Para investor melakukan investasi saham tujuannya adalah untuk mendapatkan profit atau keuntungan. Untuk memprediksi kenaikan saham membutuhkan sebuah metode, dan yang paling umum digunakan adalah moving average.
Moving average adalah alat analisis teknikal sederhana yang termasuk dalam indikator saham.
Apa Itu Moving Average?
Moving Average artinya garis rata-rata yang diperoleh dari perhitungan harga saham dalam kurun waktu tertentu sebelum hari ini untuk melihat pergerakan harga saham.
Waktu yang dimaksud adalah hari kerja yang berlaku, misal 5 hari (1 minggu), 20 hari (1 bulan), 60 hari (3 bulan berturut-turut) atau 120 hari (6 bulan).
Sabtu dan Minggu tidak dihitung karena merupakan hari libur bursa.
Jika kamu melihat istilah moving average 20 hari berarti, angka tersebut adalah rata-rata pergerakan harga saham dalam 1 bulan ke belakang.
Moving average digunakan untuk melihat momentum pergerakan harga saham sekaligus memastikan tren yang ada dan untuk menentukan area support dan resistance dari saham tersebut.
Data yang digunakan adalah data historis sehingga moving average menjadi indikator lagging untuk menganalisa bukan memprediksi. Analisa ini merupakan analisa teknikal sederhana dan menguatkan analisa fundamental untuk mengkonfirmasi tren bearish, bullish maupun sideways.
Fungsi dari moving average dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Sebagai alat identifikasi harga saham
Metode ini efektif untuk menentukan harga saham berdasarkan data historis. Bisa terlihat range harga selama periode tertentu yang memberikan gambaran kekuatan fundamental perusahaan.
Analisa ini sangat membantu untuk tidak berekspektasi terlalu tinggi pada saham dengan fundamental yang lemah.
2. Mengantisipasi pembalikan arah tren
Investor menginginkan keuntungan besar sehingga jika ada tren naik dan memberikan gain tinggi tentunya akan membuat investor menahan sahamnya.
Namun, jika tidak diimbangi dengan data moving average, bisa saja tren ini berbalik turun sehingga yang seharusnya memperoleh gain dari selisih harga jual, investor justru merugi karena sahamnya mengalami penurunan harga yang signifikan.
Metode moving average melengkapi pengetahuan investor dalam membuat analisa dan membaca tren pergerakan saham. Dan tentunya hal ini akan berdampak pada tepatnya keputusan untuk mendapatkan gain sebesar-besarnya.
Kekurangan Moving Average
Meskipun moving average dapat membantu investor menganalisis saham secara teknikal, tetap saja indikator ini juga punya beberapa kekurangan yang patut kamu tahu.
Kekurangan pertama terletak pada metode perhitungannya yang hanya menggunakan data harga saham di masa lampau tanpa mempertimbangkan faktor fundamental perusahaan atau perubahan kondisi ekonomi sehingga membuat tingkat keakuratannya menjadi kurang bisa diandalkan.
Kedua, karena menggunakan data harga saham di masa lalu, MA otomatis lambat dalam merespon perubahan tren arah harga saham yang terjadi di pasar sehingga dapat menyebabkan investor pun terlambat mengambil posisi (beli/jual).
Hal ini juga berlaku untuk tipe exponential moving average dan weighted moving average sekalipun pada perhitungannya sudah diberikan pembobotan.
Oleh karena itu, sebaiknya kombinasikan juga berbagai indikator teknikal lain seperti bollinger band, fibonacci retracement, dan RSI saat menganalisis pergerakan harga saham sebelum kamu memutuskan untuk jual/beli saham agar keputusannya tepat.
Jenis-jenis Moving Average
Moving average (MA) yang biasa digunakan sebagai indikator analisa teknikal ada beberapa jenis yaitu :
1. Simple Moving Average
Simple moving average (SMA) adalah jenis MA yang paling sederhana. Cara hitungnya adalah dengan menjumlahkan harga penutupan saham selama periode tertentu lalu membaginya dengan jumlah periode waktu tersebut.
Secara matematis, rumus menghitung simple moving average ditulis sebagai berikut :
Contoh, asumsikan selama 10 hari terakhir harga penutupan saham ABCD adalah di bawah ini :
Berdasarkan data tersebut, maka bila kita ingin mencari nilai SMA untuk periode 5 hari dan 10 hari, hitungannya adalah:
SMA 5 = (500 + 450 + 400 + 470 + 530)/5 = 470
SMA 10 = (500 + 450 + 400 + 470 + 530 + 560 + 640 + 700 + 850 + 900)/10 = 600
Berikut contoh grafik harga saham UNTR yang menampilkan indikator simple moving average (SMA) periode 10 hari (2 minggu).
