Dalam melakukan investasi saham, maka sebaiknya kamu mempelajari banyak hal, termasuk di dalamnya analisis fundamental. Analisa fundamental merupakan analisis yang mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan.
Adapun tujuan dari analisa fundamental adalah untuk mengetahui lebih lengkap, sifat-sifat dasar serta karakteristik operasional dari sebuah perusahaan publik. Dengan melakukan analisa fundamental, diharapkan para investor bisa memiliki petunjuk mengenai saham yang akan diinvestasikannya.
Indikator Acuan untuk Analisis Fundamental
Agar bisa melakukan analisa fundamental, maka kamu harus melihat beberapa acuan serta rasio yang menggambarkan beberapa hal, seperti kinerja perusahaan, kesehatan keuangan, acuan harga saham, hingga prospek perusahaan itu sendiri di masa yang akan datang.
Adapun tujuan mengetahui kinerja masa lalu yang panjang, agar kamu bisa memilih perusahaan yang tepat dan solid dengan kinerja keuangannya yang memang sudah terbukti baik. Di mana bila kinerja perusahaan tersebut baik, maka bisa dipastikan harga saham pun ikut naik.
Untuk mendapatkan gambaran perusahaan yang bagus, maka sebaiknya kamu wajib mengetahui sejumlah rasio keuangan perusahaan dan acuan harganya. Terdapat dua cara yang bisa digunakan untuk menentukan acuan saham, yaitu relative valuation dan intrinsic valuation.
Untuk relative valuation, maka bisa dilakukan dengan cara membandingkan saham pada sebuah perusahaan dengan saham perusahaan lainnya yang sejenis. Sementara intrinsic valuation adalah teknik valuasi guna menilai perusahaan berdasarkan kemampuan menghasilkan cash flow di masa depan.
7 Indikator Analisis Fundamental yang Populer
Berikut ini adalah beberapa indikator yang popular digunakan saat ini, di antaranya:
EPS (Earning per Share)
EPS (Earning per Share) adalah laba per saham yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan. EPS sendiri menjadi faktor yang sangat penting ketika menentukan PER (Price to Earning Ratio) untuk menetapkan valuasi harga saham.
EPS dihitung berdasarkan laba bersih dibagi dengan jumlah saham yang beredar. Maka dari itu, semakin tinggi nilai EPS maka semakin baik. Artinya laba perusahaan semakin meningkat.
Keunggulan lain dari EPS adalah sebagai tolak ukur profitabilitas perusahaan, di mana bisa terlihat kemampuan perusahaan tersebut dalam menghasilkan laba, selama periode tertentu. Baik itu dari penjualan, pemanfaatan aset, hingga modal saham tertentu.
Pelajari lebih lanjut tentang EPS disini.
PER (Price to Earning Ratio)
Price to Earning Ratio atau PER merupakan rasio harga saham terhadap laba bersih per lembar sahamnya. Indikator PER digunakan untuk menentukan harga saham murah atau mahal. P/E ratio dihitung dengan cara membagi saham dengan keuntungan per lembar saham.
PER juga bisa diartikan sebagai variabel yang menggambarkan psikologis pasar. Yaitu, berupa ekspektasi juga persepsi pasar terhadap suatu saham. Perlu kamu ketahui bahwa tinggi rendahnya PER juga ditentukan dengan membandingkan dengan PER saham lain.
Pelajari lebih lanjut tentang PER disini.
PEG (Price to Earning Ratio)
Price/Earning Ratio atau PEG Ratio merupakan penghitungan yang bisa digunakan untuk melihat serta mengkalkulasi future earning growth yang sangat dibutuhkan . PEG juga memasukkan faktor pertumbuhan EPS, sehingga lebih mampu memberikan gambaran yang lebih akurat.
PBV (Price to Book Value)
PBV (price to book value) merupakan rasio harga saham terhadap nilai buku perusahaan. Rasio keuangan ini umum dipakai investor ketika menganalisis harga suatu saham untuk melihat apakah harga saham saat ini sedang dijual murah atau mahal.
Rasio PBV juga bisa memberikan kamu gambaran seberapa besar kemampuan sebuah perusahaan dalam menghasilkan nilai dari modal yang telah diinvestasikan.
Pelajari lebih lanjut tentang PBV disini.
ROE (Return on Equity)
ROE (Return on Equity) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan sebuah perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari penggunaan modal. Bisa juga diartikan sebagai tingkat pengembalian investasi yang dinyatakan ke dalam bentuk persentase.
Dengan ROE juga bisa menunjukkan berapa keuntungan bersih dari setiap rupiah yang diinvestasikan oleh investor atau pemegang saham, yang bisa dihasilkan oleh sebuah perusahaan.
DER (Debt to Equity Ratio)
Debt to Equity Ratio atau DER merupakan rasio utang yang menggambarkan apakah perusahaan mampu membayar bunga utang dan tidak memberatkan keuangan perusahaan itu sendiri. Sebaiknya, pastikan jumlah utang perusahaan tersebut tidak lebih besar dibandingkan dengan total modalnya.
Nilai DER sendiri dihitung dengan cara, membandingkan total utang dengan total ekuitas. Apabila perusahaan dengan DER lebih dari satu, maka bisa menjadi indikator kondisi keuangan perusahaan tidak sehat.
Pelajari lebih lanjut tentang DER disini.
Masih banyak indikator lainnya yang bisa kamu pelajari. Namun setidaknya 7 indikator di atas bisa kamu pelajari lebih dalam lagi, agar memudahkan kamu ketika melakukan investasi saham.
Kamu bisa memanfaatkan aplikasi Stockbit untuk melihat rasio-rasio fundamental sebuah emiten. Stockbit adalah perusahaan efek yang sudah terdaftara di OJK.
Buka rekening saham di Stockbit 100% online tanpa dokumen fisik dan tanpa minimum deposit.
Cara melihat rasio fundamental sebagai berikut :
Buka aplikasi Stockbit
Cari emiten melalui menu search
Pilih Keystats
Rasio Fundamental ditampilkan
Nah, itu dia beberapa hal yang perlu kamu ketahui mengenai analisis fundamental beserta indikator yang banyak digunakan investor. Semoga bermanfaat.