO
Deskripsi: Kontribusi laba kotor berdasarkan segmen.
Sumber: Laporan Keuangan SIDO
Deskripsi: Produk-produk SIDO berdasarkan segmen.
Sumber: Presentasi SIDO
Deskripsi: Market share produk ‘Tolak Angin’.
Sumber: Presentasi SIDO berdasarkan data Nielsen

Valuasi

Seiring dengan pelemahan kinerja selama 2023, valuasi SIDO terus mengalami penurunan hingga per 9 Januari 2024 diperdagangkan di level 16,6x 1-Year Forward P/E, setara -1 Standar Deviasi di bawah rata-rata historis 5 tahun

Kami menilai dengan prospek pertumbuhan kinerja yang kembali ke teritori positif, sentimen negatif pada valuasi SIDO akan mulai mereda, sehingga P/E dapat kembali ke level yang lebih normal di kisaran 18,5–19x, sedikit di bawah rata-rata historis. Level ini kami anggap normal dalam jangka pendek-menengah, mengingat perseroan masih dapat bertumbuh secara moderat meski belum terlalu tinggi. 

Deskripsi: SIDO 1-Year Forward P/E Band.
Sumber: Stockbit

Dalam jangka panjang, selain kinerja pertumbuhan yang lebih tinggi, terdapat juga potensi upside dari re-rating valuasi. Berkaca dari negara yang relatif lebih maju seperti China dan India – di mana perusahaan consumer health memiliki pertumbuhan rata-rata di kisaran double digitvaluasinya berada di kisaran 21–35x, jauh lebih tinggi dibandingkan valuasi SIDO saat ini. Oleh karena itu, dengan ekspektasi pertumbuhan yang lebih cepat, kami menilai bahwa valuasi SIDO juga berpotensi meningkat dalam jangka panjang.

Sebagai catatan, definisi valuasi yang kami gunakan di tabel di bawah ini adalah valuasi rata-rata historis dalam 5 tahun terakhir untuk mengesampingkan sentimen atau siklus sementara pada market atau emiten tertentu. 

Deskripsi: Valuasi dan pertumbuhan emiten consumer health di China dan India. Tanda * menunjukkan bahwa periode yang tersedia hanya 3 tahun.
Sumber: Bloomberg

Risiko

Risiko utama SIDO adalah apabila pemulihan yang diekspektasikan tidak terjadi dan kinerja negatif berlanjut, yang berpotensi disebabkan oleh masih lemahnya permintaan atau kenaikan signifikan pada harga bahan baku yang menekan profitabilitas.

Sementara itu, dalam jangka panjang, risiko datang dari potensi lambatnya progres makroekonomi Indonesia, sehingga potensi pertumbuhan SIDO tidak dapat terealisasi. 



________________
Penulis: 

Edi Chandren, Investment Analyst Lead

Editor:

Vivi Handoyo Lie, Head of Investment Research

Aulia Rahman Nugraha, Sr. Investment Journalist

Copyright 2024 Stockbit, all rights reserved.

Disclaimer: 

Semua konten dalam artikel ini dibuat untuk tujuan informasional dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual saham tertentu. Always do your own research.

Informasi ini dimiliki oleh PT Stockbit Sekuritas Digital (“Stockbit”), Perusahaan efek yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan.

Selanjutnya, semua keputusan investasi nasabah mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas investasi tersebut. Seluruh risiko investasi bukan merupakan tanggung jawab Stockbit melainkan menjadi tanggung jawab masing-masing nasabah.

Domain resmi Stockbit adalah “https://stockbit.com/” dan semua informasi yang dikirimkan oleh kami akan menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit dan/atau alamat email yang diakhiri “@Stockbit.com” Semua pemberian Informasi Rahasia kepada pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit namun tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit merupakan tanggung jawab pribadi pihak pemilik Informasi Rahasia dan kami tidak bertanggung jawab atas setiap penyalahgunaan Informasi Rahasia yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit yang tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit.

👀 ASII: Attractive Risk-Reward - Bad News Priced-In, Valuation at Covid Level by Edi Chandren

Deskripsi: ASII 1-Year Forward P/E Band.
Sumber: Bloomberg, Stockbit Analysis

👋 Stockbitor!

  • Serangkaian sentimen negatif telah terefleksi pada harga saham

  • Dengan PE 6,8x, valuasi saat ini selevel periode pandemi Covid

  • Risiko earnings miss relatif terbatas karena ekspektasi kinerja yang achievable


Saham ASII telah turun ~22% dalam 4 bulan terakhir seiring rangkaian sentimen negatif, mulai dari pelemahan kinerja otomotif dan UNTR hingga dikeluarkannya saham perseroan dari indeks Sri Kehati. Namun, kami menilai bad news tersebut telah terefleksi pada harga saham (priced-in), sehingga harga saham saat ini – di Rp5.400/lembar per Kamis (30/11) – merupakan level yang menarik untuk diakumulasi. Di harga tersebut, valuasi saham ASII setara dengan level saat pandemi pada 2020 (6,8x 1-Year Forward P/E, 2SD di bawah rata-rata historis 5 tahun). Valuasi tersebut mencerminkan pesimisme market terhadap ASII, padahal estimasi laba bersih pada FY23 dan FY24 setara ~2x lipat dari laba bersih pada 2020.