2. Weighted Moving Average
Weighted moving average (WMA) bisa dibilang merupakan pengembangan dari simple moving average.
Kalau pada SMA setiap data harga saham diasumsikan memiliki bobot yang sama, pada WMA data harga saham justru diberikan bobot yang berbeda dimana data harga terbaru memiliki bobot yang lebih besar dibandingkan data lama sehingga mampu memberikan akurasi perhitungan yang lebih tinggi.
Secara matematis, rumus mencari WMA ditulis seperti berikut :
Contoh, diketahui harga penutupan saham ABCD 5 hari terakhir untuk periode 1 - 5 Mei adalah Rp 500, Rp 600, Rp 700, Rp 620, dan Rp 530.
Untuk menghitung berapa nilai WMA dari data harga saham tersebut, pertama kita perlu menghitung dulu berapa nilai rata-rata tertimbang (weighted average) dari setiap harga saham dengan memberikannya pembobotan dengan nilai berbeda dimana jumlah bobot keseluruhan harus berjumlah 1 atau 100%.
Nah, karena terdapat 5 data harga saham, maka kita bisa memberikan bobot 1 untuk harga saham pada tanggal 1 Mei, bobot 2 untuk harga saham pada tanggal 2 Mei, dan seterusnya dengan angka pembagi 15 di setiap bobot agar jumlah bobot keseluruhan bisa bernilai 1 atau 100%.
Setelah memberikan bobot pada masing-masing harga saham, kita tinggal kalikan saja harga saham dengan pembobotannya untuk memperoleh nilai rata-rata tertimbang (weighted average).
Setelah itu, jumlahkan nilai yang dihasilkan untuk mendapatkan nilai rata-rata tertimbang harga penutupan saham ABCD.
WMA = 33,33 + 80 + 140 + 165,33 + 176,67
WMA = Rp 595,33
Dengan demikian, nilai rata-rata pergerakan harga saham ABCD tertimbang untuk periode 1 Mei sampai dengan 5 Mei adalah Rp 595,33.
Di bawah ini adalah grafik harga saham UNTR yang menampilkan penggunaan indikator weighted moving average (WMA) periode 20 hari (1 bulan).
3. Exponential Moving Average
Exponential moving average (EMA) adalah jenis moving average yang memberikan bobot dan signifikansi lebih besar pada titik data terbaru, yaitu harga saham terkini.
Karena memasukkan bobot dalam perhitungan, EMA juga biasa disebut dengan exponential weighted moving average.
Selain itu, karena faktor pembobotan yang diberikan, EMA juga cenderung bereaksi lebih signifikan terhadap perubahan harga saham terkini daripada simple moving average.
Secara matematis, rumus mencari EMA ditulis sebagai berikut:
Dimana :
EMAyesterday = Nilai simple moving average (SMA) periode ke-n
𝝰 = faktor pembobotan EMA, rumusnya 2/(n+1)
Pricetoday = Harga saham penutupan hari ini atau n+1
Misal, diketahui data harga penutupan saham ABCD selama 5 hari terakhir adalah Rp 100, Rp 120, Rp130, Rp 140, dan Rp 150.
Jika kita ingin menghitung EMA 5 hari dari saham ABCD, maka pertama kita perlu mencari tahu dulu nilai SMA-nya, yakni :
Setelah itu, hitung faktor pembobotan EMA menggunakan rumus: 2 / (n + 1) . Karena kita ingin mencari EMA-5, maka n diganti dengan 5, sehingga hasilnya 2/(5 + 1) = 0,33.
Jika diketahui harga saham ABCD pada hari ke-6 adalah Rp 170, maka kita bisa mendapat nilai EMA-5 untuk periode tersebut adalah sebesar Rp 141,86 yang diperoleh melalui perhitungan berikut :
Chart harga saham UNTR di bawah ini menampilkan contoh penggunaan indikator exponential moving average (EMA) periode 50 hari.
4. Double Moving Average
Sesuai nama, double moving average adalah dua buah moving average berjenis sama namun dengan periode berbeda yang ditampilkan pada grafik harga saham untuk membantu investor dalam menganalisa saham secara teknikal.
Berikut ini contoh double simple moving average dengan periode 14 dan 21 hari pada grafik saham UNTR :
Dalam analisa teknikal saham, indikator double moving average biasa dipakai untuk mengidentifikasi persilangan atau crossover yang terjadi antara moving average periode rendah dengan periode tinggi.
