Halo Stockbitor,
Second quarter of 2021 is dawning upon us. Banyak hal yang telah terjadi selama kuartal kedua tahun 2021, dari merebaknya varian delta Covid-19, inflasi Amerika Serikat yang menyentuh level tertinggi sejak 2008, kasus positif Covid-19 yang kembali meningkat di Indonesia, hingga pemberlakuan PPKM darurat / level 4.
Di pasar saham domestik Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di kisaran 5000 - 6.000an.
Tapi sebenernya, gimana sih performa perusahaan-perusahaan di BEI selama Q2 2021 ini? Di kesempatan kali ini, kita bakal bahas performa perusahaan-perusahaan dari berbagai sektor. So, stay tune Stockbitor!
🏦 Sektor Bank Dan Finance
Bank menghimpun dana dari orang yang memiliki kelebihan dana dan menyalurkan dana itu dalam bentuk kredit ke orang yang membutuhkan.
Dan pendapatan utama dari bank juga didapat dari selisih itu, walau bank juga mendapat fee dari layanan yang diberikannya.
🏛 Bank BUMN
Selama kuartal kedua tahun 2021, laba bersih tiga bank BUMN terbesar mengalami peningkatan drastis dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu ($BBRI +180%, $BBNI +1197%, dan $BMRI +176%). Hal ini terjadi di tengah peningkatan pendapatan perusahaan ($BBRI +19,5%, $BBNI +2,8%, dan $BMRI +11,9%).
Dengan demikian, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), ketiga perusahaan Bank BUMN mengalami peningkatan laba bersih double-digit ($BBRI +22,5%, $BBNI +12,8%, $BMRI +21,5%).
Beberapa pendorong dari kenaikan laba bersih pada 6M21 dibanding 6M20 adalah:
$BBRI: Pendapatan Bank BRI naik 6,1%. Beban bunga turun 34,4%. Hal ini terjadi dengan turun nya biaya bunga (cost of fund) dari 3,54% pada 6M20 menjadi 2,18% pada 6M21. Salah satu penyebabnya adalah meningkatnya rasio dana murah perusahaan (CASA) dari 56,5% menjadi 60,1%. (IDX)
$BBNI: Walau pendapatan Bank BNI turun 8,6%, namun beban bunga dan syariah turun 42,4%. Hal ini didorong oleh penurunan cost of fund dari 2,9% menjadi 1,6%. Salah satu penyebabnya adalah meningkatnya rasio dana murah perusahaan (CASA) dari 65,2% menjadi 69,6%. (IDX)
$BMRI: Pendapatan Bank Mandiri naik 7,3%, didorong oleh kenaikan pendapatan syariah (+112,6%). Selain itu beban bunga dan syariah juga mengalami penurunan (-20,3%). Hal ini didorong oleh penurunan cost of fund dari 2,91% menjadi 1,8%. Salah satu penyebabnya adalah meningkatnya rasio dana murah perusahaan (CASA) dari 63,5% menjadi 73,2%. (IDX)
$BRIS: Laba bersih Bank Syariah Indonesia naik dari 445 miliar menjadi 739 miliar rupiah (+65,9% YoY) pada Q2 2021. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan pengelolaan dana sebagai mudharib dari 3,8 triliun menjadi 4,7 triliun rupiah (+22,8%).
Secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba perusahaan meningkat dari 1,10 triliun menjadi 1,48 triliun rupiah (+34,3%). Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan pengelolaan dana sebagai mudharib (+13,3%), yang meliputi pendapatan dari jual beli (+23,9%), dan pendapatan usaha utama lainnya (+9,4%). (IDX)
💰 Multi Finance
Selama April sampai dengan Juni 2021 (Q2 2021), beberapa perusahaan multi finance mengalami perubahan performa apabila dibandingkan dengan Q2 2020. Berikut adalah rinciannya:
$BFIN: Laba bersih BFI Finance tumbuh dari 4 miliar menjadi 258 miliar rupiah pada Q2 2021 (YoY). Meskipun pendapatan turun (-5,5%), namun BFI dapat mengurangi cadangan kerugian penurunan nilai (-281,8%).
Sehingga, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba perusahaan juga meningkat menjadi 487 miliar rupiah (+46,8%). Kenaikan ini didukung oleh meningkatnya laba operasionial dari pembiayaan mobil (+96,0%) dan pembiayaan motor (+63,0%).
Peningkatan performa tersebut disebabkan oleh pertumbuhan new bookings (+48,7%), mengingat 6M20 adalah periode prapandemi, sementara 6M21 masuk periode new normal. (IDX)$ADMF: Laba bersih Adira Finance tumbuh dari 77 miliar menjadi 262 miliar rupiah pada Q2 2021 (YoY). Hal ini didorong oleh kenaikan pendapatan (+1,1%) serta berkurangnya cadangan kerugian penurunan nilai (-16,2%).
Namun, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba perusahaan turun menjadi 473 miliar rupiah (-20,7%). Penurunan ini disebabkan oleh terkikisnya laba dari pembiayaan motor (-33,0%).
Koreksi laba ini terjadi seiring dengan turunnya piutang kelolaan (-24,4%) dan outstanding pinjaman (-35,4%). (IDX)
💊 Sektor Consumer Goods dan Farmasi
Perusahaan consumer goods dan farmasi biasanya menjual barang dengan mengandalkan kekuatan merek dagang yang dimilikinya. Biasanya, barang yang dijual adalah barang yang dikonsumsi sehari-hari oleh masyarakat Indonesia.
$ROTI & $ULTJ
Selama April sampai dengan Juni 2021 (Q2 2021), beberapa perusahaan mengalami peningkatan performa apabila dibandingkan dengan Q2 2020. Berikut adalah rinciannya:
$ROTI: Laba bersih emiten Sari Roti, Nippon Sari Corpindo, naik 378,8% YoY menjadi 65 miliar rupiah pada Q2 2021. Kenaikan laba ini disebabkan oleh peningkatan pendapatan (+1,1%) dan penurunan beban usaha (-17,8%) apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Sehingga, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba perusahaan naik 33,20% menjadi 121,78 miliar rupiah. Meski pendapatan mengalami penurunan (-7,01%), laba perusahaan tetap meningkat karena pengurangan total beban usaha (-14,43%). Penurunan ini didorong oleh pengurangan biaya hawker (-74,44%), jasa distribusi (-33,85%) dan persediaan kadaluarsa (-23,42%). (IDX)
$ULTJ: Laba bersih Ultrajaya Milk naik 115,4% YoY menjadi 256 miliar rupiah pada Q2 2021. Kenaikan laba didorong oleh kenaikan pendapatan sebesar 9,6% YoY dan penurunan pada total beban usaha sebesar -6,7% YoY.
Dengan demikian, secara kumulatif 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba perusahaan naik 11,8% menjadi 662 miliar rupiah. Meski peningkatan pendapatan hanya sebesar 1,4%, laba perusahaan bisa meningkat signifikan berkat pengurangan total beban usaha sebesar -16,6%. Penurunan total beban usaha berasal pengurangan biaya seperti sewa (-45,0%), perjalanan dinas (-61,9%) dan komunikasi (-17,2%). (IDX)
🚬Rokok
Sepanjang 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), volume penjualan rokok mengalami peningkatan 8,6% menjadi 142,5 miliar batang dibandingkan dengan pencapaian pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Hal ini didorong oleh peningkatan penjualan volume rokok pada bulan April sampai Juni 2021 (2Q21) yang meningkat 12,4% dari tahun sebelumnya dan 1,3% dari kuartal sebelumnya menjadi 71,7 miliar batang.
Di sisi lain, penjualan rokok HM Sampoerna ($HMSP) selama 6M21 mencapai 40 miliar batang, meningkat 4,2% secara tahunan. Peningkatan ini didorong oleh peningkatan penjualan rokok selama 2Q21 sebesar 11,7% YoY menjadi 20,1 miliar batang.
Di periode 6M2021, HM Sampoerna memperoleh pangsa pasar sebesar 28,0%, turun sedikit dari 29,3% untuk periode yang sama tahun lalu.
HMSP & GGRM
Selama April sampai dengan Juni 2021 (Q2 2021), sejumlah emiten rokok mengalami penurunan performa apabila dibandingkan dengan Q2 2020 (YoY). Beberapa contoh di antaranya adalah:
$HMSP: Laba Sampoerna mengalami penurunan ke level 1,5 triliun rupiah (-1,1%) pada Q2 2021. Walaupun pendapatan naik (+14,4%), penurunan laba didorong peningkatan biaya pokok produksi (+18,1%).