Dari aspek ekspektasi kinerja, kami menilai estimasi laba bersih untuk FY23 (Rp32,3 T) dan FY24 (Rp32,9 T) dapat dicapai (achievable). Menggunakan ekspektasi laba bersih tahun depan yang lebih konservatif di angka Rp25 T pun, P/E Ratio Forward ASII masih berada di level 8,7x (1SD di bawah rata-rata historis), level yang cukup murah menurut kami. Oleh karena itu, kami menilai ruang pelemahan lanjutan pada harga saham ASII nampak terbatas (limited downside).

Risiko utama adalah kelanjutan penurunan pada harga batubara yang akan semakin menekan kinerja UNTR.


Bad News Priced-In


Kami menilai sentimen negatif terhadap ASII terkait kinerja segmen otomotif dan pertambangan (UNTR) telah terefleksi pada harga saham perseroan.

Otomotif (30–35% Laba Bersih): Penurunan Penjualan Mobil Hanyalah Normalisasi

Di segmen otomotif, rilis data penjualan mobil nasional – termasuk Astra – menunjukkan penurunan signifikan pada bulan September dan Oktober 2023. Meski penurunan secara YoY terlihat signifikan (Sep: -20% YoY; Okt: -14% YoY), penjualan secara angka nominal tidaklah seburuk yang terlihat. Angka penjualan bulanan nasional sebesar ~80 ribu pada kedua bulan tersebut masih tergolong normal, walaupun berada di bagian bawah kisaran normalnya di kisaran 80–85 ribu per bulan (lihat kotak kuning pada grafik di bawah). 

Penurunan penjualan pada September dan Oktober 2023 sebenarnya lebih disebabkan oleh efek high-base. Kami menilai angka penjualan bulanan pada Juli 2022–Februari 2023 yang konsisten berada di atas 85 ribu, bahkan seringkali di atas 90 ribu, merupakan angka yang sangat tinggi dan sejatinya tidaklah sustainable, mengingat penjualan pada periode tersebut didorong oleh 1) insentif PPnBM DTP (berakhir September 2022); 2) siklus super komoditas; 3) pent-up demand (permintaan yang tertahan) yang tertunda.

Oleh karena itu, selama angka penjualan bulanan tidak lagi turun dari level saat ini (~80 ribu), kami menilai rilis data penjualan mobil tidak akan lagi direspon secara negatif oleh market dengan penurunan harga saham lanjutan. 

Deskripsi: Penjualan mobil bulanan dan harga batu bara (Newcastle) bulanan.
Sumber: Gaikindo, Bloomberg


Pertambangan atau UNTR (35–40% Laba Bersih): Outlook Masih Lemah, tapi Ekspektasi Sudah Rendah

Sebagai salah satu kontributor terbesar dari sisi laba bersih dan valuasi, pelemahan harga saham UNTR juga turut membebani harga saham ASII. Dalam 2 bulan terakhir, saham UNTR juga telah turun ~22%. 

Dari aspek kinerja sendiri, kinerja 3Q23 dan outlook UNTR masih dibayangi oleh rendahnya harga batu bara. Pada 3Q23, UNTR mencatatkan penurunan laba bersih ke level Rp4,1 T (-30% QoQ, -25% YoY), didorong oleh pelemahan kinerja pada segmen mesin konstruksi dan pertambangan batu bara

Deskripsi: Kinerja UNTR berdasarkan segmen.
Sumber: Laporan Keuangan, Stockbit Analysis

Namun, kami menilai ekspektasi untuk UNTR sudah cukup rendah, sehingga room for disappointment menjadi relatif terbatas. Konsensus memprediksi laba bersih UNTR pada 2024 mencapai Rp16,1 T, turun -16,2% dari estimasi 2023. Meski demikian, masih terdapat potensi pemangkasan estimasi laba bersih pada 2024 jika harga batu bara melanjutkan penurunan.

Pic: Estimasi Kinerja UNTR.
Sumber: Bloomberg

Setelah harga sahamnya anjlok sebesar -22%, UNTR kini diperdagangkan dengan valuasi 4,8x 1-Year Forward P/E, lebih rendah dibandingkan periode pandemi. Padahal, harga batu bara pada 2020 hanya berada di level US$50–70/ton, lebih rendah dari harga saat ini di kisaran US$120/ton.  