Apabila garis moving average periode rendah memotong ke atas garis moving average periode tinggi, maka ini disebut dengan istilah golden cross yang merupakan sinyal untuk beli saham.
Sebaliknya, jika garis moving average periode rendah memotong ke bawah garis moving average periode tinggi, ini disebut dengan istilah death cross yang merupakan sinyal untuk jual saham.
5. Triple Moving Average
Triple moving average adalah tiga buah moving average berjenis sama dengan periode berbeda yang ditampilkan bersama dengan grafik harga saham untuk membantu investor menganalisa saham secara teknikal.
Di bawah ini contoh triple exponential moving average periode 14, 21, dan 35 hari yang diterapkan pada grafik pergerakan harga saham UNTR :
Mirip dengan sebelumnya, triple moving average juga biasa digunakan investor untuk identifikasi crossover yang terjadi antara MA periode rendah dengan MA periode tinggi.
Dan karena indikator ini menggunakan tiga garis moving average dengan periode berbeda, maka tingkat keakuratannya dalam memberikan sinyal beli dan jual saham kepada investor juga dianggap lebih tinggi dibandingkan indikator double moving average.
Perbedaan Grafik SMA, WMA dan EMA
Ketika menganalisa harga sebuah saham secara teknikal, investor biasanya menggunakan indikator moving average untuk mengidentifikasi pola-pola yang terbentuk pada grafik serta memprediksi kemungkinan arah pergerakan harga saham kedepannya.
Karena memiliki metode perhitungan yang berbeda, otomatis tampilan grafik simple moving average (SMA), weighted moving average (WMA), dan exponential moving average (EMA) juga pasti akan berbeda.
Supaya lebih jelas, berikut contoh chart harga saham UNTR yang menampilkan indikator teknikal SMA 20 hari (garis ungu), EMA 20 hari (garis orens), dan WMA 20 hari (garis biru).
Dari grafik di atas tampak bahwa setiap tipe moving average memiliki lintasan yang berbeda sekalipun periode harinya sama.
Selain itu, kita juga bisa melihat bahwa lintasan garis EMA dan WMA selalu berada lebih dekat dengan grafik pergerakan harga saham aslinya dibandingkan SMA.
Hal ini merupakan implikasi dari adanya faktor pembobotan pada perhitungan EMA dan WMA yang secara matematis membuat lintasannya lebih sensitif terhadap perubahan harga saham terkini dibandingkan SMA yang menerapkan bobot sama untuk semua harga saham dalam suatu periode.
Rekomendasi Periode Moving Average
Ketika menganalisa saham menggunakan indikator moving average, investor perlu memilih periode moving average yang tepat sesuai gaya trading agar dapat memberikan hasil analisa yang bisa lebih akurat.
Secara umum, moving average periode 5, 10, 20, dan 50 hari cocok digunakan bagi investor yang cenderung melakukan jual beli saham dalam jangka pendek atau trading.
Sebaliknya, bagi investor jangka menengah hingga panjang, moving average periode 50, 100, dan 200 hari adalah yang lebih umum dipakai.
Supaya dapat hasil terbaik, lakukan eksperimen dengan terus mencoba berbagai periode moving average untuk memperoleh periode yang paling sesuai dengan metode analisa dan gaya trading saham kamu.
Memanfaatkan Charbit Untuk Moving Avarage
Meskipun kamu sudah tahu dengan rumus matematis diatas, pasti tidak mungkin diterapkan dalam menganalisa saham karena ribet untuk dihitung secara manual. Maka, manfaatkanlah tools berupa grafik atau chart yang sudah memiliki fitur-fitur analisis teknikal saham.
Salah satunya dengan menggunakan chartbit yang dimiliki oleh aplikasi Stockbit. Kamu bisa mendapatkan tools ini secara gratis dengan membuka rekening saham di Stockbit.
Misalkan kamu ingin menganalisa XL Axiata Tbk (EXCL) dengan menggunakan Moving Avarage, maka langsung ke menu chartbit saja, lalu pilih indikator apa yang ingin digunakan.
Dalam hal ini kita akan coba analisis EXCL menggunakan simple moving average 28 hari. Garis putih adalah moving average. Perhatikan, setiap kali MA berada dibawah canddle stick maka harga naik, sebaliknya jika MA diatas canddle stick maka harga turun.
Kapan beli saham? Pada saat MA berada di atas candle stick dan garis MA mulai berpotongan dengan candle stick. Kapan jual saham? Saat MA dibawah candle stick dan garis MA mulai berpotongan dengan candle stick.
Jangan lupa download aplikasi Stockbit dan dapatkan tools pro yang bisa kamu gunakan untuk melakukan analisis teknikal saham.