Alhasil, secara kumulatif paruh pertama 2021 (6M21), keuntungan perusahaan juga turun 15,4% menjadi 4,1 triliun, meskipun pendapatannya naik 6,5%. Peningkatan beban-beban ini utamanya berasal dari peningkatan biaya pita cukai (+13,4%), biaya overhead (+19,5%), serta biaya iklan dan promosi (+47,3%). (IDX)$GGRM: Laba Gudang Garam mengalami penurunan ke level 564 miliar rupiah (-59,0%) pada Q2 2021. Walaupun pendapatan naik (+16,8%), penurunan laba didorong oleh peningkatan beban pokok penjualan (+24,4%).
Dengan demikian, secara kumulatif 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba perusahaan tertekan 39,5% menjadi 2,3 triliun, meskipun pendapatan tumbuh 12,9%. Kenaikan beban pokok penjualan didorong dari peningkatan biaya bahan baku (+14,7%), upah langsung (18,3%) serta pita cukai (+28,1%). (IDX)
Poultry 🐔
Laba bersih perusahaan unggas (poultry) mengalami peningkatan signifikan pada Q2 2021 dibanding dengan periode yang sama tahun lalu. Kerugian Japfa Comfeed dan Malindo berbalik menjadi untung, dan laba bersih Charoen Pokphand meningkat 87%. Hal ini terjadi di tengah peningkatan pendapatan perusahaan ($JPFA +35%, $CPIN +34%, $MAIN +62%).
Peningkatan laba yang signifikan juga terjadi secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21). Beberapa pendorong dari kenaikan laba bersih pada 6M21 dibanding 6M20 adalah:
$JPFA: Laba bersih Japfa Comfeed naik 894%. Hal ini juga didorong oleh peningkatan pendapatan (+22,3%). Selain itu, beberapa segmen juga mengalami perbaikan laba kotor yang signifikan, seperti segmen pembibitan unggas, serta peternakan komersial yang telah memperbaiki kerugian menjadi untung 1,22 triliun dan 459 miliar rupiah. (IDX)
$CPIN: Laba bersih Charoen Pokphand naik 73%. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+28,8%). Selain itu, kenaikan laba kotor dari segmen broiler (+217%) dan days old chick yang memperbaiki kerugian menjadi untung 911 miliar rupiah juga ikut mendongkrak laba bersih perusahaan. (IDX)
$MAIN: Performa Malindo berbalik dari rugi menjadi untung 128 miliar rupiah. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+43,4%). Selain itu, kenaikan laba kotor ketiga segmen perusahaan, yaitu peternakan DOC juga membantu mendongkrak laba bersih perusahaan. (IDX)
🚧 Sektor Konstruksi
Sepanjang 6 bulan pertama tahun 2021, perusahaan konstruksi mencapai peningkatan dan penurunan kontrak baru dibandingkan dengan pencapaian pada periode yang sama tahun sebelumnya, seperti:
$WSKT: Waskita Karya mencatat kontrak baru sebanyak 2,8 triliun rupiah (-66% YoY). Pencapaian: 11% dari target tahun 2021.
$WIKA: Wijaya Karya mencatat kontrak baru sebanyak 10,5 triliun rupiah (+207% YoY). Pencapaian: 28% dari target tahun 2021.
$ADHI: Adhi Karya mencatat kontrak baru sebanyak 6,7 triliun rupiah (+81% YoY). Pencapaian: 27% dari target tahun 2021.
$PTPP: Pembangunan Perumahan mencatat kontrak baru sebanyak 8,5 triliun rupiah (-11% YoY). Pencapaian: 28% dari target tahun 2021.
Selama April sampai dengan Juni 2021 (Q2 2021), beberapa perusahaan konstruksi mengalami penurunan dan kenaikan performa apabila dibandingkan dengan Q2 2020:
$PWON: Laba bersih Pakuwon turun 45,2% pada Q2 2021 (YoY). Meskipun pendapatan naik 315,2%, namun laba selisih kurs turun dari 457 miliar menjadi 15 miliar rupiah.
Secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba bersih perusahaan turun 3,7% di tengah kenaikan pendapatan (+24,6%). Peningkatan pendapatan terutama terjadi karena peningkatan penjualan kondominium dan kantor (+82,9%), serta pendapatan jasa pemeliharaan (+36,5%). (IDX)
🏭 Sektor Manufaktur
🧱 Semen
6M21
Penjualan semen domestik selama 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21) mencapai 29 juta ton, meningkat 7,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Kenaikan ini didorong oleh pertumbuhan penjualan di Kalimantan (+28,7%), Jawa (+5,7%), dan Sumatra (+6,5%). Di bulan Juni 2021, penjualan semen mencapai 5,55 juta ton, meningkat 50,6% dari bulan sebelumnya dan 13,8% dari tahun sebelumnya.
Di sisi lain, Indocement ($INTP) menjual 7,42 juta ton selama 6M21. Pada bulan Juni 2021, Indocement menjual 1,42 juta ton semen, naik 57,4% dari bulan sebelumnya dan 7,9% dari tahun sebelumnya.
Alhasil pada 6M21, Indocement memiliki pangsa pasar sebesar 25,6%, turun dari 26,1% pada periode yang sama tahun lalu.
8M21
Penjualan semen domestik selama 8 bulan pertama tahun 2021 (8M21) mencapai 48,9 juta ton, meningkat 11,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (YoY).
Kenaikan ini didorong oleh pertumbuhan penjualan di Sulawesi (+18,3%) dan Kalimantan (+15,2%). Penjualan di Jawa Tengah juga naik (+11,2%) didorong oleh kawasan industri dan pembangunan infrastruktur. Di bulan Agustus 2021, penjualan semen mencapai 6,78 juta ton, tumbuh 9,3% dari bulan sebelumnya (MoM), namun terkoreksi 1,7% secara YoY.
Di sisi lain, Indocement ($INTP) menjual 10,6 juta ton selama 8M21. Pada bulan Agustus 2021, Indocement menjual 1,56 juta ton semen, naik 4,3% dari bulan sebelumnya dan 3,1% dari tahun sebelumnya.
Alhasil pada 8M21, Indocement memiliki pangsa pasar sebesar 25,6%, turun dari 26,2% pada periode yang sama tahun lalu.
$SMGR & $INTP
Selama April sampai dengan Juni 2021 (Q2 2021), SMGR dan INTP mengalami peningkatan performa apabila dibandingkan dengan Q2 2020. Berikut adalah rinciannya:
$SMGR: Laba Semen Indonesia naik 107,1% YoY menjadi 344 miliar rupiah pada Q2 2021. Kenaikan laba didorong oleh peningkatan pendapatan sebesar 9,3% YoY. Selain itu, penurunan pada beban keuangan sebesar 28,4% YoY menjadi salah satu faktor pendukung kenaikan laba perusahaan
Alhasil, secara kumulatif paruh pertama 2021 (6M21), keuntungan perusahaan naik 29,7% menjadi 794,1 miliar rupiah. Pendapatan naik 1,2% menjadi 16,2 triliun rupiah. Hal ini terjadi karena walaupun segmen utama perusahaan, segmen semen turun 1,63%, segmen perusahaan yang berkontribusi lebih kecil, seperti clinker (+39,77%), dan kantong semen (+111,57%) mengalami peningkatan. (IDX)$INTP: Laba Indocement Tunggal Prakarsa naik 238% YoY menjadi 235 miliar rupiah pada Q2 2021. Kenaikan laba didorong oleh kenaikan pendapatan sebesar 14,8% YoY dan penurunan pada total beban usaha sebesar 9,2% YoY.
Dengan demikian, secara kumulatif 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba perusahaan naik 24,8% menjadi 587 miliar rupiah dan pendapatan perusahaan naik 8% YoY. Peningkatan pendapatan ini berasal dari peningkatan penjualan di pulau Jawa (+6,18%) dan di luar Jawa (+9,18%). (IDX)
⚗️Petrochemical
Selama April sampai dengan Juni 2021 (Q2 2021), beberapa perusahaan Petrochemical mengalami peningkatan performa apabila dibandingkan dengan Q2 2020. Berikut adalah rinciannya:
$BRPT: Laba bersih Barito Pacific berbalik dari rugi menjadi untung sebesar 50 juta dolar AS pada Q2 2021. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan hingga 68,1% YoY.
Dengan demikian, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), kerugian perusahaan berbalik menjadi untung sebesar 95 juta dolar AS YoY. Hal ini didorong oleh peningkatan penjualan di segmen petrokimia (+50,4%) seiring kenaikan harga jual rata-rata di hampir semua produk. Penjualan segmen properti juga meningkat, namun proporsinya hanya 0,1% dari total laba perseroan. Sementara itu, segmen energi mengalami koreksi tipis (-0,2%). Selain perolehan ketiga segmen tersebut, laba dari entitas asosiasi dan joint venture juga meningkat 421,0%. (IDX)$TPIA: Laba bersih Chandra Asri Petrochemical berbalik dari rugi menjadi untung sebesar 80 juta dolar AS pada Q2 2021. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan hingga 83,1% YoY.
Sehingga, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), kerugian perusahaan berbalik menjadi untung sebesar 164 juta dolar AS YoY. Hal ini didorong oleh peningkatan penjualan di segmen polyolefin (+48,0%), styrene monomer (+53,2%), dan olefin (+37,7%). (IDX)
📝 Kertas
Selama April sampai dengan Juni 2021 (Q2 2021), beberapa perusahaan produsen kertas mengalami peningkatan performa apabila dibandingkan dengan Q2 2020. Berikut adalah rinciannya:
$INKP: Laba bersih Indah Kiat Pulp & Paper tumbuh dari 24 menjadi 144 juta dolar AS atau naik 500,5% pada Q2 2021 (YoY). Ini disebabkan oleh kenaikan pendapatan dari 704 juta menjadi 826 juta dolar AS (+17,4%) dan penurunan pada rugi selisih kurs dari 43 juta menjadi 9 juta dolar AS (-81,6%).
Secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba perusahaan naik dari 203 juta menjadi 283 juta dolar AS (+39,2%). Hal ini didorong peningkatan pendapatan menjadi 1,6 miliar dolar AS (+9,6%) dan keuntungan selisih kurs (+99,5%). Selain itu, beban bunga juga mengalami penurunan (-11,3%). (IDX)
$TKIM: Laba bersih Pabrik Kertas Tjiwi Kimia berbalik dari rugi 67 juta dolar AS menjadi untung sebesar 43,4 juta dolar AS atau naik 165,1% pada Q2 2021 (YoY). Ini disebabkan oleh kenaikan pendapatan (+40,8%), berkurangnya rugi selisih kurs (-94,4%) dan kenaikan laba dari entitas asosiasi (+679,3%).
Secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba perusahaan membaik dari 90 juta dolar AS menjadi 118 juta dolar AS (+32,1%). Hal ini didorong peningkatan pendapatan menjadi 524 juta dolar AS (+16,5%), kenaikan laba selisih kurs (+162,3%), dan menurunnya beban keuangan (-25,4%). (IDX)
🌴 Sektor Kelapa Sawit
Perusahaan yang berada di sektor kelapa sawit dibedakan menjadi hulu (upstream) dan hilir (downstream). Perusahaan hulu adalah yang menanam dan memanen buah kelapa sawit yang kemudian diolah menjadi minyak kelapa sawit mentah (CPO) dan dijual kepada perusahaan hilir. Sedangkan, perusahaan hilir menggunakan CPO untuk memproduksi produk yang berbahan dasar kelapa sawit seperti minyak goreng, margarin, sabun atau shampo, dan lain-lain.
Selama April sampai dengan Juni 2021 (Q2 2021), beberapa perusahaan kelapa sawit mengalami perubahan performa apabila dibandingkan dengan Q2 2020. Berikut adalah rinciannya:
$SIMP: Laba bersih Salim Ivomas Pratama berbalik dari rugi menjadi untung sebesar 113 miliar rupiah pada Q2 2021 (YoY). Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+19,7%), dan penurunan beban keuangan (-23,4%).
Sehingga, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba perusahaan naik dan berbalik untung 172,8% menjadi 219 miliar rupiah. Kenaikan ini didukung oleh meningkatnya pendapatan pada segmen minyak dan lemak nabati (+34,6%) dan perkebunan (+29,4%). (IDX)$LSIP: Laba bersih London Sumatra Indonesia berbalik tumbuh menjadi 204 miliar rupiah pada Q2 2021. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+29,8% YoY) dan penurunan beban penjualan (-29,1%)
Sehingga, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba perusahaan juga meningkat menjadi 501 miliar rupiah (+444,9%). Kenaikan ini didukung oleh meningkatnya pendapatan pada segmen minyak kelapa sawit (+34,4%) serta inti sawit dan produk terkait (+74,1%). Kerugian atas perubahan nilai wajar aset biologis juga dapat ditekan (-90,4%).
Pertumbuhan ini disebabkan oleh naiknya volume penjualan dan harga jual rata-rata (ASP), bersamaan juga dengan pengendalian biaya serta efisiensi di sejumlah pos. (IDX)
🛢️ Sektor Mining Dan Migas
Perusahaan yang berada di sektor tambang dan migas biasanya merupakan price-taker, karena harga produk yang dijualnya mengikuti pergerakan harga komoditas yang dijual. Harga komoditas dipengaruhi oleh permintaan, penawaran dari komoditas itu sendiri.
Selama April sampai dengan Juni 2021 (Q2 2021), beberapa perusahaan tambang mengalami peningkatan performa apabila dibandingkan dengan Q2 2020. Berikut adalah rinciannya:
$INCO: Laba bersih Vale Indonesia naik 3,8% menjadi 25 juta dolar AS pada Q2 2021. Peningkatan laba ini disebabkan oleh naiknya pendapatan (+12,2%).
Dengan begitu, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba perusahaan naik 10,7% menjadi 59 juta dolar AS. Kenaikan ini didukung oleh meningkatnya pendapatan dari penjualan ke VCL (+15,0) dan ke Sumitomo Metal Mining (+15,9%) dan aksesoris lainnya (+51,2%). Selain itu, penurunan beban usaha, seperti biaya jasa profesional (-46,7%) dan biaya karyawan (-47,3%) juga berkontribusi dalam peningkatan laba perusahaan. (IDX)$ITMG: Laba bersih Indo Tambangraya Megah meningkat sebesar 421,8% pada Q2 2021 (YoY). Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+36,7%) dan penurunan beban pokok penjualan (-3,1%).
Dengan demikian, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba perusahaan tumbuh 293,7% menjadi 118 juta dolar AS. Pertumbuhan ini didorong oleh meningkatnya pendapatan segmen batu bara (+9,2%). Selain pendapatan yang tumbuh, ITMG juga mampu menekan beban pokok pendapatan (-19,6%) dan beban penjualan (-17,7%). Hal itu berdampak pada naiknya laba sebelum pajak (+151,5%) yang tumbuh jauh di atas pajak penghasilannya (+11,7%). (IDX)
$PTBA: Laba bersih Bukit Asam tumbuh sebesar 231,5% pada Q2 2021 (YoY), didorong oleh peningkatan pendapatan (+61,9%) dan penurunan beban usaha (-0,4%).
Sehingga, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba perusahaan meningkat 38%. Hal ini disebabkan oleh peningkatan pendapatan (+14,2%) yang didorong oleh kenaikan harga batubara dan peningkatan volume produksi batubara (+11%). (PTBA)$TINS: Laba bersih Timah meningkat 1039,8% pada Q2 2021 (YoY). Hal ini terjadi walaupun pendapatan turun 4,7%, terdapat efisiensi beban HPP (-17,5%) dan penurunan beban keuangan (-45,8%).
Sehingga, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba perusahaan naik 169,2%. Hal ini terjadi walaupun pendapatan turun 26,4% di tengah penurunan volume produksi bijih timah (-54%). Namun, kenaikan harga timah membantu perusahaan menopang margin menjadi lebih baik, sehingga meningkatkan laba perusahaan. (IDX)
$ANTM: Laba bersih Aneka Tambang tumbuh dari 122 miliar rupiah menjadi 530 miliar rupiah (+332,9% YoY) pada Q2 2021. Ini disebabkan oleh kenaikan pendapatan (+99,9%).
Secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba perusahaan berbalik dari rugi 159 miliar menjadi untung 1,16 triliun rupiah. Hal ini disebabkan peningkatan pendapatan (+87,0%), terutama penjualan produk emas (+85,9%), feronikel (+27,9%), dan bijih nikel (+2290,6%). Selain itu, penurunan beban keuangan (-32,6%) juga berkontribusi pada kenaikan laba perusahaan. (ANTM)
🚘 Sektor Otomotif dan Alat Berat
Perusahaan yang bergerak di bidang otomotif dan alat berat menjalankan bisnis operasinya dengan menjual produk yang berhubungan dengan otomotif seperti mobil, motor, alat berat, suku cadang, ban, dan komponen-komponen lain.
Performa perusahaan otomotif dan alat berat:
Selama April sampai dengan Juni 2021 (Q2 2021), Astra International mengalami peningkatan performa apabila dibandingkan dengan Q2 2020. Berikut adalah rinciannya:
$ASII: Laba Astra International turun 22,3% YoY menjadi 5,1 triliun rupiah pada Q2 2021. Hal ini terjadi walaupun pendapatan Astra naik 55,6% YoY menjadi 55,6 triliun rupiah.
Penurunan ini disebabkan karena adanya hasil divestasi Bank Permata sebesar 5,88 triliun rupiah yang didapatkan oleh perusahaan pada Q2 2020. Jika divestasi ini tidak dihitung maka laba bersih perusahaan pada Q2 2021 naik 643% YoY.
Alhasil, secara kumulatif paruh pertama 2021 (6M21), laba bersih perusahaan turun 22,4% namun apabila meniadakan transaksi hasil divestasi, laba bersih perusahaan naik 60,65%. (ASII)Hal ini didorong oleh meningkatnya laba bersih dari berbagai segmen seperti:
Otomotif (+362%). Didorong oleh peningkatan penjualan mobil Astra sebesar 50% menjadi 210 ribu unit.
Alat berat dan pertambangan (+13%), yang mayoritas dioperasikan oleh anak usaha United Tractor ($UNTR). Didorong oleh kenaikan penjualan alat berat Komatsu (+60%) dan kenaikan harga batu bara.
Agrobisnis (+66%), yang mayoritas dioperasikan oleh anak usaha Astra Agro Lestari ($AALI). Didorong oleh kenaikan harga CPO (+27%) yang tetap mendorong laba perusahaan walaupun volume penjualan kelapa sawit turun 9%.
$UNTR 8M21
Penjualan alat berat United Tractors ($UNTR) dengan merek Komatsu selama 8 bulan pertama tahun 2021 (8M21) mencapai 1.892 unit atau naik 81% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (YoY). Pada bulan Agustus 2021 sendiri penjualannya mencapai 326 unit atau meningkat sebesar 210% (YoY).
Kenaikan ini didukung oleh naiknya permintaan alat berat Komatsu dari perusahaan batu bara yang naik +145% menjadi 905 unit. Kenaikan harga batu bara juga menjadi salah satu faktor meningkatnya permintaan alat berat.
Selain itu, volume penjualan emas perusahaan pada bulan agustus mencapai 27 ribu troy ounce, meningkat 23% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya (YoY).
🏠 Sektor Properti
Perusahaan yang bergerak di bidang properti mendapat keuntungan dengan beli lahan (land bank), lalu mengembangkan lahan itu dan menjual atau menyewakan lahan yang sudah dikembang itu. Perusahaan properti adalah perusahaan yang krusial di hidup kita, karena menyediakan tempat tinggal, mall, hotel, tempat hiburan sampai kawasan industri.
Selama April sampai dengan Juni 2021 (Q2 2021), beberapa perusahaan properti mengalami peningkatan performa apabila dibandingkan dengan Q2 2020. Berikut adalah rinciannya:
$CTRA: Laba bersih Ciputra Development berbalik dari rugi menjadi untung sebesar 240 miliar rupiah pada Q2 2021 (YoY). Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan pendapatan (+67,6%).
Sehingga, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba perusahaan naik 185,2% menjadi 483 miliar rupiah. Kenaikan ini didukung oleh meningkatnya penjualan pada segmen rumah hunian dan ruko (+30,1%), kantor (+90,5%), dan kavling (+12,1%). Selain itu, penurunan pada total beban umum dan administrasi sebesar 6,7% juga turut membantu kenaikan laba perusahaan. (IDX)$BSDE:Laba bersih Bumi Serpong Damai berbalik dari rugi menjadi untung sebesar 92 miliar rupiah pada Q2 2021 (YoY). Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+88,2%).
Sehingga, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), kerugiaan perusahaan berbalik menjadi laba 680 miliar rupiah. Kenaikan ini didukung oleh meningkatnya pendapatan pada segmen tanah dan bangunan (+55,4%), jasa pelayanan (11,8%).
Selain itu, pendapatan pada segmen baru, yaitu konstruksi sebesar 151,5 miliar rupiah, efisiensi beban umum dan administrasi (-10,6%), serta keuntungan dari akuisisi saham PT Itomas Kembangan Perdana (IKP) sebesar 154 miliar rupiah. (IDX)
$DUTI: Laba bersih anak usaha Bumi Serpong Damai, Duta Pertiwi naik sebesar 119,5% menjadi 57 miliar rupiah pada Q2 2021 (YoY). Hal ini didorong oleh keuntungan dari akuisisi saham entitas anak sebesar 4,2 miliar rupiah. Selain itu pendapatan lain-lain juga naik sebesar 1165,5% YoY pada Q2 2021.
Sehingga, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba perusahaan naik 81,3% menjadi 285 miliar rupiah. Kenaikan ini didukung oleh keuntungan dari akuisisi Itomas Kembangan Perdanana sebesar 154 miliar rupiah. Jika pendapatan ini tidak dihitung maka laba perusahaan lebih rendah dibandingkan 6M20. (IDX)
🛍️ Sektor Retail
Perusahaan yang berada di sektor retail biasanya mendapatkan pendapatan dari penjualan produk dan layanan yang dimilikinya. Biasanya, retail berekspansi dengan membuka semakin banyak outlet yang dimiliki.
Performa perusahaan Retail:
$ACES: Laba bersih Ace Hardware naik 0,7% pada Q2 2021 (YoY). Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+1,7%).
Namun, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba perusahaan turun 23,6%. Penurunan ini didorong oleh penurunan pendapatan (-7%). Penurunan pendapatan ini terjadi di kedua segmen utama perusahaan, yaitu produk perbaikan rumah (-6,2%) dan produk gaya hidup (-9,8%). Di sisi, pendapatan dari segmen produk permainan (+10,1%) mengalami peningkatan. (IDX)
$RALS: Performa Ramayana Lestari Sentosa berbalik dari rugi menjadi untung 223 miliar rupiah pada Q2 2021 (YoY). Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+119,8%). Ini adalah kuartal pertama Ramayana mencatatkan keuntungan sejak pandemi Covid-19 (Q2 2020).
Sehingga, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba perusahaan naik 2470,9% menjadi 138,9 miliar rupiah. Pendapatan meningkat 16,5%, didorong oleh segmen wilayah Sumatera (+16,8%), Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara (+13,6%), Kalimantan (+21,1%), serta Sulawesi dan Papua (+38%). (IDX)
💻 Sektor Telco, Tech, dan Media
Pendapatan perusahaan operator telekomunikasi berasal dari pendapatan data dan non-data dari pelanggan nya. Perusahaan memancarkan sinyal melalui spektrum dari menara dan base transceiver station (BTS) yang dimiliki atau disewanya.
Performa perusahaan telco:
$ISAT: Laba bersih Indosat berbalik dari rugi menjadi untung sebesar 5,6 triliun rupiah pada Q2 2021. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+11,4%) dan aktivitas divestasi.
Sehingga, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), kerugian perusahaan berbalik menjadi untung sebesar 5,6 triliun. Hal ini didorong oleh penjualan dari segmen seluler (+11,3%), MIDI (Multimedia, Komunikasi Data, Internet) (+12,7%). Selain itu, aktivitas divestasi jual menara sebesar 6 triliun rupiah juga berkontribusi dalam peningkatan laba. (IDX)
$EXCL: Laba bersih XL Axiata naik 76,7% pada Q2 2021. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+2,2%) dan turunnya beban keuangan dan beban pajak penghasilan.
Sehingga, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba bersih turun 58,9%. Hal ini terjadi akibat penurunan pendapatan (-0,8%), peningkatan beban penjualan dan pemasaran (+31,2%), serta penurunan keuntungan dari penjualan menara dari 1,86 triliun rupiah menjadi 208 miliar rupiah. (IDX)
$TLKM: Laba bersih Telkom Indonesia meningkat 25,6% menjadi 6,44 triliun rupiah pada Q2 2021 (YoY). Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+8,8%).
Dengan demikian, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba bersih perusahaan naik 13,3%. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+3,9%), serta penurunan beban interkoneksi (-20,4%) dan beban keuangan (-10,8%).
Peningkatan pendapatan Telkom didorong oleh peningkatan pendapatan Indihome (+24,2%) dan segmen data seluler (+3,9%) yang melampaui penurunan dari segmen SMS dan telepon (-19%). (IDX)
$FREN: Laba Smartfren berbalik menjadi rugi 55 miliar rupiah pada Q2 2021. Hal ini disebabkan oleh penurunan laba dari selisih kurs dari 1,19 triliun menjadi 53 miliar rupiah.
Namun, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), kerugian perusahaan membaik dari 1,2 triliun rupiah menjadi 452 miliar rupiah. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan usaha (+15,1%). Pendapatan usaha terbagi atas data (+15,6%), interkoneksi (+45,4%) dan lain-lain (+147,64%). Selain itu, juga terdapat penurunan beban penyusutan dan amortisasi (-17,1%) yang berkontribusi memperbaiki kerugian. (IDX)
$EMTK: Laba bersih Elang Mahkota Teknologi meningkat sebesar 406,7% pada Q2 2021. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+23,0%) dan penurunan beban pokok penjualan (-23,7%).
Dengan demikian, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba perusahaan naik 225,7% menjadi 265 miliar rupiah. Pertumbuhan ini disebabkan oleh tidak adanya kerugian dari operasi PT EAN seperti yang terdapat pada 6M 2020.Hal ini terjadi setelah terlaksananya penjualan 6% saham PT EAN (Elang Andalan Nusantara), yang di dalamnya termasuk start up DANA pada bulan Desember 2020.
Transaksi ini membuat kepemilikan grup EMTK atas EAN menjadi 49% dan tidak lagi dikonsolidasikan ke laporan keuangan EMTK. Tanpa memperhitungkan transaksi tersebut, laba dari operasi yang dilanjutkan tumbuh dari 256 miliar menjadi 264 miliar.
$SCMA: Laba bersih Surya Citra Media meningkat sebesar 36,8% YoY pada Q2 2021. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+46,0%).
Dengan demikian, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba perusahaan naik 21,0% YoY menjadi 727 miliar rupiah. Kenaikan ini didukung oleh meningkatnya pendapatan televisi (21,7%), digital dan iklan luar ruangan (52,3%), serta pendapatan konten dan lainnya (49,3%).
💻 Sektor Trade And Services
Perusahaan yang berada di sektor trade and service biasanya mendapatkan pendapatan dari jasa yang ditawarkan. Pendapatan perusahaan dalam sektor ini bergantung kepada jumlah klien dan besarnya margin yang didapat dari jasa yang ditawarkan. Selain itu tingkat kapasitas dan keterisian menjadi salah satu faktor penting terhadap pendapatan perusahaan yang bergerak di bidang ini.
⚕️ Healthcare
Selama April sampai dengan Juni 2021 (Q2 2021), beberapa perusahaan di industri kesehatan mengalami peningkatan performa apabila dibandingkan dengan Q2 2020. Berikut adalah rinciannya:
$PRDA: Laba bersih Prodia naik naik 403,5% pada Q2 2021. Kenaikan laba ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+130,5%) dan peningkatan gross profit margin menjadi 61,5%, dari 42,9% pada periode yang sama tahun lalu.
Sehingga, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), performa Prodia berbalik dari rugi 12 miliar rupiah menjadi untung 301 miliar rupiah. Pendapatan perusahaan naik 88,4%. Kenaikan pendapatan ini didorong oleh peningkatan pendapatan pada seluruh segmen, seperti laboratorium, non-laboratorium, dan klinik. (IDX)$HEAL: Laba bersih Medikaloka Hermina naik 706,9% YoY menjadi 261 miliar rupiah pada Q2 2021. Kenaikan laba ini disebabkan oleh peningkatan pada pendapatan (+102,2%) dan gross profit margin yang sebelumnya pada Q2 2020 sebesar 40,2% menjadi 51,4% pada Q2 2021.
Sehingga, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba perusahaan naik 422,5% menjadi 545 miliar rupiah. Pendapatan perusahaan naik 78,9% Kenaikan ini didukung oleh meningkatnya pendapatan pada segmen rawat inap (+98,1%) dan rawat jalan (+40,5%). (IDX)
$IRRA: Laba bersih Itama Ranoraya naik 1903,9% YoY menjadi 30 miliar rupiah pada Q2 2021. Pendapatan perusahaan naik 611,6% .Kenaikan laba ini disebabkan oleh peningkatan pada pendapatan (+539,4%) dan gross profit margin yang sebelumnya pada Q2 2020 sebesar 11,3% menjadi 19,6% pada Q2 2021.
Sehingga, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba perusahaan naik 1.270% menjadi 51 miliar rupiah. Kenaikan ini didukung oleh meningkatnya penjualan pada segmen alat kesehatan non medis (+294,8%), dan segmen produk In Vitro (+619,3%) yang di dalamnya termasuk produk seperti antigen tes Covid-19, mesin plasma konvalesen, dan alat rapid non-covid. (IDX)*
$KAEF: Laba bersih Kimia Farma tumbuh sebesar 79,8% pada Q2 2021 (YoY). Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan sebesar 42,6% menjadi 3,26 triliun rupiah.
Sehingga, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba perusahaan meningkat 18,6% menjadi 57,6 miliar rupiah. Hal ini didorong oleh peningkatan penjualan obat resep produksi pihak ketiga (+16,5%), alat kesehatan dan jasa klinik (+30,5%), serta obat generik produksi pihak ketiga (+59,3%). (IDX)
🕷#MusimLaba Express:
Stockbit juga turut serta menyajikan kompilasi beberapa perusahaan yang mengalami kenaikan drastis pada labanya (growth story), penurunan (degrowth story), ataupun berbalik untung (turnaround story) pada Q2 2021 dibandingkan dengan kuartal yang sama pada tahun sebelumnya:
Growth and Degrowth Story:
Selama Q2 2021, terdapat beberapa perusahaan yang mengalami kenaikan laba secara drastis dan penurunan laba apabila dibandingkan dengan Q2 2020, seperti:
$UNVR: Laba bersih Unilever Indonesia turun 23,3% YoY pada Q2 2020. Hal ini didorong oleh penurunan pendapatan (-6,8%) dan peningkatan beban usaha (+1,9%).
Sehingga, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba bersih perusahaan turun 15,9% dan pendapatan turun 7,3%. Penurunan pendapatan ini terutama terjadi pada segmen dominan perusahaan, kebutuhan perawatan rumah tangga dan perawatan tubuh (-10,7%). Di sisi lain, segmen makanan dan minuman tumbuh 7,46%. (IDX)$BBCA: Laba bersih Bank Central Asia naik 31% YoY pada Q2 2020. Hal ini didorong oleh naiknya pendapatan bunga bersih (+4%) dan pendapatan non-bunga (+13%).
Sehingga, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba bersih perusahaan naik 18%. Pendapatan bunga bersih meningkat 3,8%, sedangkan pendapatan non-bunga turun 1,2%. (IDX)
Selama April sampai dengan Juni 2021 (Q2 2021), terdapat beberapa perusahaan yang mengalami peningkatan performa apabila dibandingkan dengan Q2 2020.
Beberapa contoh di antaranya adalah:
$CLEO: Laba bersih Cleo naik 70,7% YoY pada Q2 2020. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+31,3%).
Sehingga, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba bersih perusahaan naik 41,8% dan pendapatan naik 7,2%. Peningkatan pendapatan ini terutama terjadi pada segmen air minum dalam kemasan bentuk non-botol (+11,96%). Di sisi lain, segmen botol meningkat 4,43%. (IDX)$ARNA: Laba bersih produsen keramik Arwana Citramulia naik 83,7% YoY pada Q2 2020. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+41,8%).
Sehingga, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba bersih perusahaan naik 83,1% dan pendapatan naik 25,3%. Peningkatan pendapatan ini berasal dari peningkatan kedua segmen utama perusahaan, industri dan distribusi. (IDX)
$SIDO: Laba bersih Sido Muncul naik 27,8% YoY pada Q2 2020. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+18,2%).
Sehingga, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba bersih perusahaan naik 21,3% dan pendapatan naik 13,4%. Peningkatan pendapatan ini terutama terjadi pada segmen jamu herbal dan suplemen (+15%), serta segmen makanan dan minuman (+12%). (IDX)
$AKRA: Laba bersih AKR Corporindo naik 20,3% YoY pada Q2 2020. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+53,1%).
Sehingga, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba bersih perusahaan naik 27,5% dan pendapatan naik 7,1%. Peningkatan pendapatan ini berasal dari peningkatan pendapatan dari perdagangan dan distribusi BBM (+3,9%) serta bahan kimia dasar (+9,3%). Selain itu, penjualan tanah kawasan industri mengalami peningkatan drastis (+121%). (IDX)
$JSMR: Performa Jasa Marga berbalik dari rugi menjadi untung 694 miliar rupiah pada Q2 2020. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+30,6%).
Sehingga, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), Laba bersih perusahaan Jasa Marga naik 709,2% YoY pada Q2 2020. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+1,60%). Peningkatan pendapatan ini berasal dari peningkatan pendapatan dari segmen tol yang melebihi penurunan pendapatan pada segmen konstruksi. (IDX)
$KLBF: Laba bersih Kalbe Farma naik 8,7% YoY pada Q2 2021. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+9,4%).
Sehingga, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba bersih perusahaan tumbuh 7,9% dan pendapatan naik 6,6%. Peningkatan pendapatan ini berasal dari peningkatan pendapatan dari segmen obat resep (+5,4%), produk konsumen (+3,1%) serta segmen distribusi dan logistik (+15,5%). Kenaikan pendapatan dari kedua segmen ini menutupi penurunan pendapatan dari segmen nutrisi (-0,5%). (IDX)
$MYOR: Laba bersih Mayora Indah naik 1420,9% YoY pada Q2 2020. Hal ini didorong oleh penurunan rugi selisih kurs.
Sehingga, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba bersih perusahaan turun 0,8%. Hal ini terjadi karena walaupun pendapatan naik 18,7%, beban pokok penjualan (+24,1%) dan beban usaha (+8,5%) juga mengalami peningkatan. (IDX)
$MLBI: Laba bersih Multi Bintang naik 273,0% YoY menjadi 132,8 miliar rupiah pada Q2 2021. Kenaikan laba didorong oleh kenaikan pendapatan sebesar 221,9% YoY.
Dengan demikian, secara kumulatif 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba perusahaan naik 346,0% menjadi 282 miliar rupiah dan pendapatan naik 42,1%. Peningkatan pendapatan ini berasal dari kenaikan penjualan segmen minuman beralkohol (+52,4%). (IDX)
$MAPI: Mitra Adiperkasa berbalik untung dan mencetak laba sebesar 245,6 miliar rupiah pada Q2 2021 (+159,0% YoY). Kenaikan laba ini didorong oleh kenaikan pendapatan sebesar 131,4% YoY.
Dengan demikian, secara kumulatif 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba perusahaan naik 166,6% YoY menjadi 272 miliar rupiah. Pertumbuhan ini disebabkan oleh pendapatan yang meningkat (+34,5%) dan beban usaha yang relatif tetap dari tahun lalu. Sementara itu, segmen penjualan eceran dan grosir menyumbang pertumbuhan pendapatan paling signifikan (+35,1%). Hal ini terjadi karena restriksi kegiatan masyarakat paruh pertama 2020 relatif lebih ketat dibanding periode yang sama di 2021. (IDX)
$RANC: Laba bersih Supra Boga Lestari terkoreksi sebesar 58,6% pada Q2 2021 (YoY). Hal ini disebabkan oleh turunnya pendapatan (-7,9%) dan peningkatan beban penjualan (+7,9%).
Dengan demikian, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba perusahaan tergerus 67,1% menjadi 17 miliar rupiah. Penurunan ini didorong oleh menurunnya penjualan di area barat (-5,8%) dan area timur (-10,6%). Selain itu, naiknya beban gaji dan tunjangan (+6,7%) dan administrasi kantor (+5,5%) juga ambil peran dalam turunnya laba perusahaan. (IDX)
$MTDL: Laba bersih Metrodata Electronics meningkat sebesar 96,2% pada Q2 2021. Hal ini didorong oleh pendapatan (+35,1%).
Dengan demikian, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba perusahaan naik 55,6% menjadi 243 miliar rupiah. Kenaikan ini didukung oleh meningkatnya penjualan perangkat keras (+6,5%), perangkat lunak (+6,67%), dan jasa dan sewa (+40,2%). Selain itu, penurunan beban usaha akibat pengembalian pajak (-73,1%) juga memberi andil dalam peningkatan laba perusahaan. (IDX)
$GJTL: Laba bersih Gajah Tunggal terkoreksi sebesar 106,1% pada Q2 2021 (YoY). Walaupun pendapatan naik (+56,8%), penurunan ini didorong oleh penurunan laba kurs yang sebelumnya signifikan di Q2 2020.
Meski demikian, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba perusahaan naik 169,6% menjadi 98 miliar rupiah. Kenaikan ini didukung oleh meningkatnya penjualan ban (+18,9%) dan penjualan lainnya (+143,1%). Selain itu, turunnya kerugian selisih kurs (-46,7%) dan turunnya beban keuangan (-14,2%) juga memberi andil dalam peningkatan laba perusahaan. (IDX)
$BIRD: Laba bersih Blue Bird naik sebesar 98,2% YoY pada Q2 2021 (YoY). Hal ini didukung oleh peningkatan pendapatan (+112,5%) dan penurunan kerugian atas penjualan aset tetap (+98%) menjadi rugi 718 juta rupiah yang sebelumnya rugi 36 miliar rupiah.
Sehingga, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), kerugian perusahaan menurun menjadi 30 miliar rupiah yang sebelumnya pada 6M20 rugi 94 miliar rupiah. Penurunan ini disebabkan oleh efisiensi pada biaya langsung (-11,6% YoY), sehingga rasio gross profit margin (GPM) perseroan naik 2,14% dari 6M20 menjadi 19,95%. Selain itu, beban usaha perusahaan juga turun 16,1% dan penjualan aset tidak lancar yang dikuasai oleh perusahaan meningkat (+859,8%) menjadi 29,8 miliar rupiah. (IDX)
$ERAA: Laba bersih Erajaya Swasembada naik dari 11 miliar rupiah menjadi 280 miliar rupiah pada Q2 2021. Kenaikan laba ini disebabkan oleh peningkatan pada pendapatan (+57,8%) dan pengurangan beban usaha (-25,5%).
Dengan begitu, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba perusahaan naik 392,4% menjadi 559 miliar rupiah. Kenaikan ini didukung oleh meningkatnya pendapatan dari penjualan smartphone dan tablet (+59,6%), komputer dan elektronik lainnya (+63,1%) dan aksesoris lainnya (+51,2%). Selain itu, pendapatan lain seperti dukungan promosi, pendapatan komisi, keuntungan selisih kurs, dan lain-lainnya juga berkontribusi (+40,5%) dalam peningkatan laba perusahaan. (IDX)
$MIKA: Laba bersih Mitra Keluarga naik 232,9% YoY menjadi 300 miliar rupiah pada Q2 2021. Kenaikan laba ini disebabkan oleh peningkatan pada pendapatan (+109,3%) dan gross profit margin yang sebelumnya pada Q2 2020 sebesar 41,62% menjadi 52,78% pada Q2 2021.
Sehingga, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba perusahaan naik 113,3% menjadi 616 miliar rupiah. Kenaikan ini didukung oleh meningkatnya pendapatan pada segmen rawat inap (+70,18%) dan rawat jalan (+57,59%). (IDX)
$DMMX: Laba bersih Digital Mediatama Maxima naik menjadi 106 miliar rupiah pada Q2 2021. Peningkatan laba ini disebabkan oleh naiknya pendapatan (35,7%) dan penurunan beban pajak penghasilan (-28,3%).
Dengan begitu, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), total pendapatan dan laba perusahaan masing masing naik 65,2% dan 541,4% menjadi 364 miliar dan 116 miliar rupiah. Kenaikan ini didukung oleh meningkatnya pendapatan dari trade marketing (+64,4%), perangkat keras (+49,7%) dan sewa pakai infrastruktur (+406,47%). Selain itu, meski total beban usaha meningkat (70,5%), peningkatan keuntungan juga terbantu berkat laba investasi (+36,9%). (IDX)
$ASSA: Laba bersih Adi Sarana Armada naik sebesar 387,2% pada Q2 2021 (YoY) menjadi 40 miliar rupiah. Hal ini didukung oleh peningkatan pendapatan (+63,5%).
Dengan begitu, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba perusahaan tumbuh sebesar 68,9% YoY menjadi 73 miliar rupiah. Peningkatan laba ini didukung oleh meningkatnya pendapatan dari segmen jasa angkutan (+264,0%) dan sewa kendaraan (+2,4%). Kedua segmen berkontribusi terhadap 84,2% laba perusahaan untuk periode ini. Selain itu, pendapatan dari operasi lainnya juga mengalami peningkatan (+859,8%) menjadi 29,8 miliar rupiah. (IDX)
$DMAS: Laba bersih Deltamas terkoreksi sebesar 30,2% pada Q2 2021 (YoY). Hal ini didorong oleh turunnya pendapatan (-68,1%).
Meski demikian, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba perusahaan tumbuh 265,6% menjadi 289 miliar rupiah. Kenaikan ini didukung oleh meningkatnya pendapatan (+129,5%), terutama di segmen industrial (+139,5%) dan residensial (+413,3%). Selain itu, Deltamas juga melakukan penghematan pada beban umum dan administrasi (-38,7%). (IDX)
$PZZA: Laba bersih Sarimelati Kencana naik menjadi 27 miliar rupiah pada Q2 2021. Peningkatan laba ini disebabkan oleh naiknya pendapatan (+13,0%) serta terjaganya tingkat pertumbuhan biaya-biaya.
Dengan begitu, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba bersih perusahaan naik 200,9% menjadi 32 miliar rupiah. Meskipun demikian, laba kotor di beberapa segmen wilayah utama menunjukkan penurunan, misalnya di Jakarta (-5,5%) dan Jawa Bali (-14,1%). Namun, perusahaan mampu melakukan efisiensi biaya pada beban penjualan (-8,1%) serta beban umum dan administrasi (-2,8%). (IDX)
$BUKA: Rugi bersih Bukalapak membaik dari 642 miliar menjadi 443 miliar pada Q2 2021 (YoY). Pendapatan Bukalapak meningkat 37% menjadi 440 miliar rupiah. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan Mitra Bukalapak (+292%).
Sehingga, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), kerugian perusahaan membaik dari 1,03 triliun menjadi 766 miliar rupiah. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+35%) akibat kenaikan pendapatan Mitra Bukalapak (+350%). Di sisi lain, pendapatan segmen marketplace perusahaan juga tumbuh (+4,4%).
Sehingga, Mitra Bukalapak berkontribusi 34% terhadap total pendapatan Bukalapak, naik dari 10% pada periode yang sama tahun lalu. (IDX)$BOLA: Laba bersih Bali Bintang Sejahtera (Bali United) berbalik dari rugi menjadi untung sebesar 24 miliar rupiah pada Q2 2021 (YoY). Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+318,4%).
Sehingga, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba perusahaan berbalik dari rugi menjadi untung 72 miliar. Kenaikan pada laba didukung oleh meningkatnya pendapatan bunga (+567,4%).
Tapi jika pendapatan bunga ini tidak dihitung, maka perusahaan rugi lebih besar dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dari sisi operasional, total pendapatan perusahaan turun 22,7% yang dipicu oleh menurunnya pendapatan pada manajemen klub komersial (-80,2%), sponsor (-22,4%), dan tidak adanya pendapatan dari pertandingan. (IDX)
$MLPL: Laba bersih Multipolar naik 293,9% pada Q2 2021 (YoY). Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+8,8%), penurunan beban keuangan, dan peningkatan laba entitas asosiasi.
Sehingga, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba perusahaan naik 118%. Hal ini terjadi walaupun pendapatan turun 2,4%, terdapat efisiensi beban usaha (-16,1%) dan peningkatan pendapatan investasi karena ada penjualan saham anak usaha, seperti Multifiling Mitra Indonesia (92,46% atau seluruh kepemilikan) dan Matahari Putra Prima (11,9% atau sebagian kepemilikan).
Selain itu, hasil dari entitas asosiasi berbalik dari rugi menjadi untung didorong oleh kenaikan performa Matahari Department Store. (IDX)
$TBIG: Laba bersih Tower Bersama naik 40,9% pada Q2 2021 (YoY). Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+17,8%) dan juga turunnya beban pajak penghasilan.
Sehingga, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba perusahaan naik 29,9%, didorong oleh peningkatan pendapatan (+15,3%). Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan dari pelanggan perusahaan, mulai dari Telkomsel, Indosat, XL, 3, dan Smartfren. (IDX)
$MNCN: Laba bersih Media Nusantara Citra tumbuh sebesar 23,1% pada Q2 2021 (YoY). Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan sebesar 74,6% menjadi 1,99 triliun rupiah.
Secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba perusahaan meningkat 24,7% menjadi 1,2 triliun rupiah di dorong oleh peningkatan pendapatan (+22,6%). Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan iklan digital (+117,4%), iklan non digital (+15,6%). Selain itu, penurunan beban keuangan (-13,1%) juga berkontribusi pada peningkatan laba perusahaan. (IDX)
$WEGE: Laba bersih Wika Gedung tumbuh sebesar 219,5% pada Q2 2021 (YoY), meskipun terjadi koreksi pendapatan (-23,5%). Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan lainnya (+176,7%) dan peningkatan laba dari ventura bersama dari 145 juta menjadi 13,9 miliar rupiah.
Sehingga, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba perusahaan meningkat 4,5% menjadi 101 miliar rupiah, meskipun total pendapatannya turun 20,8%. Keuntungan ini didorong oleh pemulihan penurunan nilai piutang (+363,3%) dan peningkatan pendapatan segmen industri (+597,9%). Selain itu, perolehan laba ventura bersama juga mengalami kenaikan (+84,5%). (IDX)
$ADRO: Laba bersih Adaro Energy tumbuh sebesar 72,6% menjadi 98,2 juta dolar AS pada Q2 2021 (YoY), hal ini didukung oleh kenaikan pada total pendapatan sebesar (+42,2%) menjadi 870,8 juta dolar AS.
Sehingga, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba perusahaan meningkat 9,6% menjadi 170 juta dolar AS didorong oleh peningkatan pendapatan sebesar (+14,7%) menjadi 1,56 miliar dolar AS. Kenaikan pada total pendapatan didukung oleh meningkatnya harga jual rata-rata (+25%) yang melampaui penurunan total volume produksi (-3%) dan penjualan batubara (-5%) perusahaan. (IDX)
$ESSA: Rugi bersih Surya Esa Perkasa membesar menjadi 17,1 juta dolar AS pada Q2 2021 (YoY), meskipun total pendapatan naik (+114,4%) menjadi 70,4 juta dolar AS. Hal ini disebabkan oleh peningkatan beban keuangan (+488,9%) menjadi 52,8 juta dolar AS.
Sehingga, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), rugi perusahaan meningkat 58,5% menjadi 11 juta dolar AS, meskipun total pendapatannya naik 45,1% menjadi 138,9 juta dolar AS. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya beban umum dan administrasi (+30,9%), bunga pinjaman bank (+95,8%) menjadi 30,6 juta dolar AS, serta amortisasi biaya transaksi utang bank (1.491%) menjadi 24,3 juta dolar AS. (IDX)
$MMLP: Laba bersih Mega Manunggal Property turun 40,9% pada Q2 2021 (YoY), didorong oleh penurunan pendapatan (-17,4%) dan peningkatan beban usaha (+32,8%).
Sehingga, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba bersih Mega Manunggal Property turun 22%. Hal ini disebabkan adanya penurunan pendapatan (-20,3%) yang didorong oleh penurunan pendapatan dari segmen sewa kantor dan gudang (-20,3%) dan segmen sewa peralatan (-87,6%). (IDX)
$HERO: Rugi Hero Supermarket memburuk dari 137 miliar rupiah menjadi 549 miliar rupiah pada Q2 2021 (YoY). Hal ini didorong oleh penurunan pendapatan (-19,1%) dan peningkatan beban usaha (+59,9%).
Sehingga, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), rugi perusahaan membesar dari 202 miliar rupiah menjadi 551 miliar rupiah. Hal ini didorong oleh penurunan pendapatan (-26%) akibat turunnya pendapatan segmen makanan (-38,7%). Selain itu, juga terdapat peningkatan beban usaha (+12,7%) dan biaya keuangan (+23,8%). (IDX)
$IMPC: Laba bersih Impack Pratama Industri naik 239,1% menjadi 42 miliar rupiah pada Q2 2021. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan sebesar 42,1% menjadi Rp 505 miliar dan penurunan beban pokok penjualan sebesar 7,8%.
Secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba perusahaan meningkat 253,3% menjadi 104 miliar rupiah. Hal ini didorong peningkatan pendapatan sebesar 37,7%, meliputi manufaktur (+41,0%), pendapatan real estate (+0,7%) dan distribusi (+51,9%). Selain itu, terjadi penurunan beban keuangan (-20,6%). (IDX)
$BTPS: Laba bersih BTPN Syariah tumbuh dari 4 miliar di Q2 2020 menjadi 395 miliar rupiah pada Q2 2021 (YoY). Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan pengelolaan dana oleh bank sebagai mudharib* sebesar 71,0% menjadi 1 triliun rupiah.
Secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba perusahaan meningkat 89,3% menjadi 770 miliar rupiah. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan pengelolaan dana oleh bank sebagai mudharib* segmen operasi Pulau Jawa (+26,5%) yang berkontribusi terhadap 67,9% pendapatan BTPS. Selain itu, perusahaan juga dapat menurunkan cadangan kerugian penurunan nilai (-36,2%), sehingga menghasilkan kontribusi positif terhadap peningkatan laba perusahaan. (IDX)
* Setelah dikurangi hak bagi hasil pihak ketiga
$SRTG: Saratoga Investama Sedaya berbalik dari rugi menjadi untung 14,1 triliun rupiah pada Q2 2021 (YoY). Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan yang berasal dari keuntungan neto investasi, dividen, dan bunga (+281,0%).
Sehingga, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), performa perusahaan juga berbalik dari rugi menjadi untung 15,3 triliun rupiah (+831,5%). Kenaikan ini didukung oleh meningkatnya total pendapatan ( meningkatnya keuntungan neto investasi, dividen, dan bunga dari segmen infrastruktur (+1.796%) sumber daya alam (+247,8%) dan produk konsumen (+545,7%). (IDX)
$WSKT: Laba bersih Waskita Karya berbalik dari rugi menjadi untung 87 miliar rupiah pada Q2 2021 (YoY) walaupun pendapatan perusahaan turun 47,1%. Kenaikan pada laba didukung oleh pendapatan divestasi sebesar 2,03 triliun rupiah. Jika pendapatan divestasi tidak dihitung maka perusahaan masih merugi.
Sehingga, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba perusahaan berbalik dari rugi menjadi untung 41 miliar rupiah walaupun pendapatan turun 41,3% menjadi 4,7 triliun rupiah. Kenaikan pada laba bersih didorong oleh kenaikan pada pendapatan bunga (+44,8%), pemulihan piutang (+111,0%), dan keuntungan divestasi sebesar 2,05 triliun rupiah.
Jika hasil divestasi tidak dihitung maka perusahaan masih merugi pada 6M21. (IDX)
$UNIC: Laba bersih Unggul Indah Cahaya naik 285,8% menjadi 15,2 juta dolar AS pada Q2 2021 (YoY). Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan sebesar 21,1% menjadi 91,7 juta dolar AS dan penurunan beban usaha sebesar 35,49%.
Secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba perusahaan meningkat 622,5% menjadi 29,4 juta dolar AS. Hal ini didorong peningkatan pendapatan (+12,3%), terutama dari penjualan bahan kimia surfactants (+20,92%). Selain itu, penurunan beban keuangan (-63,5%) juga berkontribusi pada peningkatan laba. (IDX)
$PBID: Laba bersih Panca Budi Idaman naik 45,3% menjadi 113,7 miliar rupiah pada Q2 2021 (YoY). Kenaikan pada laba didukung oleh meningkatnya total pendapatan sebesar 23,8% menjadi 1,08 triliun rupiah.
Sehingga, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba perusahaan naik 68,2% menjadi 235,2 miliar rupiah. Kenaikan ini didorong oleh total pendapatan yang naik sebesar 14,6% menjadi 2,12 triliun rupiah yang didukung penjualan pada segmen plastik kemasan (+18,8%). (IDX)
$DNET: Performa Indoritel Makmur berbalik dari rugi 17 miliar menjadi untung 218 miliar rupiah pada Q2 2021. Kenaikan pada laba didukung oleh meningkatnya total pendapatan sebesar 56,3% menjadi 185 miliar rupiah.
Sehingga, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba perusahaan naik 760,7% menjadi 278 miliar rupiah. Kenaikan ini didorong oleh total pendapatan yang naik sebesar 57,6% menjadi 320 miliar rupiah, didukung pertumbuhan penjualan pada segmen korporasi (+58,4%), ritel (+38,1%), bagian dari laba ventura asosiasi (+154,6%), dan pendapatan lain-lain (+198,9%).
DNET dapat menjaga pertumbuhan beban penjualan (+26,2%) lebih rendah dari pertumbuhan penjualannya. Selain itu, DNET mampu memangkas beban lainnya (-93,4%) yang didominasi oleh cadangan kerugian kredit piutang usaha. (IDX)
$MARI: Performa Mahaka Radio Integra membaik dari rugi 10,4 miliar rupiah menjadi rugi 1,5 miliar rupiah pada Q2 2021. Kenaikan pada laba didukung oleh meningkatnya total pendapatan sebesar 50,2% (YoY) menjadi 19,6 miliar rupiah.
Sehingga, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), kerugian perusahaan membaik 57,5% menjadi 6 miliar rupiah. Meskipun terjadi penurunan total pendapatan (-12,8%) menjadi 32 miliar rupiah, beban umum dan administrasi dapat ditekan 31,2%, didukung oleh penghematan gaji karyawan dan tunjangan (-27,4%) serta beban promosi dan penjualan (-93,4%). (IDX)
$RDTX: Laba bersih Roda Vivatex turun dari 56,7 miliar menjadi 41,1 miliar rupiah (-27,5% ) pada Q2 2021 (YoY). Penurunan pada laba disebabkan oleh penurunan pada total pendapatan sebesar 0,9% dan kenaikan pada total beban operasional dari 27,5 miliar menjadi 45,3 miliar rupiah (+91,4%).
Secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba perusahaan menurun dari 118,1 miliar menjadi 78,9 miliar rupiah (-33,2%). Hal ini didorong oleh penurunan total pendapatan menjadi 185,5 miliar rupiah (-4,9%) yang mayoritas dikontribusi oleh pendapatan sewa (-12,5%).
Selain itu, total beban operasional juga naik (+55,8%) menjadi 82,1 miliar rupiah juga berkontribusi pada penurunan laba. Kenaikan ini didominasi oleh naiknya beban penyusutan (+238%) menjadi 47,5 miliar rupiah. (IDX)
$JTPE: Laba bersih perusahaan percetakan Jasuindo Tiga Perkasa naik 127,7% pada Q2 2021 (YoY). Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+86%).
Sehingga, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), kerugian perusahaan berbalik menjadi untung 12 miliar rupiah. Hal ini terjadi walaupun pendapatan turun 1,6%, namun terdapat penurunan beban pokok penjualan (-11,8%) dan beban penjualan (-53,5%).
Hal ini terjadi akibat peningkatan gross profit margin (GPM) dari kedua segmen utama perusahaan, yaitu dokumen security dan non security. (IDX)
$JSKY: Laba bersih Sky Energy Indonesia naik 176,5% menjadi 668 juta rupiah pada Q2 2021 (YoY). Hal ini didorong kenaikan pendapatan (+16,8%) menjadi 32,2 miliar rupiah, dan penurunan beban usaha (-33,2%).
Namun, pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba perusahaan turun 79,5% menjadi 1,15 miliar. Hal ini didorong oleh penurunan pendapatan (-23,8%), terutama dari segmen solar system (-94,7%), inverter (-59,3%) dan panel surya (-37,2%). (IDX)
$PGAS: Perusahaan Gas Negara berbalik untung dan memperoleh laba sebesar 135 juta dolar AS pada Q2 2021 (+428,7% YoY). Hal ini terjadi didorong kenaikan pendapatan menjadi 731 juta dolar AS (+22,9%). DI samping itu, beban niaga dan infrastruktur juga turun dari 100 juta dolar AS menjadi 84 juta dolar AS (-15,7%)
Sehingga, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), laba bersih perusahaan tumbuh dari 7 juta dolar AS menjadi 197 juta dolar AS, di tengah koreksi tipis pendapatan (-0,3%). Pertumbuhan laba terutama didorong oleh pertumbuhan bagian laba dari ventura bersama (+119,8%), pembalikan provisi sebanyak 48 juta juta dolar AS, hilangnya akun penurunan nilai properti minyak dan gas (sebelumnya 56 juta dolar AS), dan efisiensi beban niaga dan infrastruktur (-10,2%). (IDX)
$ARTO: Bank Jago membukukan rugi bersih sebesar 9 miliar rupiah atau membaik 66,1% pada Q2 2021 YoY. Hal ini didorong oleh kenaikan pendapatan (+431,4%), meskipun terjadi peningkatan beban usaha (+163,8%) apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Sehingga, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), rugi perusahaan membaik 8,1% dibandingkan dengan 6M20 menjadi 46,7 miliar rupiah. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+288,9%). (IDX)
$DOID: Laba bersih Delta Dunia Makmur berbalik dari untung 15 juta dolar AS menjadi rugi 7 juta dolar AS, atau turun sebesar 148,5% pada Q2 2021 (YoY), walaupun pendapatan naik 19,6% menjadi 189,3 juta dolar AS. Penurunan ini disebabkan oleh kenaikan pada total beban usaha (+129,8%) menjadi 17 juta dolar AS.
Sehingga, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), rugi perusahaan memburuk 315,9% menjadi 32,7 juta dolar AS. Hal ini didorong oleh penurunan pendapatan sebesar 0,9% menjadi 348,9 juta dolar. Di samping turunnya pendapatan, beberapa beban perusahaan mengalami kenaikan seperti beban pokok pendapatan (+2,4%), beban usaha (+48,1%), beban keuangan (+29,1%), dan beban perubahan atas nilai wajar sebesar 5,5 juta dolar AS yang pada 6M20 tidak ada. (IDX)
Turnaround Story:
Selama Q2 2021, terdapat beberapa perusahaan yang berhasil membalikan keadaan perusahaan yang tadinya rugi menjadi untung mencatatkan laba apabila dibandingkan dengan Q2 2020, seperti:
Selama April sampai dengan Juni 2021 (Q2 2021), beberapa perusahaan rumah sakit mengalami peningkatan performa apabila dibandingkan dengan Q2 2020.Beberapa contoh di antaranya adalah:
$SAME: Performa Omni Hospitals berbalik dari rugi menjadi untung 59 miliar rupiah pada Q2 2020. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+177,3%).
Sehingga, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), kerugian perusahaan juga berbalik menjadi untung 99 miliar dan pendapatan naik 103,1%. Peningkatan pendapatan ini berasal dari peningkatan pendapatan dari seluruh segmen perusahaan, terutama segmen seperti penunjang medis (+87%), dan kamar rawat inap (+208,7%). (IDX)$SILO: Performa Siloam Hospitals berbalik dari rugi menjadi untung 148 miliar rupiah pada Q2 2020. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+46,2%).
Sehingga, secara kumulatif pada 6 bulan pertama tahun 2021 (6M21), performa perusahaan berbalik dari rugi menjadi untung 291 miliar rupiah. Kenaikan pendapatan ini berasal dari peningkatan pendapatan dari segmen rawat inap (+52,6%) dan rawat jalan (+50,6%). (IDX)