Laporan keuangan menghasilkan angka-angka yang selanjutnya bisa digunakan untuk membuat analisa lanjutan. Misalnya return on investment adalah analisis untuk mengukur efektivitas investasi yang dilakukan dengan imbal hasil yang didapatkan.
Pengertian Return On Investment
Return On Investment (ROI) adalah persentase investasi terhadap imbal hasil yang diterima. Dengan kata lain sejauh mana investasi yang dilakukan dapat memberikan keuntungan.
Efektivitas investasi bisa diukur dengan nilai ROI yang besar. Biasanya investor akan melihat nilai ROI di dalam laporan keuangan untuk melihat potensi keuntungan jika berinvestasi di sebuah perusahaan.
Formula Return On Investment (ROI)
Rumusan ROI didapat dari laba setelah pajak yang dibagi dengan nilai aktiva dan dikalikan 100%. Laba setelah pajak menjadi acuan karena persentase pajak yang cukup tinggi membuat nilai laba yang dihasilkan belum mencerminkan keuntungan yang sebenarnya.
Jika dibuat rumus maka rumus ROI akan seperti di bawah ini:
Formula di atas akan lebih mudah dipahami dengan contoh di bawah ini:
Kamu tertarik untuk menanamkan investasi di sebuah kafe dan toko roti dengan nilai investasi sebesar Rp 500.000.000. Kalkulasi keuntungan yang bisa kamu dapatkan di bulan depan sebesar Rp 40.000.000.
Dari data ini kamu bisa menghitung nilai ROI dari investasi kafe tersebut:
Nilai ROI yang didapat adalah 8%. Ingat, angka laba yang kamu masukkan adalah laba 1 bulan. Jadi ROI 8% di atas bukan berarti kecil karena nilainya di atas nilai bunga deposito bulanan. Bisa dikatakan investasi ini memberikan profit yang baik.
Sekarang perhatikan contoh kedua:
Digital Agency menawarkan kerjasama penanaman modal sebesar Rp 150.000.000. Di awal periode, investasi ini cukup memberikan profit. Namun di periode kedua, terjadi penurunan profit agency sebesar Rp 50.000.000. Melihat kondisi kamu harus menghitung ulang ROI perusahaan ini.
Ternyata di periode kedua, ROI menjadi -33%. Kondisi minus ini mengindikasikan perusahaan kesulitan menghasilkan laba sehingga investor tidak mendapatkan keuntungan dari investasinya. Dengan demikian, kamu bisa mengambil keputusan untuk menarik investasimu sebelum nilai ROI semakin besar minusnya.
Cara Menghitung ROI Perusahaan Terbuka
Tidak seperti contoh sebelumnya, menghitung ROI perusahaan terbuka agak tricky karena pada laporan keuangan informasi nilai investasi perusahaan tidak disajikan secara eksplisit. Tetapi tersedia dalam bentuk laporan neraca (balance sheet) yang terdiri dari laporan ekuitas, liabilitas, dan total aset.
Oleh karena itu, alih-alih ROI, metrik yang lebih sering digunakan investor untuk menghitung tingkat profitabilitas perusahaan adalah Return on Equity (ROE) atau Return on Asset (ROA).
Cara hitung kedua metrik ini mirip dengan cara menghitung ROI, hanya berbeda pada pembagi saja. Kalau pada perhitungan ROI pembaginya adalah nilai investasi yang dikeluarkan, pada ROE pembaginya adalah ekuitas atau modal dan pada ROA pembaginya adalah total aset yang merupakan hasil penjumlahan dari ekuitas dan liabilitas (utang).
Contoh, berdasarkan laporan keuangan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) periode kuartal pertama tahun 2022, diketahui:
Laba bersih: Rp12,2 triliun
Ekuitas: Rp276 triliun
Aset: Rp1.650 triliun
Dengan menggunakan data di atas, diperoleh nilai ROE dan ROA BRI masing-masing sebesar 4,4% dan 0,74%. Lalu bagaimana dengan ROI? Berhubung informasi nilai investasi perusahaan tidak disebutkan dalam laporan keuangan, maka kita bisa mengasumsikan dua hal berikut ini:
Jika nilai investasi hanya berasal dari ekuitas perusahaan, maka ROI = ROE
Jika nilai investasi berasal dari total keseluruhan (ekuitas + liabilitas) aset perusahaan, maka ROI = ROA
Faktor yang Mempengaruhi Nilai ROI
Setelah memahami cara menghitung ROI, perlu juga mengetahui faktor yang mempengaruhi nilai ROI ini yaitu:
a. Siklus perputaran dari operating asset
Operating asset atau aktiva operasional adalah aset yang digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan misalnya gedung, uang, alat hingga hak paten. Efektivitas perusahaan dalam menggunakan asetnya untuk berproduksi dapat terlihat di bagian ini yang mempengaruhi nilai laba yang dihasilkan.
b. Profit margin
Merupakan rasio laba terhadap penjualan. Semakin besar rasionya semakin baik perusahaan dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Dan semakin besar profit margin maka nilai ROI yang dihasilkan juga akan semakin besar.
ROI pada Saham
Bagaimana nilai ROI terhadap saham? Nilai ROI tidak terkait langsung dengan harga saham suatu emiten, namun ROI ini merupakan salah satu nilai yang diperhatikan investor dalam memilih saham.
Dengan ROI positif dan besar, maka emiten tersebut prospektif dan berpotensi memberikan dividen yang besar bagi pemegang sahamnya. Sehingga selain EPS (earning per share), ROI juga menjadi tolok ukur dalam menilai kinerja keuangan perusahaan.
Meski ROI bermanfaat dalam menilai kondisi internal perusahaan, namun ROI juga memiliki kekurangan:
ROI tidak memperhatikan periode investasi. Sehingga ketika kamu akan membandingkan dengan satu saham dengan saham lainnya, ROI menjadi kurang relevan karena adanya perbedaan waktu yang membuat nilai investasi berbeda.
ROI tidak memperhitungkan risiko, sedangkan setiap investasi mengandung risiko. Sesuai dengan quote dalam investasi, high risk high return. Namun nilai ROI yang tinggi tidak menyebutkan risiko yang terkandung di dalamnya. Dalam hal ini dibutuhkan analisa tambahan untuk melengkapi pertimbangan sebelum memilih instrumen investasi.
Angka ROI mungkin saja dilebih-lebihkan dengan menghilangkan biaya-biaya dari perhitungan. Hal ini bisa disengaja maupun tidak.
Pada umumnya angka perhitungan dalam laporan keuangan saling melengkapi untuk membuat analisa yang valid. Sehingga tidak bisa menjadikan satu item saja dalam mengambil keputusan berinvestasi terutama investasi saham.