Deskripsi: UNTR 1-Year Forward P/E.
Sumber: Bloomberg, Stockbit
Deskripsi: Harga batu bara Newcastle.
Sumber: Charbit

Exclusion from Sri Kehati Index Has Been Done

Saham ASII tidak lagi masuk ke dalam indeks Sri Kehati untuk periode 1 Desember 2023–31 Mei 2024, seiring evaluasi mayor yang diumumkan pada 24 November 2023. Sebelumnya, ASII memiliki bobot signifikan sebesar 10,72% pada indeks ini.

Mengingat periode efektif dari evaluasi tersebut sudah berlalu, outflow dari index fund yang menggunakan indeks Sri Kehati sebagai acuan pun telah terealisasi, sehingga tidak lagi membebani pergerakan harga saham ASII. Sebagai informasi, kami mengestimasikan outflow yang terjadi mencapai Rp429 M, sekitar 2x dari rata-rata transaksi harian ASII dalam 1 bulan terakhir.


Valuasi Setara Periode Covid

Pelemahan harga saham sebesar -22% dalam 4 bulan terakhir telah membuat valuasi ASII turun ke level yang menarik menurut kami. Per 30 November 2023, ASII diperdagangkan dengan 6,8x 1-Year Forward P/E, sekitar 2 Standar Deviasi di bawah rata-rata historis 5 tahun, level yang setara dengan periode pandemi. Sebagai pengingat, laba bersih ASII pada 2020 hanya mencapai ~50% ekspektasi laba bersih pada 2023 dan 2024.

Kami menilai ekspektasi laba bersih ASII untuk 2023 (Rp32,3 T) dan 2024 (Rp32,9 T) dapat dicapai (achievable). Menggunakan ekspektasi laba bersih tahun depan yang lebih konservatif pun (Rp25 T), Forward P/E ASII masih berada di 8,7x (1 Standar Deviasi di bawah rata-rata historis), level yang cukup murah menurut kami. Oleh karena itu, kami menilai ruang pelemahan lanjutan pada harga saham ASII nampak terbatas (limited downside). Sebaliknya, tanda-tanda pemulihan, baik dari angka penjualan mobil ataupun harga batu bara, berpotensi direspon oleh market secara positif dan signifikan (big upside). Ini membuat risk-reward saham ASII menjadi menarik menurut kami.

Dari aspek nominal harga saham pun, terlihat bahwa harga saham saat ini masih berada di bawah kisaran harga pada periode 2017-2019 (pre-covid), sedangkan level laba bersih saat ini (2023-2024) berada di level Rp32-33 T, jauh lebih tinggi dibandingkan laba bersih pada periode 2017-2019 di level Rp19-22 T.

Deskripsi: Estimasi laba bersih konsensus untuk ASII.
Sumber: Bloomberg, Stockbit
Deskripsi: ASII 1-Year Forward P/E Band.
Sumber: Bloomberg, Stockbit Analysis
Deskripsi: Pergerakan Harga Saham ASII sejak 2017.
Sumber: Charbit

Risiko

Risiko utama bagi saham ASII adalah kelanjutan penurunan pada harga batu bara yang akan semakin menekan kinerja UNTR, terutama di segmen kontraktor pertambangan yang merupakan kontributor laba terbesar UNTR (43% of total Laba Sebelum Pajak pada 9M23).

Menurut manajemen, selama harga batu bara masih bertahan di atas US$$120/ton, maka bisnis kontraktor pertambangan masih akan mendapatkan biaya kontrak (contracting fee) dengan tier tertinggi. Sementara itu, apabila harga batu bara berlanjut turun dan hanya bertahan di atas US$$100/ton, maka fee akan di-adjust turun ke tier berikutnya, sehingga menurunkan profitabilitas.


________________
Penulis: 

Edi Chandren, Investment Analyst Lead

Editor:

Vivi Handoyo Lie, Head of Investment Research

Rahmanto Tyas Raharja, Investment Analyst Lead

Aulia Rahman Nugraha, Sr. Investment Journalist

Copyright 2023 Stockbit, all rights reserved.

Disclaimer: 

Semua konten dalam artikel ini dibuat untuk tujuan informasional dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual saham tertentu. Always do your own research.

Informasi ini dimiliki oleh PT Stockbit Sekuritas Digital (“Stockbit”), Perusahaan efek yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan.

Selanjutnya, semua keputusan investasi nasabah mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas investasi tersebut. Seluruh risiko investasi bukan merupakan tanggung jawab Stockbit melainkan menjadi tanggung jawab masing-masing nasabah.

Domain resmi Stockbit adalah “https://stockbit.com/” dan semua informasi yang dikirimkan oleh kami akan menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit dan/atau alamat email yang diakhiri “@Stockbit.com” Semua pemberian Informasi Rahasia kepada pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit namun tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit merupakan tanggung jawab pribadi pihak pemilik Informasi Rahasia dan kami tidak bertanggung jawab atas setiap penyalahgunaan Informasi Rahasia yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit yang tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit.